PART 7 - Aku Yang Membuat Masalah

951 24 8
                                    


Sudah dua jam lamanya Nina pergi mengantar Mila pulang. Rendy dan Arman masih duduk menikmati makan siang yang mereka pesan melalui applikasi di smartphone. Kesadaran jika Nina telah pergi selama dua jam, ketika Arman tak sengaja menoleh dan melihat ke jam di dinding.

"Tumben kek lama ya perginya." Ujar Arman.

Rendy tak meresponnya. Terlihat jelas Rendy masih menikmati makannya, sikapnya masih tenang. Bahkan beberapa kali Arman sempat bertanya ke Rendy, namun jawaban yang Arman dapatkan masih ambigu.

Semisalnya, ketika Arman bertanya ; "Kenapa loe ngelakuin itu ma tuh cewek, Ren?"

Jawaban Rendy, "Karena aku seorang pria, dia adalah wanita. Jika pria dan wanita berada di dalam kamar. Berada satu ranjang, apa mungkin kejadian itu bisa di hindari? Hmm!"

"Arghhh! Loe gak menjawab pertanyaan gue hoi... Gue nanya, kenapa bisa loe setega itu ngelakuinnya? Loe tau kan, kalo tuh cewek bukan cewek gampangan?"

"Menurutmu? Apa aku mempunyai kemampuan bisa membawanya ke appartemenku sendiri, tanpa dia sadari?"

Arman masih belum mengerti maksud Rendy. Tatapannya mengisyaratkan meminta penjelasan lebih lanjut.

"Apa kamu percaya, jika dia sendiri yang menginginkan datang ke appartemenku?"

"Ohhh... ahhhh! Iya juga sih, karena gue tau loe orang kayak gimana." Ujar Amran setelahnya. Karena ia kenal baik, jangankan mengajak untuk bermalam bersama. Rendy selama ini sama sekali susah untuk di ajak ngobrol lama. Apalagi jika dia adalah seorang perempuan. Bukan karena Rendy takut atau gugup. Melainkan Rendy adalah orang yang malas berbicara hal yang tidak penting kepada seseorang. Apalagi berbicara mengenai hubungan antara pria dan wanita.

"Berati Mila sendiri yang memberikan dirinya ke elu ya?" Arman bertanya lagi.

"Kalau tidak, kenapa tanpa syarat dia bisa mengikutiku hingga ke sini?"

"Tapi... kok gue masih belum bisa menangkap sesuatu dari penjelasan loe sih?"

"Jawaban apa yang kamu harapkan?"

"Hmm... jadi beneran loe ngelakuinnya? Apa dia masih perawan?" setelah bertanya, tampak ekspresi Arman agak aneh. Kalau memang benar jika Rendy mendapat perawan gadis itu, berarti Rendy selangkah lebih maju darinya. Secara Arman belum pernah sama sekali merasakan keperawanan seorang gadis.

"Melihat sikap dia, apa kurang bisa menjelaskan semuanya?"

"Arghhhhh! Sue loe... beruntung amat loe mah."

"Beruntung?"

Arman hanya geleng-geleng kepala. Ia putus asa, dan malah meninggalkan rasa kesal atas sikap Rendy sejak tadi.

Beberapa kali, Arman kembali menyinggung hal itu. Pertanyaan yang berbeda tapi tujuannya sama, yaitu menanyakan apa benar Rendy melakukannya atau tidak. Karena dari hati kecil yang paling dalam, Arman masih mengatakan sulit untuk mempercayai apa yang Rendy jelaskan.

Apakah memang Rendy terkena 'Cinta Pada Pandangan Pertama?' tanya Arman dalam hati.

Tapi! Kok sulit banget, percaya dengan Rendy. Lagi-lagi, pikir Arman pada Rendy.

Dan kini, Arman lebih memilih untuk tidak menyinggungnya lagi, mungkin hanya sementara saja. Yang jelas penasaran Arman belum terbayarkan. Ia akan terus mencari tahu, sebab dan apakah semua yang Rendy ceritakan benar adanya.

Lalu-

Setelah melihat jam, dan menyadari Nina telah pergi lama. Maka Arman memutuskan untuk menghubungi sahabatnya itu.

I'm Not A ForeignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang