10. Tante Baik Hati

1.3K 294 33
                                    

-Nama saya Q-U-I-N-N-A.-

Quinna berhenti sesaat, ada yang berbeda pada sorot mata Arkana, apa kini dia mulai mengenaliku? Batinnya berkata.
Rasa percaya dirinya telah kembali setelah beberapa saat menguap entah kemana.

Kali ini dia mencoba menjawab dengan dua metode yakni isyarat dan verbal.
"Seperti-yang-pernah-saya-jawab-pada saat-wawancara-awal ...." Quinna mencoba secara perlahan mempraktikkan bahasa isyarat yang dia tahu, walau masih terbata-bata, mengulangi sekali lagi jawaban yang dia berikan saat menjawab kuisioner ataupun ketika bicara dengan Hendrik pengurus komunitas yang mewawancarai di awal dia bergabung.
Beberapa kali dibetulkan senior pendamping, tapi tak membuatnya menyerah bahkan sekarang dia lebih berani. Dia sudah melupakan kegugupan yang tadi sempat ada dan kini dia menatap langsung mata Arkana si pemilik pertanyaan.

-Kamu punya teman atau kerabat yang menggunakan bahasa isyarat?-

Quinna mengernyitkan alisnya tak begitu paham maksud pertanyaan Arkana berikutnya.
Arkana yang paham ekspresi yang ditunjukkan wajah Quinna pun mengulangi sekali lagi pertanyaannya dengan ritme yang lebih lambat.

Membawa ingatan Quinna kembali ke saat berada di dalam pesawat sekitar setahun yang lalu, dia pernah melakukan hal yang sama dengan orang yang sama pula.
Waktu itu dia sengaja melambatkan ritme bicaranya agar Arkana bisa jelas membaca gerak bibirnya. Sungguh hal yang sia-sia, pikir Quinna.

"Apakah kamu memiliki kenalan yang kesehariannya menggunakan bahasa isyarat?" Akhirnya Rudi yang menerjemahkan secara lisan isyarat dari Arkana barusan, padahal Quinna sudah hampir memberikan jawaban yang artinya dia sudah paham maksud dari pertanyaan Arkana, bikin kesal saja, kenapa bukan dia sendiri yang menerjemahkan pakai mulutnya, dikasih nggak bisa ngomong beneran sama Allah baru tahu rasa! Astagfirullah, mikir apa sih aku ini?! Lagi-lagi pikiran Quinna melantur kemana-mana.

"Saya tidak punya teman atau kerabat yang menggunakan bahasa isyarat, tapi saya pernah bertemu dengan seseorang yang menggunakannya ... " kali ini Quinna bicara lebih cepat, yang bahasa isyaratnya dia tidak paham dia lewati saja, toh dia bisa mendengar dengan jelas kan? "dia yang memotivasi saya ingin belajar bahasa ini," sambungnya.

Quinna mencari tahu adakah yang berubah dari raut wajah Arkana, karena tadi sebetulnya pertemuan dengan dirinyalah yang Quinna bicarakan.
Nihil, Arkana ya Arkana, si manusia minim ekspresi.

"Wah, pasti membekas di hati ya pertemuannya? Sampai bisa memotivasi kamu, atau orangnya cowok ganteng kaya yang di sebelah saya gini?"
Iya memang dia yang di samping kamulah orangnya, tentu saja Quinna hanya mengatakan ini dalam hati. Kenyataannya dia hanya diam saja sembari tersenyum tipis.
"Ya sudah, makasih Mbak Quinna sudah berbagi pengalaman dan berani mencoba, silakan duduk kembali. Setelah ini kita persiapan Salat Magrib berjamaah buat yang muslim ya, yang non muslim, silakan istirahat atau mandi terserah, lalu kita berkumpul kembali di tempat makan, jelas ya semuanya ...."
"Jelas~"
"Oh, dan jangan lupa, usahakan selalu menggunakan bahasa isyarat di setiap kesempatan. Agar kalian semakin terbiasa dan semakin cepat menguasai," tambah Rudi sebelum sesi benar-benar dibubarkan.

Begitulah akhir materi pelatihan hari ini, dalam keyakinannya Quinna menganggap Arkana pasti sudah lupa padanya, bahkan ketika namanya disebut tadi, tak berefek apapun padanya, mungkin karena perubahan penampilannya yang drastis.
Positifnya, dia bisa menjalani hari-hari pelatihan dengan lebih santai tanpa memikirkan Arkana lagi. Benarkah?

Quinna (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang