12. Anisa

1.2K 279 19
                                    

"Tante, kemarin bukannya mau cerita soal anak Tante yang dingin itu?" Mendengar pertanyaan Quinna, Cheril pun memandang putranya dari kejauhan, tampak dia masih saja sibuk dengan kameranya tapi sesekali berbicara lewat isyarat dengan papanya, entah apa yang mereka tertawakan, tak ayal hal itu juga mengundang senyum tipis di bibir Cheril.

"Kamu sepertinya penasaran banget, suka sama Arkana?" Pertanyaan balik yang tiba-tiba dan tak disangka sempat mengejutkan Quinna, tapi bukan Quinna kalau tak mampu mengatasi serangan mendadak semacam ini.
Tersenyum kecil, dia pun menjawab, "Suka? Aku nggak tahu ya, Tan, tapi lebih ke penasaran. Aku belum pernah bertemu orang seperti Arkana, yang bisa bicara tapi tak mau bicara, bahkan kadang saking bagusnya peranan yang sedang dia mainkan, aku pernah percaya dia tidak bisa mendengar. Bagaimana tidak, dia mengabaikan ketika kami berbicara dalam jarak dekat sekalipun, itu kan─"

"Dia sedang tidak melakukan peranan apapun ...." potong Cheril seketika membungkam Quinna. Sejenak Quinna lupa kalau saat ini dia sedang berbicara dengan ibu dari lelaki yang tadi dia bicarakan kejelekannya. Tentu saja pasti beliau keberatan, batinnya.
Cheril mencari tempat duduk terdekat di sekitar mereka sebelum melanjutkan pembicaraan mereka. Quinna pun bergerak mengikuti.

"Kalau nggak salah saat itu ... liburan panjang dari SMP ke SMA. Arkana menghabiskan waktu liburannya di Surabaya, di rumah kerabat -Tante dari papanya- yang memang sangat dekat dengan kami." Cheril memulai ceritanya, sesekali melihat ke arah dimana suami dan putranya berdiri. Meski penasaran, Quinna berjanji dalam hatinya tak akan menyela dan menunggu cerita Cheril sampai selesai.

"Dia kenal dengan seorang gadis tuli ... " Deg, entah kenapa ada perasaan tak nyaman pada diri Quinna ketika Cheril menyebut kata 'gadis', "namanya Anisa, kebetulan mereka seumuran, harusnya dia juga sebesar kamu sekarang, mungkin?" Harusnya? Lagi-lagi rasa tak nyaman itu menghampiri Quinna.
"Perkenalan mereka singkat, karena si Anisa ini juga sama, sedang liburan di rumah kerabatnya yang kebetulan bertetangga dengan omanya Arkana─"
"Kalau Anisa sendiri aslinya dari mana, Tante?" Quinna telah melanggar janjinya sendiri dengan mengemukakan pertanyaan barusan.

"Kalau tidak salah dia dari Malang, dan setelah liburan itu berakhir pun, mereka masih melanjutkan komunikasi, mungkin karena waktu itu bahasa isyarat merupakan dunia baru buat Arkana, jadi dia sangat antusias dalam belajar." Malang? Apa karena itu dia bergabung di komunitas di kota ini alih-alih di ibukota, padahal di sana komunitas semacam ini pasti ada banyak, batin Quinna bertanya-tanya setelah mendengar jawaban Cheril.
"Bahkan, saat itu dia juga memaksa Tante dan Om untuk ikutan belajar, alasannya agar kami juga bisa mendengarkan 'mereka' yang berkebutuhan, tidak hanya yang tuli atau tuna rungu, bahkan juga para anak atau orang dengan autis misalnya." Quinna mengingat salah satu materi dalam petihannya juga pernah memberitahukan hal serupa. Kini dia pun merasa beruntung menjadi bagian dari komunitas ini. Meyakini bahwa pasti pelatihan yang diterimanya takkan sia-sia.

"Singkat cerita, mereka janjian, ketemuan di liburan berikutnya─"
"Mereka pacaran?" Quinna refleks menutup mulutnya lepas pertanyaan itu dilontarkan, menyadari untuk kedua kalinya dia menyela cerita Cheril.
Sementara Cheril menggeleng sambil tersenyum kecil, "Tante rasa enggak, Anisa itu ... kalau kamu tahu anaknya pasti kamu langsung menyukainya. Tante pun begitu, sempat beberapa kali ikut video call dengannya, entah kenapa mudah sekali untuk suka padanya. Dan Tante rasa Anisa bukan tipe-tipe gadis yang kenal istilah pacaran atau semacam itu. Tapi kalau soal perasaan mereka, Tante ... " berhenti sejenak Cheril mengedikkan bahu lantas berkata, "Tante nggak tahu."

Quinna diam dan bersabar menantikan kelanjutan cerita Cheril, sepertinya Mama Arkana membutuhkan sedikit waktu. Di sela menunggu tak sengaja matanya bertemu dengan Arkana, sepertinya dia sedang keheranan melihat Mamanya duduk berdua bersamanya, segera dia pun mengalihkan pandangan.
"Hmm ...." gumam Cheril menarik perhatian Quinna kembali padanya.
"Di liburan yang mereka janjikan, Arkana sudah banyak mengerti sign language. Sampai kabar buruk itu datang. Tantenya Om Angga mengabarkan kalau teman Arkana mengalami kecelakaan. Saat itu yang Tante khawatirkan justru Arkana, apakah mereka sedang bersama saat kejadian itu terjadi, apa dia baik-baik saja, apa dia ikut terluka? Hal-hal semacam itu yang terlintas di pikiran Tante. Satu hal yang wajar sebagai orang tua, bukan?" Quinna pun mengangguk menyetujui.

Quinna (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang