Chapter 2

2.9K 295 19
                                    

- Penentuan -

"Sebaiknya, kita harus mengadakan pertandingan untuk mereka berdua." ucap seorang pria tua.

"Bukankah sudah jelas? Lebih baik dia saja yang dipilih..!" seru yang lain terlihat protes.

"Itu benar! Dia saja yang harus dipilih!" timpal beberapa orang.

Seorang pria paruh baya menyahut, "Mereka benar, aku juga yakin dia lebih kuat."

"Bagaimana jika satunya lebih kuat? Walaupun sebenarnya aku juga tidak yakin." kata pria tua.

"Walau begitu, mari berikan satu kesempatan." Semua yang ada di sana menghela napas pelan mendengar penuturan si pria tua. Lantas, mereka berpikir sejenak. "Baiklah."

"Sudah diputuskan, kita akan mengadakan pertandingan untuk mereka berdua."

*

Hinata kecil mengerjapkan kedua matanya berulang kali, ia terkejut melihat sesuatu yang ada di depannya. "Cantiknya.."

Anak itu melihat sebuah bunga yang muncul di samping mansion-nya. Bunga itu adalah bunga lavender. Hinata kecil langsung menyukainya begitu melihatnya pertama kali.

Ko datang memanggilnya, "Hinata-sama.."

"Ya, Ko-niisan..?"

"Anda dipanggil oleh Hiashi-sama."

"Wakatta." Hinata kecil tersenyum bahagia, ini adalah kali pertama ayahnya memanggil anak itu untuk pergi ke ruangannya. Ko ikut tersenyum, semua orang tahu hubungan Hinata kecil dan Hiashi yang tidak bisa dibilang baik.

"Arigatou gozaimasu, Niisan..!"

Hinata kecil berjalan menuju ke ruangan ayahnya. Begitu sampai, dia menggeser pintu shoji. Tampak Hiashi yang duduk bersila sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Masuk dan duduk." ujar pria paruh baya itu dengan datar dan Hinata kecil pun segera masuk.

"Intinya saja, segera bersiap-siaplah. Kau akan bertarung dengan Hanabi untuk merebutkan posisi ahli waris klan."

Perkataan Hiashi membuat Hinata terkejut bukan main. Merasa tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir mungil Hinata kecil, Hiashi menatap tajam putri sulungnya itu.

"Hanya itu. Pergi."

Hinata kecil menunduk, beranjak dari duduknya kemudian keluar dari ruangan Hiashi. Sebelum pergi, dia sempat menutup pintu shoji.

"Bertarung dengan Hanabi-chan, ya..?" gumam Hinata kecil pelan sambil terus berjalan.

Suara seorang anak perempuan mengagetkan Hinata kecil, "Sudah mendengar tentang pertarungan itu?"

Hinata kecil berhenti lalu menoleh ke kiri. Adik satu-satunya itu sedang berdiri dan bersandar pada dinding dengan melipat kedua tangannya. Dia menatap tajam Hinata kecil sambil menyeringai tipis.

"Aku sudah mendengarnya, Hanabi-chan.." Hinata kecil tersenyum senang, karena akhirnya adiknya itu mau berbicara kepadanya.

"Kau lihat saja nanti, aku yang pasti akan menjadi ahli waris klan Hyuga!" ucapan itu terasa dingin sama persis seperti ayahnya.

"Aku akan membuatmu hancur, Kak!"

"Sudah berapa kali hiks.. Hinata-nee mengatakannya padamu hiks.. bahwa-" ucapan Hinata kecil terpotong.

Hanabi kecil menyahuti perkataan dengan menusuk, "Yayaya, aku sudah mendengar hal itu berkali-kali darimu. Ko-niisan hanya sebatas kasihan dan tidak lebih!"

"Aku tidak akan pernah memanggilmu dengan sebutan Nee-sama. Lagipula, aku juga tidak pernah menganggapmu sebagai kakakku. Kau hanyalah sampah di klan suci ini!" lanjutnya dengan sinis.

Tiba-tiba datang seseorang yang memang sudah lama membenci Hinata kecil, "Semua yang dikatakan Hanabi-sama itu memang benar adanya."

"N-Neji-nii.."

Hinata kecil segera berlari keluar mansion dengan berderai air mata. Hatinya terlalu sakit untuk mendengar semua perkataan Neji dan Hanabi kecil. Ia terus berlari hingga tiba sampai di tempat taman kanak-kanak. Dia menangis sesenggukkan lama di sana. Beruntung, di sana tidak ada seorang pun yang bermain ataupun hanya untuk sekadar lewat.

"Hinata-sama! Hinata-sama..!" teriak Ko yang sedang mencari Hinata kecil, dia benar-benar khawatir kepadanya. Ko terus berjalan hingga akhirnya kedua mata besarnya menangkap sebuah objek yang tadi dicarinya kemana-mana, segera saja dia berlari.

"Hinata-sama.." ujar Ko begitu sampai di dekat Hinata kecil yang sekarang ini sedang duduk di atas ayunan sambil menunduk.

"Hinata-"

"Ko-niisan, apakah Niisan selama ini hanya sebatas kasihan pada Hinata dan tidak lebih?" Hinata kecil mendongak, menatap Ko dengan pandangan yang menyendu. Ko terkejut ketika melihat kedua mata Hinata kecil yang terlihat sedikit sembab, "Kenapa Hinata-sama bertanya seperti itu?"

Ko duduk di ayunan lain tepat di samping anak itu. "Hinata hanya bertanya dan tolong jawab dengan jujur, Ko-niisan."

Ko menghela napas pelan, "Saya tahu ini semua karena ucapan Hanabi-sama kan, yang membuat Anda menjadi bertanya seperti itu..?"

"Hinata-sama, tolong percaya kepada saya bahwa selama ini saya melakukannya secara tulus. Lagipula, saya sudah menganggap Hinata-sama seperti adik saya sendiri. Saya mohon kepada Anda untuk tidak mempedulikan perkataan Hanabi-sama.." lanjut Ko yang membuat Hinata kecil menunduk.

"Sekarang, kita pulang ya..?" Ko berdiri dan membungkukkan badannya untuk menyamakan tingginya di depan Hinata kecil.

*

Siang pun telah tiba, beberapa orang tengah berdiri menepi di sekitar tanah kosong. Hanya dua anak kecil yang berdiri sedikit menengah. Mereka yang ada di sana adalah Hinata kecil, Hanabi kecil, Hiashi, seorang tetua klan Hyuga, dan beberapa orang dari keluarga cabang.

"Kau lihat saja, aku pasti akan menang." ujar Hanabi kecil dengan seringai jahatnya. Hinata kecil dan Hanabi kecil mulai memasang kuda-kuda, lalu mengaktifkan byakugan masing-masing. "Mulai!"

Hanabi kecil langsung menyerang dengan jutsu andalannya ialah Jyuken. Hinata kecil tak mau kalah, dia juga menggunakan Jyuken-nya. Pertarungan pun menjadi sengit. Namun, Hinata kecil akhirnya menemukan celah untuk memenangkan pertarungan melawan adiknya. Meskipun begitu, anak itu ragu untuk menjatuhkan Hanabi kecil.

"Bolehkah Kaasan meminta sesuatu untuk yang pertama dan terakhir, Hina-chan?"

"Tentu saja! Apa itu, Kaasan?"

"Ketika nanti tiba saat pemilihan kepala klan, Hina harus mengalah dan memberikannya kepada Hana. Hina mau melakukannya, kan? Ibu takut Hana menjadi sasaran utama kebencian Neji-kun jika saja dia tidak terpilih menjadi ahli waris klan, dia masih sangat kecil."

"Baik Ibu, Hina akan melakukannya.."

"Kaasan sangat berterima kasih, Hina-chan adalah anak yang luar biasa. Kaasan bangga kepada Hina-chan yang melindungi adiknya dari balik bayangan."

Hanabi kecil memiliki kesempatan untuk membuat serangan balasan dan berakhir memenangkan pertarungan tersebut. Orang-orang yang menonton pertandingan itu berbisik-bisik pelan. "Sudah kita duga akan begini akhirnya."

"Kau memang hebat, Hanabi!" ujar Hiashi dengan bangga.

Semuanya memuji si anak bungsu. Mereka semua tidak tahu jika sebenarnya Hinata kecil tidak mau menyakiti adik tercintanya itu. Lagipula juga karena permintaan ibunya yang menginginkan Hinata kecil untuk menjadi pelindung adiknya dari balik bayangan.

Seringai jahat muncul di wajah Hanabi kecil, "Sudah ku bilang, bukan?"

Hinata kecil bangkit lalu tersenyum sebentar, kemudian berjalan keluar menuju ke kamarnya. Hiashi dan orang-orang sekitar melihat kepergian Hinata kecil dengan pandangan datar dan juga sinis.

"Anak lemah yang terlalu baik." ucap Hiashi, yang diangguki oleh semuanya.

What If : Akatsuki adalah HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang