Chapter 15

1.2K 163 14
                                    

- 1440 M -

Hinata mengerjapkan kedua matanya dengan perlahan. Ketika wajahnya mendongak, yang terlihat tepat di hadapannya adalah pemandangan wajah Sasuke yang masih tertidur. Menyingkirkan tangan Sasuke, lalu bangkit terduduk di atas ranjang. Mendadak Shiro Zetsu muncul dari dalam tanah.

"Madara-sama menunggumu di luar." katanya, yang hanya direspon oleh Hinata dengan gumaman kecil. Hinata segera bangkit keluar dari dalam kamar.

Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Madara dengan topeng, mantel, dan oh, apakah itu senjata? Semuanya benar-benar baru.

"Jadi, kau membawa uang kas untuk ini?" akhirnya Hinata bertanya setelah diam beberapa saat.

"Kau bisa melihatnya.... Bawa uang ini dan kau bisa menggunakannya untuk apa pun." Madara melemparkan sebuah bungkus buntalan plastik dan sesudahnya mendarat tepat di depan Hinata. Hinata segera memungut buntalan plastik itu.

"Bagaimana kondisinya?" kini giliran Madara yang bertanya.

"Seperti biasa."

"Jaga Sasuke dan dirimu sendiri. Perang akan segera dimulai nanti siang." ucap Madara sebelum menghilang.

.

.

Cklek

"Dari mana?" sebuah pertanyaan langsung keluar dari mulut Sasuke.

"Dari depan. Madara datang mengembalikan uang." jawab Hinata seraya berjalan mendekati meja dan menaruh sebuah bungkus buntalan plastik itu di atasnya.

Selanjutnya, Hinata membuka buntalan itu. Hinata mengambil beberapa koin dan beberapa lembar uang.

Tahu-tahu, tangan Sasuke memegang mata sebelah kanan. Hinata menoleh ke arahnya, "Apakah terasa menyakitkan?"

"Tidak," tangannya sedikit diturunkan.

"Aku merasa nyaman. Aku bisa merasakan ini lebih kuat." ujarnya sembari tersenyum lebar.

Hinata mengangguk, ia lalu bertanya kepada Sasuke tentang makanan. Sasuke hanya berucap untuk membawakan makanan yang serupa. Hinata kemudian pergi membeli makanan ke tempat toko itu.

Hinata tidak bisa memasak. Akatsuki mengajarinya bagaimana cara untuk tetap bertahan hidup. Membunuh dan melaksanakan misi tertentu, sudah menjadi tugas utama selain memburu para jinchuriki.

Perintah yang diberikan oleh para saudara dan saudari adalah mutlak bagi Hinata. Tentu jika bukan berurusan dengan misi atau apa pun itu, ia tidak akan bersusah payah dalam melakukan sesuatu.

Ia harus segera memutuskannya sebelum tiba, pikir Hinata.

.

.

Pada akhirnya, Hinata membeli dua bungkus kare raisu dan dua botol ocha. Sebelum Hinata selesai menghabiskan makanannya, Kaguya membisikkan sesuatu hal.

"Aku ingin berbicara."

Setelah selesai, Hinata langsung keluar kamar. Duduk di atas pintu kerangka adalah pilihannya saat ini.

"Kaguya-kaasan." panggil Hinata.

Kaguya menampakkan dirinya perlahan-lahan. Dia pergi ke belakang Hinata dengan tujuan mengusap kepala seperti yang telah dilakukannya kemarin. "Kau tumbuh besar, kuat, dan cantik. Aku tahu akan sulit, tetapi kita harus berpisah. Sekarang."

Hinata membuka mata dengan cepat, setelahnya menoleh ke arah Kaguya. "Kaasan tidak akan di sisiku selamanya, ya."

Kaguya tersenyum tulus, "Tentu."

What If : Akatsuki adalah HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang