15. Here, We Are (again)

1.3K 275 18
                                    

Rendezvous sebenarnya berasal dari bahasa Perancis tapi juga digunakan dalam bahasa Inggris yang artinya pertemuan atau tempat bertemu. Filosofi yang bagus dan tepat sekali untuk nama cafe di mana Arkana dan Quinna akhirnya bertemu kembali, bukan?

-Halo-Q-U-I-N-N-A-

Wajah itu, bibir yang melengkung sedikit ragu itu, hidung itu, ini nggak salah, benar dia kan? batin Quinna, masih termangu dengan kehadiran sosok di depannya.

Mereka bersitatap lama, Arkana memberi waktu pada Quinna untuk menerima kemunculannya yang tiba-tiba.

"Ar-ka ...." Na, yang hanya Quinna lanjut dalam hati saja.
Senyum Arkana lebih kentara sekarang. Sebaliknya dengan Quinna, yang panik dan berpikir macam-macam.

Apa Arkana akan melabraknya, ya dia tahu kata-katanya di malam terakhir mereka bertemu itu pantas mendapat imbalan makian atau bahkan lebih parah tamparan dari lelaki tampan di depannya ini.

Tapi Arkana nggak mungkin melakukannya di sini kan? Quinna tetap berpura-pura tenang dan kali ini memicingkan mata demi pertahanannya sendiri.

-Apa-

"Sudah kubilang bukan, jangan berbicara pakai isyarat denganku! Lagi pula kok kamu bisa ada di sini sih?" Quinna pun beranjak dari duduknya sebelum Arkana sempat menyelesaikan bahasa isyaratnya, berpikir dia harus menyelamatkan diri sebelum dipermalukan di tempat umum.

Namun baru saja Quinna keluar dari kursinya dan memutar badan, langkahnya terhenti karena seseorang memegang erat pergelangan tangannya. Rasanya aneh, panas menjalari tempat di mana Arkana mencengkeram erat dirinya. Quinna menajamkan mata, dalam diam dia melihat bergantian ke Arkana dan genggaman tangannya.

"Astaghfirullah ... afwan." Arkana pun segera menarik tangannya, tadi dia memang refleks menangkap pergelangan tangan Quinna karena tak ingin kehilangan momentum untuk bicara dengan perempuan di depannya ini.
Sudah jauh-jauh mencari dan menemukan, kalau sampai Quinna langsung pergi sebelum dia meminta maaf, maka semua akan sia-sia.

Lagi-lagi Quinna berbalik ingin segera melangkah dari sana, dia harus segera menetralisir debaran di hatinya. Ini tidak normal, kalau aku tetap di sini bisa-bisa aku kena serangan jantung, ujarnya dalam hati. Tanpa kentara dia memindahkan tangan yang tadi berada di genggaman Arkana ke atas dadanya. Padahal sebenarnya itu usahanya untuk menenangkan diri dari degupan yang bertalu-talu. Bisa gawat kalau sampai terdengar Arkana, okey aku terlalu berlebihan, pikirannya bersahutan.

"Tunggu ... " langkah Quinna terhenti lagi dan memutar badannya sedikit, tak benar-benar menoleh pada Arkana, "tolong jangan pergi, aku hanya ingin minta maaf ... please." Sorot mata Arkana menyiratkan kekhawatiran.
Dalam hati Quinna tertawa kecil, "Memangnya aku mau kemana? Aku cuma mau mengambil tambahan creamer untuk kopiku, laptopku masih di sini ...." ucapnya sambil melirik ke laptop yang masih menyala di meja lengkap dengan barangnya yang lain.

"Ah iya, tentu, aku ... tunggu di sini kalau gitu." Arkana pun mengambil posisi di seberang tempat Quinna duduk tadi. Merutuki kebodohannya sendiri, karena saking paniknya sejenak otaknya menolak berpikir logis.

"Kamu mau sekalian aku pesankan?" tanya Quinna tiba-tiba mengagetkan Arkana yang masih malu atas perbuatan tololnya tadi.
"Boleh, umh ... espresso aja ...."
Quinna sempat mengernyit mendengar pesanan Arkana, "Pakai uangku dulu aja ... bentar ya," ucapnya ketika melihat Arkana merogoh celananya.

Quinna (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang