- Kembali? -
Mereka yang di bawah masih terus mengejarnya, sedangkan mereka yang di atas masih tetap berusaha memancing. Sepertinya sang kakak ingin bermain-main cukup lama, itu karena dia sangat tertarik. Bahkan beberapa menit yang lalu, baru saja kehilangan tangan kanannya.
Jika sang kakak terlihat sangat tertarik, maka berbeda lagi dengan si adik. Begitu mereka bersama, bahkan ketika sang kakak mengajaknya berbicara, ia hanya diam. Si adik justru dipaksa untuk mengingat kembali akan kampung halamannya, mmbuatnya harus mengingat kenangan lama yang telah berlalu.
"Turunlah, aku yang akan menghadapi mereka, hm."
Si adik lalu tersadar, bahkan ia tidak tahu jika mereka berdua sudah berada di dekat tebing.
"Baiklah." pada akhirnya ia meloncat ke atas tebing tersebut.
Deidara meninggalkan Hinata dan terbang kembali bersama burung putih buatannya. Hinata menatap kepergian Deidara, kemudian pergi memasuki hutan.
Kakinya melangkah mengikuti arah kemana Deidara pergi, mata byakugan-nya juga aktif. Ia ingin melihat pertarungan sang kakak dari jauh.
"Hinata-sama..." suara itu memanggil nama Hinata.
Hinata tahu, hanya saja dia tidak peduli. Niatnya melihat pertarungan Deidara terasa lebih menarik daripada harus meladeni si pemanggil namanya.
Tap
Tap
Hinata menatap datar ke depan, mereka berdua menghalangi jalannya.
Orang yang dulu sekali dipanggilnya nii-san. Hyuuga Neji.
Bersama kawan setimnya, Tenten.
Teman seakademi dengan Hinata."Apa ada perlu? Jika tidak, menyingkirlah. Jika iya, katakan dengan cepat... Kalian menghalangi jalanku."
"Hinata-sama.. kami..." lidah Neji tiba-tiba menjadi kelu.
"..."
"Kami..." menatap Hinata, Neji mendapatkan sedikit tatapan tajam.
"..."
"Maksud saya.... Ayo kembali ke desa, ke rumah, tempat kita lahir."
Hinata terdiam sebentar sebelum berkata, "Tidak akan."
Dua kata dengan nada yang sedikit ditekan.
Neji menyahut, "Kenapa?"
Kenapa?
"Tidak ada."
"Mari kita pulang bersama..... Ayah anda - Hiashi-sama, menunggu kedatangan Hinata-sama." katanya meyakinkan.
"..."
"Tempat ku pulang ada di sini. Lalu, kenapa aku harus ke sana?" bernada datar, sedatar tatapan yang dilayangkannya.
"Untuk apa aku harus pulang kembali ke tempat dimana aku lahir, jika di sana saja aku tidak dihargai dan dibenci?"
"Di sini, aku dibutuhkan. Di sini, aku dihargai. Di sini aku disayang layaknya seorang adik dengan cara mereka sendiri. Jika di sini semuanya ada, lalu dengan alasan apa aku harus kembali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
What If : Akatsuki adalah Hidupku
Fanfiction[BOOK I] [SasuHina] [Canon] Semua sudah digariskan kepadaku dan aku sudah ditetapkan seperti ini. Yang perlu ku lakukan hanyalah mengikuti alurnya. Aku tidak keberatan selama berada di dalam lingkaran yang penuh akan hitam putih, karena siapapun tah...