- Tipuan Mimpi -
Setiap detik, menit, dan jam bagi mereka merupakan kegelisahan. Mempersiapkan segalanya jika sewaktu-waktu Kabuto mengisyaratkan diri untuk meminta bantuan, apa pun itu. Orang-orang tahu bahwa Sasuke ialah salah satu yang bisa mengalahkan Madara dalam level ini. Maka dari itu cepat bangunlah dari tidurmu, Uchiha!
Namun pada akhirnya Sasuke tetap membangunkan dirinya. Mereka merasakan kelegaan yang luar biasa, terutama Karin yang begitu memuja kepadanya. Sasuke langsung menghampiri hokage kedua - yang jaraknya cukup dekat, sedang terlungkup tidak bisa bergerak karena tongkat-tongkat milik Madara.
"Berapa orang yang bisa kau pindahkan, Nidaime?" laki-laki yang berambut melawan gravitasi bertanya dan mengambil banyak tongkat panjang.
Hokage kedua perlahan bangun, menatap Sasuke dengan banyak arti. "Di saat seperti ini, aku hanya bisa membawa satu."
"Aku yang akan pergi."
Tidak ada yang memprotes keputusan Sasuke, terkecuali Karin seperti yang mereka ketahui. Suigetsu tersenyum tipis dan berujar bahwa mereka–kelompok Taka, mungkin merasa bebas, walaupun sebenarnya ia tidak atau bahkan belum terpikirkan.
Tidak ada yang berkomentar tentang hal itu. Meski begitu, Sasuke pergi tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Hokage kedua juga ikut menghilang setelah berhasil memindahkan Sasuke. Hanya tersisa Kabuto, Hinata, dan kelompok Taka bersama Orochimaru.
"Jadi... kita akan kemana?" pertanyaan yang dilontarkan Suigetsu dibuat untuk memecah keheningan. Itu tidak mengubah apapun dan mereka semua masih dalam keterdiaman, setidaknya makhluk cair itu sudah berusaha.
Hinata membalikkan tubuhnya dan bersiap untuk meninggalkan mereka jika saja tidak ditahan sebentar oleh Orochimaru. "Kau akan pergi kemana, Nona Hyuga?"
Menatap sebentar ke arah laki-laki bermata ular itu seraya menjawab, "Aku akan pergi ke tempat pasukan terdekat."
Orochimaru mengangguk paham, setelah itu barulah Hinata bisa pergi meninggalkan mereka. Sesuai dengan perkataannya, ia pergi menemui segerombolan pasukan shinobi. Di antara mereka terlihat Kiba dan Shino yang tengah beristirahat sejenak.
"Kalian baik?" pertanyaan itu diucapkan oleh Hinata.
Shino mengangguk dan Kiba menjawab, "Ya kami beristirahat, tapi tim ini akan segera pergi bergabung dengan pasukan lain. Apakah kau ingin ikut?"
Hinata mengiyakan itu. Kiba dan Shino merasa cukup bersyukur, masih ada perasaan tidak percaya mereka ada di sini, berkumpul lagi sebagai tim delapan dari masa lalu. Keputusasaan pernah dirasakan oleh Kiba dan Shino ketika mereka bertemu terakhir kali dengan perbedaan persepsi dan tujuan milik Hinata, hitam dan putih yang terlihat sangat kontras.
Kiba dan Shino tidak tahu apa yang telah terjadi, tetapi itu tidak penting. Bagaimanapun mereka bertiga telah bersatu. Itu sudah cukup untuk saat ini. Membiarkan perempuan itu beradaptasi dengan dunia yang baru–tidak, seharusnya memang dunia baru itulah dunia milik Hinata sedari awal.
"Ku rasa kita sudah siap, apa benar begitu?" seseorang berkata di antara segerombolan pasukan itu.
Mereka menjawab, "Ya, kita/Ya, benar."
"Musuh tersisa satu orang, segera buat rencana dengan semua pasukan. Ini tidak akan mudah." ujar Hinata yang disetujui oleh lainnya, lalu dengan segera pergi mencari pasukan-pasukan lain.
Hinata, Shino, dan Kiba berhasil mengumpulkan cukup banyak pasukan. Tim delapan telah menemukan keberadaan Shikamaru yang sedang bersama dengan tim sepuluh dan beberapa pasukan. Hinata, Shino, Kiba dan para pasukan yang terkumpul mendatangi tim sepuluh. Tim delapan bermaksud membicarakan rencana untuk mengalahkan musuh, namun saat itu bulan bercahaya cukup terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If : Akatsuki adalah Hidupku
Fanfiction[BOOK I] [SasuHina] [Canon] Semua sudah digariskan kepadaku dan aku sudah ditetapkan seperti ini. Yang perlu ku lakukan hanyalah mengikuti alurnya. Aku tidak keberatan selama berada di dalam lingkaran yang penuh akan hitam putih, karena siapapun tah...