"Gimana keadaan Mila, Ren?" Nina baru saja menghampiri Rendy yang duduk di samping sang istri yang tengah tertidur di ranjang. Setengah jam yang lalu, kejadian yang sungguh aneh menurut Rendy hingga Arman dengan sigap memanggil dokter maupun suster untuk menanganinya.
Bagaimana tidak, sosok sang istri benar-benar berbeda dari yang di kenalnya. Bagaimana dia mengatakan jika dirinya bukan Mila, juga bagaimana dia bersikap seolah-olah ingin mengajak Rendy berantem. Bukan itu saja, sempat Mila menunjuk ke cermin dan mengatakan jika sosok yang ada di cermin bukan sosok dia, melainkan orang lain.
Apakah memang amnesia yang di alami Mila cukup serius, hingga dia pun melupakan dirinya sendiri?
Mendengar suara Nina dii sampingnya, Rendy menoleh dan mengusap wajahnya.
"Hufhhhh! Sekarang dia sudah tertidur nyenyak." Gumam Rendy pelan menjawab pertanyaan Nina sahabatnya.
"Oh iya, Arman balik kantor dulu katanya ada kerjaan yang harus ia beresi hari ini" ujar Nina sambil memijat-mijat pundak Rendy.
"Ohh... kamu juga, balik aja. Biar aku aja yang menemaninya di sini" ujar Rendy sambil mencoba menikmati pijatan kecil yang di berikan Nina.
"Hmm... tapi loe gak apa-apa kalo gue tinggal?"
"Iya gak apa-apa, paling aku tinggal nunggu dokter untuk memeriksa kembali kondisinya" balas Rendy sambil melihat ke sosok Mila yang masih tertidur.
"Ingat yang dokter bilang, kita jangan memaksakan dulu ke Milanya... mungkin butuh waktu Ren. Karena loe tahu kan, penyakit amnesia itu sukar-sukar gampang nanganinnya"
"Iya... aku tau" balas Rendy sambil mengangguk pelan.
"Ya udah, kalo gitu gue cabut dulu. Ntar malam, kalo gue sempat... mampir di sini lagi"
"Gak apa-apa, biar sekalian besok aja... mending kamu istirahat aja hari ini, Nin" tolak Rendy terhadap keinginan Nina yang akan mampir sekali lagi hari ini di rumah sakit. Biar bagaimanapun, sejak pagi Nina maupun Arman menemaninya hingga sekarang ini. Jadi Rendy memutuskan agar Nina gak usah balik lagi, karena masih ada dia yang akan menemani Mila di sini. Karena ini tanggung jawabnya. Karena dia sudah resmi berstatus suami Mila. Jadi Rendy harus bertanggung jawab penuh atas apapun yang terjadi, hingga kondisi Mila kembali normal seperti sedia kala.
Sejujurnya, Rendy tidak merasakan sedih atas kejadian ini. Dia hanya merasa kasihan dan sedikit penyesalan karena terlalu memaksakan kehendaknya untuk menikah dengan gadis itu. Padahal jelas-jelas dia sangat sadar atas sikapnya selama ini, atas kehendaknya yang telah memisahkan cinta Mila dan Tino.
"Ya udah kalo gitu gue balik aja," ujar Nina mengingatkan.
Rendy mengangguk sambil menoleh ke sahabatnya.
Nina lalu berpamitan untuk pergi dan berjanji akan kembali besok.
Dan kini, tinggal Rendy berdua dengan Mila yang masih belum sadarkan diri, setelah di beri suntik obat penenang oleh dokter tadi.
Karena merasa tubuhnya agak lelah, Rendy pun memejamkan mata dalam posisi masih duduk, punggung bersandar di kursi.
.
.
Entah berapa lama, Delia tertidur hingga ia mulai tersadar. Sambil mengejap-ngejapkan kedua mata, Delia mulai membuka matanya dan sayup-sayup pandangannya langsung tertuju pada sosok pria yang sedang tertidur di sampingnya.
Sosok yang entah siapa dia, pun Delia masih saja belum mengenalnya. Yang entah nasib atau alasan apa, semua orang yang bertemu dengannya di rumah sakit mengatakan jika pria itu adalah suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Foreign
RomantiekKetika dia di hadapkan pada situasi yang bahkan siapapun tak akan pernah memikirkan akan kejadian tersebut. Namun... Kebahagiaan itu hanya seumur jagung saja, dan siapa yang sangka... Semua kebahagiaan yang ia miliki, berubah menjadi mimpi buruknya.