Ruang makan seharusnya menjadi hal yang menyenangkan bagi Heerin. Namun, entah mengapa sejak pulang dari acara makan siang tadi, wajahnya selalu merengut dan membuat sang ayah merasa kurang nyaman.
"Heerin kenapa?" Nah 'kan! Kuberitahu satu hal, suara lembut Baekhyun hanya akan keluar ketika berhadapan dengan sang istri dan anak semata-wayangnya. Itu pun dilakukan hanya untuk membujuk mereka jika sedang marah atau tidak mood.
Heerin mendelik galak. "Masa Papa mau jodohin Heerin sama anaknya Om Chanyeol sih?!"
Baekhyun terkekeh geli. "Papa 'kan cuma bercanda. Kenapa kamu menganggapnya serius? Oh, jangan-jangan kamu sebenarnya ngarep, ya dijodohin gitu?" godanya dengan wajah menyebalkan. Rasanya pori-pori di wajah Heerin sudah mengeluarkan asap amarah.
"Park Jisung itu anaknya lucu, imut, dan cerdas. Kayaknya nggak salah, deh dia disandingkan sama kamu. Anak Papa Baekhyun 'kan juga sama lucunya, cantiknya!" Baekhyun mengunyel pipi sang anak membuat Heerin tambah emosi berkali-kali lipat. Apalagi jika bahasa yang digunakan Baekhyun cukup membuatnya geli sendiri.
Heerin berdiri dari duduknya secara tiba-tiba membuat sang ayah terkaget-kaget. "Yaudah, Papa aja yang dijodohin sama Jisung!"
Baekhyun melongo sejenak. Apa tadi?
"BYUN HEERIN!" Lagi-lagi, teriakan menggelegar itu terdengar seperti suara lebah berisik bagi Heerin yang sudah berjalan menjauh.
Taeyeon yang sejak tadi menonton drakor di ruang keluarga pun menoleh dengan wajah keki. "BAEKHYUN, KALAU LO TERIAK LAGI, TIDUR DI LUAR AJA!"
Heerin tertawa di balik pintu kamarnya, menertawai nasib sang ayah yang akan tidur ditemani ribuan nyamuk nanti malam.
🍂🍂🍂
Semilir angin malam memang hal yang disukai oleh Heerin. Tidak ada polusi seperti saat di siang hari.
Gadis itu sedang duduk santai di kursi balkon, menikmati pemandangan jalanan komplek yang sepi.
Rumah mereka terletak di perumahan elit yang hanya dihuni oleh orang-orang berkantong tebal. Halaman rumahnya pun berjauhan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Semua orang tidak ada yang peduli satu sama lain. Tidak ada acara ghibah antar tetangga yang biasanya terjadi seperti di televisi. Terkadang, hal itu membuat Heerin jenuh sendiri.
Suara deritan pagar yang terbuka berhasil mengalihkan atensi gadis itu. Kebetulan balkonnya mengarah langsung pada halaman depan.
Sesosok berbaju serba hitam memasuki pekarangan rumahnya dengan ragu. Kepalanya tertoleh kesana-kemari membuat Heerin curiga.
Sebagai langkah pencegahan yang absurd, Heerin pun melempar sandal pinknya tepat ke arah sosok itu. Gotcha! Sandal itu mengenai kepalanya. Tebak apa yang terjadi selajutnya?
Orang itu mendongkak sekaligus memperlihatkan wajah aslinya.
"Jisung?" gumam Heerin lebih takjub pada diri sendiri. Sementara laki-laki yang baru saja ditimpuk sandal hanya bisa mengerjap polos dari bawah sana.
"Wahh ada Jisung! Masuk, Nak!" Lagi, Heerin dibuat takjub karena ibunya keluar dan menghampiri laki-laki itu. Merangkulnya dengan hangat seakan-akan laki-laki itu adalah anaknya.
Taeyeon yang malam ini menggunakan daster, menyadari ada sebuah sandal pink yang tergeletak tak jauh dari anak sahabatnya. Ia sempat menaruh curiga jika Jisung ini maling sandal, tetapi segera ia tepis jauh-jauh prasangka tidak masuk akal itu. Kebetulan matanya sempat menatap balkon kamar Heerin.
Memimicing tajam, Taeyeon pun mengambil sandal yang diduga milik anaknya tersebut. Kemudian tanpa aba-apa melemparnya sangat kencang hingga berhasil menabrak kening Heerin.
Mata gadis itu melotot tajam. "MAMA?!" pekiknya dengan suara yang persis seperti Baekhyun.
"Apa?!"
Dengan tawa kikuk, Heerin membalas ucapan Taeyeon. "Aku sayang Mama."
Jisung hanya dibuat melongo melihat kelakuan anak dan ibu yang sama-sama absurd. Tujuannya datang kemari hanya karena perintah sang ayah, itu pun dipaksa habis-habisan sampai ancaman credit card diblokir mengudara.
Taeyeon menggeleng maklum. "Maaf ya, Nak Jisung. Heerin otaknya emang agak geser sejak diajak ngomong sama Papa Baekhyun," ucapnya tanpa dosa lalu kembali merangkul Jisung dan membawanya masuk. Sekilas mata laki-laki itu melirik Heerin yang kembali duduk santai di balkonnya.
Sesampainya di ruang tamu, Jisung dibuat kagum dengan desain interior yang luar biasa modern. Rumah ini bertema monokrom, yang mana semua cat didominasi oleh warna hitam dan putih. Perabotannya pun terbuat dari kayu yang bagus, mahal, dan mengkilap. Di tengah dinding ruang keluarga, ada pigura berukuran besar. Di sana terpampang wajah-wajah pemilik rumah yang sangat elegan. Baekhyun yang menggunakan tuxedo, Taeyeon yang menggunakan dress hitam selutut, dan Heerin kecil yang menggunakan gaun panjang hitam. Keluarga ini sempurna!
Taeyeon yang sejak tadi memperhatikan Jisung pun tersenyum tipis. "Gimana? Rumah Mama Taeyeon bagus, nggak?" tanyanya sembari mengelus rambut Jisung.
Memang, sejak makan siang bersama tadi, Taeyeon meminta Jisung untuk memanggil mereka dengan sebutan 'Mama-Papa'. Hal itu juga berhasil membuat Heerin merasa terancam eksistensinya.
Jisung mengangguk lucu sebagai tanggapan. Taeyeon menjadi berkali-kali lipat gemas. Wanita itu pun menyuruh Jisung untuk duduk di salah satu sofa lalu beranjak pamit untuk membuatkan minuman.
Sepeninggalan Taeyeon, Jisung terus memindai isi rumah. Ia ingin Chanyeol dan Wendy juga mendesain rumah tepat seperti ini.
"Ngapain liatnya sampai begitu amat? Jangan-jangan mau maling, ya?"
Belum juga beberapa menit ia terkagum-kagum, sudah ada suara penuh curiga yang berhasil memicu emosinya. Ia menoleh dengan wajah jengkel pada gadis yang baru saja menuruni tangga.
"Belum juga kenal, udah main tuduh-tuduh aja!" ketus Jisung tanpa peduli jika Heerin adalah anak dari pemilik rumah yang sedang ia singgahi saat ini.
Heerin mendelik. "Belum juga kenal, udah main ketus-ketus aja!" balas Heerin membalikan kata-kata Jisung. Laki-laki itu jadi benar-benar kesal sekarang.
"Ngapain? Disuruh Om Chanyeol?" Heerin mendudukkan diri tepat di sebelah Jisung, membuat laki-laki itu langsung menggeser duduknya agar ada jarak diantara mereka. Heerin hanya mencibir atas sikap Jisung.
"Bukan urusan lo!"
"Dih, di depan nyokap sama bokap gue aja sok jaim lo!"
Kepalang kesal, Jisung pun memilih opsi diam agar gadis di sebelahnya ini tidak menangis karena ulahnya nanti.
"Serius nanya, lo ngapain malam-malam ke sini?" Heerin yang sepertinya memulai pembicaraan serius, tapi ditanggapi tak acuh oleh Jisung.
"Emang perlu gue jawab?"
Heerin menggeram dengan tangan yang terkepal. Ia berusaha menahan agar tidak ada adegan baku hantam dengan laki-laki menyebalkan di sebelahnya.
"Serah lo, anjing!" Baru saja ingin beranjak, Jisung sudah menarik tangan Heerin hingga terduduk kembali.
Jisung menyudutkan Heerin di ujung sofa dan mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka hampir bersentuhan, membuat gadis itu tiba-tiba blank. Matanya terpejam dengan jantung yang berdegup kencang.
"Jangan cari masalah sama gue!" bisik geram Jisung tepat di samping telinga Heerin. Sumpah, rasanya nyawa Heerin melayang saat itu juga, saat dimana Taeyeon memergoki keduanya.
"Jis--ASTAGA OH MY MY MY!"
🍂🍂🍂
Palangka Raya, 16 September 2020
08.07 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED [Park Jisung]✓
FanfictionPark Jisung, mahasiswa tingkat akhir yang dipaksa menikah dengan bocah ingusan baru tumbuh gigi. Byun Heerin, gadis kelas 12 SMA yang dipaksa menikah dengan laki-laki baru puber penuh emosi. Tinggal dalam satu atap tidak membuat keduanya saling men...