2. The Pradipta

2.3K 345 29
                                    

Beberapa hari setelahnya, Quinna masih tetap bersikap biasa saja pada Maria dan Cika. Sesekali dia masih membayari jajanan mereka, tapi sering kali dia berpura-pura cuek saat tiba waktunya membayar makanan atau pernah juga sekali pura-pura lupa ketinggalan dompet.

Daripada itu, Quinna lebih kepikiran, bagaimana merayu mamanya agar bisa berubah pikiran. Dia sudah janji menghabiskan beberapa saat sebelum kesibukan barunya sebagai mahasiswi nanti dengan Alex, teman dekatnya semasa SMP yang pindah ke Singapura mengikuti kedua orang tuanya.

Quinna juga tak ingin kucing-kucingan dengan orang tuanya lagi soal hijabnya. Dia harus benar-benar membicarakan ganjalan di hati dengan keluarganya, walau dia tahu ini enggak akan mudah.

"Aku ke kelas Bimo dulu," katanya masih dalam rencana memanasi Maria yang diam-diam menyukai pacarnya.

"Eh ikutlah─"

"Nggak usah! Umh ... aku lagi pengin berduaan sama Bimo, ada yang mau diomongin soalnya." Padahal itu hanya akal-akalan Quinna saja, untuk menjauhi mereka, ya sekalian itu tadi, bikin Maria kesal. Anehnya langkah kaki tetap membawa dirinya ke kelas Bimo, padahal niatnya hanya berpura-pura saja.

".... Masih lamalah, baru dua bulan, Mo. Lo masih harus ngebuktiin satu, dua, tiga, empat bulan lagi nih, ya nggak guys?"

Quinna mengurungkan niatnya langsung memasuki kelas Bimo karena getar dari ponselnya lagi pula dia melihat pacarnya masih asyik bercengkrama dengan teman-temannya.

Alex:
Lo tetap jadi ke SIN kan, Quin?

Ntar gw kabari lg, ada masalah sdkt yg musti gw kelarin

Alex:
Well, ok, gue tunggu kabar baiknya

"Gue pasti menanglah, kalau cuma mempertahankan hubungan gue sama Quinna selama enam bulan doang mah!"

Quinna mengerutkan keningnya mendengar pernyataan Bimo barusan.

OK!

Menyempatkan mengirim satu kata balasan untuk Alex, kemudian dia pun kembali fokus penasaran dengan apa yang sedang dibicarakan Bimo dan teman-temannya karena mendengar namanya dibawa-bawa.

"Emang lo udah tahu Quinna ngelanjutin ke mana?"

"Belum sih, ada beberapa kampus tujuan dan dia belum mutusin mau kemana ...."

Salah! Quinna sebenarnya sudah memutuskan dan memberi jawaban pada satu universitas yang mengundangnya masuk ke kampus mereka melalui jalur khusus siswa berprestasi, hanya memang dia belum sempat memberi tahu Bimo, karena dia ingin menyelesaikan persoalan dan mengantongi izin dari mamanya dulu,

"Tapi nggak masalahlah, gue cuma harus ngebuktiin kalau gue tetap bertahan selama enam bulan and Baammm, gue menang, nggak masalah 'kan kalaupun itu harus long distance atau─"

"Menang apa?" Quinna mengejutkan mereka dengan kemunculannya yang tiba-tiba memotong begitu saja ucapan Bimo.

Bimo refleks berdiri, bulir keringat dingin membasahi dahinya, kegugupannya pun terlihat nyata. "Quin-na ... hei, Hun, aku nggak─"

"Menang apa?" Sekali lagi Quinna bertanya dengan nada juteknya.

Bimo tak juga menjawab pertanyaannya, sementara teman-teman yang lain juga ikut salah tingkah dengan situasi yang terjadi.

"You're unbelievable!"

Quinna langsung beranjak meninggalkan ruang kelas Bimo dan Bimo pun susah payah berusaha mengejarnya.

"Hun, tunggu, dengar dulu ... Hun ...."

"Don't!" Quinna berbalik cepat menghadapi Bimo dengan jari telunjuknya tepat di depan muka Bimo. "Don't hun me! We're done!"

Quinna (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang