14 : Sakit

1.6K 231 1
                                    

Hunian mewah di lantai 15 saat ini sepi. Pemiliknya masih asik menjelajah dunia mimpi.

Heerin tertidur dengan posisi membelakangi Jisung, dan laki-laki itu juga tidur dengan posisi menghadap dinding. Saling membelakangi lebih tepatnya.

Angin berembus kencang dari celah-celah pintu kaca balkon yang tidak ditutup rapat, berhasil menimbulkan sensasi mengigil pada kedua insan di atas kasur tersebut. Mereka sama-sama menggeliat, berbalik, lalu berpelukan. Tidak ada yang sadar posisi sama sekali. Nafas Jisung bahkan mengenai wajah Heerin dengan hangat.

Nyaman adalah satu kata yang mendefinisikan perasaan mereka saat ini. Lampu yang temaram berhasil menciptakan suasana romansa bagi keduanya.

"Eung..." Heerin melenguh membuat Jisung perlahan membuka kedua kelopak matanya.

Laki-laki itu seketika terbelalak ketika menyadari posisi mereka yang terlampau dekat. Ia ingin melepas pelukan itu jika saja hawa panas dari tubuh Heerin tidak membuatnya tersadar bahwa gadis itu sedang demam tinggi.

Jisung panik.

Dengan lembut ia semakin mendekap tubuh Heerin hingga gadis itu bernafas tenang di dadanya. Jisung tidak berpengalaman untuk mengurus orang sakit karena selama ia demam, ada Wendy atau Jaemin yang selalu merawatnya.

Jisung berniat meraih ponselnya dan menghubungi Jaemin ketika---masih dalam pelukannya---Heerin bergerak tidak nyaman disertai gumaman-gumaman tidak jelas.

"Mama..."

"Euh, Jeongin..."

Apa?

Segera, Jisung menunduk dan menatap lekat wajah Heerin yang matanya masih terpejam. Alis gadis itu mengerut dengan mulutnya yang masih meracau.

Ada rasa seperti patah dalam hati Jisung. Saat demam begini, yang Heerin sebut adalah ... Jeongin? Ada hubungan apa mereka?

Memilih abai demi kepentingan Heerin, Jisung pun perlahan melepas pelukannya, lalu berjalan menuju dapur. Kakinya yang hangat mengecupi lantai sedingin es.

Sesampainya di dapur, Jisung mengambil baskom kecil lalu mengisinya dengan air hangat, kemudian membawanya ke kamar. Ia meletakan baskom itu di atas nakas samping kasur, lalu berjalan menuju lemari dan mengambil handuk kecil dari dalam sana.

Heerin masih bergerak gelisah di atas kasur hingga Jisung menempelkan handuk basah itu di keningnya. Gadis itu diam dengan nafas tenang, membuat Jisung lega.

Sungguh, Jisung khawatir bukan main. Ia tidak tahu apalagi yang harus ia lakukan agar Heerin pulih. Akhirnya, Jisung pun mengambil ponselnya, lalu men-dial salah satu nomor.

"Halo?"

"Hm?"

"Na, lo tidur?" Jisung terdengar ragu.

"Cung..."

"Ha?"

"Kalau gue tidur trus siapa yang ngomong sama lo sekarang?"

"Oh... hehe," kekeh Jisung dengan wajah lugu.

"Kenapa lo nelpon gue tengah malam gini? Mau minta dimasakin? Cieleh, lo udah nikah, Cung! Yakali lo masih minta masakin sama gue tengah malam gini!"

"Ihh, bukan, Na!" sentak Jisung dengan emosi mengebu-gebu yang berhasil mendiamkan si dokter kandungan cerewet alias Na Jaemin.

"Trus?"

Jisung menggaruk tengkuknya kemudian berdeham singkat. "Heerin demam. Cara ngobatinnya gimana?"

Hening.

FORCED [Park Jisung]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang