Mendengar kalimat dari Rendy yang mengatakan sedang tidak bercanda, membuat jantung Mila hampir saja menciut keluar. Ia masih menatap wajah pria itu, dengan pandangan penuh tanya.
Rendy pun tak lagi bersuara. Dia hanya tersenyum tipis, lalu berdiri.
"Ka-kak mau kemana?"
Rendy menoleh, sambil tersenyum. "Menurut kamu?"
Mila tak menjawab, ia memandang wajah Rendy dengan sayu.
"Tidak mungkin juga jam segini ke penghulu, kok... jadi kamu tenang aja."
"Hufhhhh! Kak Rendy bisa aja."
"Besok juga gak akan mungkin, karena aku lagi banyak kerjaan."
"Hehe," akhirnya Mila terkekeh mendengarnya, apalagi wajah tersenyum dari Rendy mampu merubah suasana yang awalnya kaku.
"Tapi-" Rendy sengaja menggantung ucapannya, dia membalikkan badan dan mendekat ke gadis itu yang masih duduk. Ia membungkuk mendekat, sambil berbisik di samping. "Tapi gak tau jika besok lusanya, karena aku benar-benar tak punya kesibukan lagi pada hari itu."
Degh!!!
Pikiran Mila mulai kemana-mana, jantung yang berdegub makin kencang, sekujur tubuh yang bergetar, juga mata yang masih menatap sayu wajah Rendy yang begitu dekat dengannya.
Rendy menggerakkan jemarinya, ia menyentuh tanpa ragu di wajah Mila. "Kamu cantik... sejak awal, kamu sudah menarik perhatianku..."
Dugh! Dugh! Dugh!
"Ka-kak Rendy?" Mila bergumam dengan suara bergetar. Lucunya, ia tak melakukan apapun ketika Rendy masih menyentuh pipi kanannya. Terasa jari itu mulai mengusap pelan di pipinya.
"Kamu takut denganku?"
Mila mengangguk ragu.
Rendy tersenyum, lalu perlahan-lahan melepaskan sentuhannya. "Sudah ku katakan sebelumnya ke kamu kan, kalau aku bukan orang jahat. Well! Sepertinya candaanku barusan, hampir saja membuat kamu pingsan."
Rendy mengambil ponselnya, lalu menunjukkan ke Mila. "Hari ini adalah hari jumat, kamu lupa?"
Mila mengernyit, ekspresinya masih penuh tanya.
"Seharusnya besok kantor libur, tapi aku kebetulan lagi ada kerjaan yang harus aku selesaikan sampai besok."
Mila masih diam.
"Berarti besok lusanya, hari?"
"Eh!" Mila akhirnya tersadar, ia menunduk tak berani lagi menatap pria itu. Rasa gugup, malu, dan juga menganggap dirinya begitu bodohnya bahkan ia tak dapat menyadari jika pria itu sejak tadi hanya bercanda saja. Tapi memang sih! Ekspresi pria itu sangat sulit untuk di tebak, apakah ia sedang serius atau sedang bercanda.
Rendy tersenyum lalu ia berdiri dan mulai menggerakkan kakinya untuk melangkah.
Ketika baru melangkah, Mila tersadar dan ikut berdiri lalu mengikuti langkah Rendy dari belakang.
Rendy berdiri di depan meja kasir untuk membayar pesanan mereka, sedangkan Mila masih berdiri di belakang Rendy dengan pikiran yang berkecamuk. Setelah membayar di kasir, Rendy membalikkan badan.
"So?"
"Katanya Mila boleh ikut,"
"Oke!" ujar Rendy sambil menggidikkan bahu, ia berjalan tanpa berucap lagi melewati tubuh gadis itu yang masih berdiri kaku.
Menyadari Rendy sudah menjauh, Mila lalu ikutan melangkah di belakangnya.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Foreign
RomanceKetika dia di hadapkan pada situasi yang bahkan siapapun tak akan pernah memikirkan akan kejadian tersebut. Namun... Kebahagiaan itu hanya seumur jagung saja, dan siapa yang sangka... Semua kebahagiaan yang ia miliki, berubah menjadi mimpi buruknya.