Beberapa saat sebelumnya...
"Goblok... Goblok... Setan, bangsaaaaattttt!" Tino yang berada di bilik ATM Galeri yang terletak di Mall, sedang emosi sambil mengumpat karena telah gagal untuk menarik sejumlah uang lagi dari mesin ATM sebuah bank swasta. Tino sangat mengetahui berapa jumlah maksimal yang bisa ia tarik tunai dengan jenis kartu atm yang di berikan oleh Mila. Berarti ia masih bisa menarik 25 juta lagi, namun tiba-tiba di layar ATM tertulis keterangan jika ATM telah di blokir.
Pasti pemilik ATM telah memblokirnya. Inilah yang membuat Tino semakin kesal, juga menyadari betapa tololnya dia. Mengapa ia harus bersusah-susah menarik tunai? Mengapa ia tidak transfer terlebih dahulu ke rekeningnya? Beginilah jika terlalu terburu-buru dan di sertai rasa senang beserta khawatir.
Dan kini, di tangan Tino uang sejumlah 75 juta hasil dari tarikannya tadi. ATM itu bukan miliknya, namun ia tetap kesal.
Mila yang hanya menunggu di depan, sedang melamun. Pikirannya di penuhi rasa bersalah yang begitu besar, entah apa yang akan dilakukan Rendy si pemilik ATM ketika mengetahui jika uangnya di ambil oleh mereka?
Sejujurnya!
Mila awalnya tak ingin memberikan kartu ATM itu kepada Tino, namun! Jika cinta mengalahkan logika, maka siapapun akan di buat menjadi seseorang yang bodoh, yang begitu mudahnya mengikuti kata hatinya. Yah! Begitulah yang terjadi terhadap Mila.
Mila mengingat kejadian beberapa saat yang lalu, ketika ia bersama Tino ingin meninggalkan mall. Meninggalkan Rendy yang juga sedang menunggunya di sebuah cafe. Mila ingat dan menyadari akan hal itu, namun balik lagi rasa cintanya terhadap Tino begitu besar.
[quote]"Kak bentar dulu..." Mila baru saja mengingat jika ia masih memegang kartu ATM milik Rendy, ketika Tino mengajaknya pulang.
"Kenapa sayang?"
Mila menatap Tino, ada keraguan terpancar di wajahnya. Namun, ia tetap harus mengembalikannya, mengingat jika ia pun sudah menggunakan uang pria itu untuk membeli pakaian.
"Loe kenapa diam aja?" Tino menyentuh tangan Mila, sambil bertanya.
"I-itu kak..." Mila menggantung ucapannya sesaat.
"Ngomong aja, gue gak marah."
"Haaaa!" Mila mendesah, lalu ia mengangguk memastikan hatinya agar ia berani mengatakan kepada Tino, sekalian meminta izin untuk bertemu Rendy agar ia dapat mengembalikan sendiri ATM milik pria itu. "Ini kak..." lanjut Mila sambil menunjukkan kartu ATM tersebut.
"Apa ini? ATM siapa?"
"A-atm nya kak Rendy..." jawab Mila dengan bibir bergetar.
Tino awalnya terkejut. Namun hanya sebentar saja, karena otaknya sedang memikirkan sesuatu. Senyum menyeringai yang tak dapat di sadari oleh Mila.
Tino lalu tersenyum lembut kepada Mila.
"Mil..."
"Ya kak."
"Apa loe mau balikin nih ATM?" tanya Tino, yang kini kartu ATM tersebut sudah berada di tangannya.
Mila hanya mengangguk pelan.
Sebisa mungkin, Tino membuat ekspresi wajah sedih di hadapan Mila.
"Begini, sayang..."
"Kenapa kak?"
"Loe tau kan, kalo gue udah gak kerja lagi sekarang?"
"Hu uh!"
"Gue lagi pengen buat usaha, sambil nyari-nyari kerjaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Foreign
RomanceKetika dia di hadapkan pada situasi yang bahkan siapapun tak akan pernah memikirkan akan kejadian tersebut. Namun... Kebahagiaan itu hanya seumur jagung saja, dan siapa yang sangka... Semua kebahagiaan yang ia miliki, berubah menjadi mimpi buruknya.