18. Hilang

1.5K 281 39
                                    

"Quin ...."
"Gue emang dari dulu suka sama lo, makanya kita bisa awet temenan sampai sekarang, iya kan?"

Ah, dan Alex pun baru menyadari kalau Quinna salah menangkap maksudnya. Bukan 'suka' ini yang dia bicarakan, Alex bimbang apa dia harus terus maju atau menarik kembali pernyataan isi hatinya tadi.

"Iya ... lo benar. Kita sudah terlalu nyaman satu sama lain ...." Alex menjawab dengan tatapan kosong.

Bagus, please Alex, jangan kotori persahabatan kita dengan pernyataan yang akan membuat kita sama-sama menyes

"Tapi gue udah nggak bisa mengabaikan lagi, Quin" Alex pun menyela pemikiran Quinna. "Gue—"
"Lex, gue harus ke masjid sekarang, kita sambung nant—"

"Gue suka sama lo sebagai cowok suka ke cewek!" There, akhirnya kukatakan juga, batin Alex. Napasnya kini terengah, karena walau hanya sebaris kalimat ternyata membutuhkan energi yang besar untuk mengungkapkannya.

Quinna menatap Alex tajam, menahan diri agar tidak meledak di sana. Kedua tangannya meremas pinggiran roknya. Ingat Quinna, ini pesantren, berkali-kali dia berkata demikian dalam hati. Tapi sorot kemarahan dan kekecewaan tergambar jelas dari riak mukanya.

"Quin, gue—"
"Gue akan anggap yang barusan nggak pernah terjadi dan nggak pernah gue dengar, sebaiknya lo balik sekarang." Quinna langsung memutar tubuhnya ingin segera beranjak dari hadapan Alex. Namun, baru beberapa langkah ....

"Nggak bisa, Quin. Jangan pikir gue nggak mencoba—"
"Mencoba apa?" Quinna pun kembali menghadapi Alex, "Apa yang udah lo coba, Lex? Please, tarik ucapan lo tadi!"

"Gue udah berusaha nggak peduli, walau lo dekat sama siapapun, gue nggak mau ngurusin, lo sama Bimo pun gue diam. Karena gue tahu lo nggak pernah serius. Tapi gue bisa tahu lo suka sama Arkana
"Dan entah kenapa, gue nggak bisa diam lagi, Quin. Jangan kira gue nggak berusaha membunuh perasaan ini."

"Berarti usaha lo kurang kuat! C'mon, Lex. Gue pernah tanya sama lo, dan lo bilang kita aman, lo bukan suka sama gue sebagai perempuan! Apalagi kalau lo udah tahu gue sukanya ama siapa, biasanya lo paling setia jadi cheerleader gue. Kenapa kali ini ....
"Gue bahkan pernah bilang sama Tara, kalau gue sangka lo gay karena nggak pernah jalan sama cewek, dan asal lo tau kalaupun itu benar gue akan tetap menyayangi lo! Sebagai sahabat! Lalu ada Tara, dia suka sama lo, gue ...."

Quinna tak sanggup melanjutkan lagi, dia hanya menunduk menahan air mata yang berdesakan ingin segera keluar. Hari ini dia kecewa. Dia sudah percaya pada Alex dan kini merasa dikhianati lagi, untuk ke sekian kalinya.

"Quin, gue bukan gay, gue diam lo ledekin begitu untuk nutupin perasaan gue. Dan Tara, kalau saja mudah begitu saja mengalihkan rasa ini, dengan senang hati akan kupindahkan ke dia, tapi kan nggak begitu kenyataannya, Quin?!"

"Trus lo harapin gue jawab apa, hah?"
Alex pun bungkam, dia bahkan sudah tahu hasilnya akan begini. Kenapa dia tetap memaksa mengatakannya. Selama ini dia baik-baik saja hanya sebagai sahabat Quinna, kenapa sekarang harus menuntut lebih.

"Gue harus mengungkapkannya Quin,  meskipun gue udah tahu hasilnya—"
"Bagus kalau lo udah tahu, nggak ada yang perlu dibahas lagi, gue mau ke masjid." Kali ini Quinna memantapkan diri meninggalkan Alex. Tapi, lagi-lagi langkahnya terhenti mendengar panggilan namanya, hanya dia bergeming di posisinya, tak ingin melihat Alex.

"Gue minta maaf," lirih Alex berucap. Berharap Quinna menengok sedikit saja.
"Jangan hubungi gue dulu, sampai pikiran lo benar-benar jernih!" Setelah menjawab demikian Quinna meneruskan langkah tanpa menoleh ke tempat di mana Alex berdiri sekalipun.

Quinna (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang