Entah apakah pilihan Mila kali ini untuk ikut bersama Rendy adalah pilihan yang benar atau justru salah. Ini adalah kedua kalinya ia berada semobil dengan pria itu. Bedanya, pagi ini Rendy berpakaian kerja. Tidak seperti malam itu, dimana meski Rendy memakai pakaian santai namun sikapnya cukup tenang membuat Mila cukup sulit untuk menetralkan perasaannya. Bedanya yang sekarang, meski Rendy memakai pakaian rapi namun Rendy jauh lebih banyak tersenyum.
Meski demikian, Mila masih saja gugup dan tak berani menolehkan kepalanya kepada pria itu yang sedang sibuk menyetir.
"Sudah sejauh ini, kamu masih saja diam?" ujar Rendy membuka percakapan, menoleh dan tersenyum tipis pada gadis itu.
Mila menghela nafas, pelan-pelan ia menolehkan wajah ke pria itu.
"Ka-kak!" Mila bergumam.
"Yah... ngomong saja, lagian aku sudah bukan orang lain lagi bagi kamu kan?"
"Ma-maksud kakak?"
Rendy menggelengkan kepala sesaat, "Setelah kejadian malam itu, apakah aku masih orang lain bagimu?"
"Eh!" Mila menunduk. Wajahnya memerah menahan malu.
"Kamu sudah memutuskan untuk ikut bersamaku tadi, jadi aku pikir aku sudah bukan orang lain lagi bagimu... Bukan begitu kan?"
Mila menarik nafas dalam-dalam, entah mengapa pikirannya kembali berkecamuk. Tubuhnya terasa bergetar, sambil mencoba untuk menolehkan wajahnya kembali.
"Aku serius dengan yang ku katakan hari itu, Mil!"
"Yang mana kak?"
"Yang... aku akan bertanggung jawab!" ujar Rendy. Mila mencoba untuk menatap wajah Rendy, mencari keseriusan di wajah pria itu. "Hal yang harus kamu ingat, tak mungkin aku melakukannya denganmu, kalo aku tidak punya niat di awal untuk mendapatkanmu."
"Tapi kenapa mesti dengan cara seperti itu, kak?"
"Hmm... maafkan apa yang sudah ku lakukan malam itu, karena sejujurnya aku juga bingung kenapa aku bisa melakukan itu saat kamu sedang tak sadarkan diri."
"Boleh Mila nanya sesuatu lagi?"
"Silahkan..."
"Apa kakak suka dengan Mila?"
Mendengar pertanyaan gadis itu, Rendy menoleh sambil tersenyum.
"Menurutmu?"
"Mila gak tau kak."
"Begini... jujur, aku belum tau apakah aku menyukaimu atau tidak. Yang jelas, kamu sudah berhasil mengganggu pikiranku selama ini."
Tatapan Mila kepada Rendy, mengisyaratkan keinginan untuk penjelasan lebih lanjut.
"Setelah pertemuan kita, dan kamu menamparku... setelah itu, kamu selalu hadir dalam pikiranku... Jujur, selama hidup aku... untuk pertama kalinya aku memikirkan seorang wanita. Dan itu, adalah kamu."
Wajah Mila tersenyum tipis. Namun ada gejolak dalam dadanya yang tiba-tiba muncul. Sosok Rendy, yang tenang, dan juga bersahaja ini seharusnya Mila harus bersyukur. Bisa berada dalam pikirannya, jelas saja wanita manapun akan cemburu terhadapnya.
Namun...
Entah mengapa, Mila masih saja di hantui rasa bersalahnya terhadap Tino.
Bagaimana kabar Tino sekarang?
Ketika pikirannya kembali mengingat Tino, tiba-tiba hari Mila menjadi sedih. Dia bisa sesenang ini bersama Rendy, tapi Tino merasa sakit atas kehilangan dirinya. Atas kabarnya yang tak kunjung datang selama 3 hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Foreign
RomansaKetika dia di hadapkan pada situasi yang bahkan siapapun tak akan pernah memikirkan akan kejadian tersebut. Namun... Kebahagiaan itu hanya seumur jagung saja, dan siapa yang sangka... Semua kebahagiaan yang ia miliki, berubah menjadi mimpi buruknya.