PART 11 - Kehidupan Yang Baru

830 22 6
                                    


Makassar...

Tak terasa, seminggu sudah Delia dan keluarga telah berada di Makassar. Tinggal bersama Ali, yang telah menjadi ayah tirinya di sebuah perumahan yang terletak di jalan Hertasning. Adalah perumahan yang di kontrak sebelumnya oleh ayah dan ibunya.

Rumah bertype 46, memiliki tiga kamar. Dua kamar jelas di tempati oleh Delia dan Didit.

Setelah dua puluh tahun Delia hidup, baru kali ini ia tidur di kamar ber-AC. Cukup lucu juga awal-awal Delia tidur di kamarnya. Kamar yang dua kali lipat luas kamarnya sebelumnya, juga mempunyai springbed yang empuk, bersih di sertai sebuah TV yang meski berukuran tak besar tapi lumayan bagi Delia ketika ia berada di kamarnya.

Ketika masih di Jakarta, Delia mempunyai kebiasaan tidur hanya memakai singlet dan celana pendek berbahan karet yang cukup span. Alasannya Cuma satu. Karena panas. Ketika ia di hadapkan dengan kamar ber-AC maka awal-awal Delia tidur memakai lengan panjang.

Sempat sang ibu menegurnya ketika pagi hari ingin membangunkannya.

"Loh Del..."

"Hoaemmmm! Eh hehehehe, maaf Bu Delia kesiangan ya bangunnya?" tanya Delia yang ketika itu juga baru saja bangun. Ia meregangkan kedua tangan lalu duduk di ranjang. Ini adalah hari kedua ia berada di Makassar.

"Gak... hehehe, ibu lucu aja liatin kamu tidur pake lengan panjang."

"Ohh hihihih! Habisnya dingin banget bu AC nya."

"Loh, kenapa kamu gak kecilin aja suhunya?"

"Astagaaaaa... hehehehe, Delia lupa Bu." Delia nyengir, sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di kening. Ia lalu menoleh dan melihat remote AC yang ada di dinding dekat jendela kamarnya. "Itu ya bu remote ACnya?"

"Iya." Sang ibu berjalan dan mengambil remote. Klik! Kemudian meng off kan AC. "Bukannya kamu kerja di tempat ber-AC juga sebelumnya?"

"Hehehe iya sih bu... tapi selama ini, bukan Delia yang nyetelin AC nya."

"Oalahhh... ya udah, bangun gih... Cuci muka terus bersih-bersih di halaman depan."

"Siap bosku!" ujar Delia sambil memberikan hormat kepada sang ibu. Di sertai senyum menyengir.

"Ibu mau nyiapin sarapan buat ayah."

"Ayah udah bangun?"

"Udah... lagi mandi"

"Duhhhh! Bakal kena tegur nih, kalo telat bangunnya. Hihihihi!" Delia lalu ngacir ke kamar mandi di depan untuk bercuci muka.

Sang ibu yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala saja, kemudian berjalan menuju ke kamar Didit untuk membangunkannya.

Pekerjaan ayah mereka di makassar ternyata lumayan juga. Memegang jabatan sebagai kepala cabang di sebuah perusahaan swasta, juga memiliki mobil operasional sungguh membuat hati Delia cukup senang.

Selama dia di Makassar, kerjaan Delia hanya membantu sang ibu di rumah bersama Didit. Karena saat ini liburan sekolah, maka rencana tahun ajaran baru nanti, Didit akan mulai pendaftaran di sekolah menengah atas di kota Makassar.

Dalam seminggu ini, ayahnya mengajak mereka untuk keliling kota Makassar. Mulai dari berkunjung ke Pantai Losari, beberapa spot tempat ngumpul anak muda kota Makassar. Jajanan pisang epe, pun sangat menggoda selera Delia hingga mereka menempatkan makan di salah satu jajanan di sana.

Satu hal yang di pikirkan Delia, rupanya kota Makassar jauh lebih kecil dari Jakarta. Meski ada beberapa spot yang macet kendaraan di kala malam hari, namun masih tak terlalu parah.

I'm Not A ForeignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang