"Eh, bahlul! Siapa juga yang nyuruh lo jemput gue?!"
"Gue disuruh Mama Taeng, ya! Nggak usah ge'er jadi pipel!"
"Trus lo sekarang dimana?!"
"Parkiran. Cepetan kek, gue males jadi selebriti dadakan! Anak sekolahan di sini nggak pernah liat cogan, ya?"
"Bacot qamoeh!"
Tut!
Panggilan terputus saat mata Heerin menangkap sosok Jisung di parkiran. Ia duduk dengan gaya sok cool. Beberapa gadis yang lewat di depannya sampai dibuat terpana, berbeda dengan Heerin yang terlihat biasa saja. Lagian, kenapa juga mama menyuruh Jisung untuk menjemputnya? Dia 'kan biasanya barengan dengan Papa Baekhyun.
Sesampainya di depan anak laki-laki dari Om Chanyeol dan Tante Wendy itu, Heerin tanpa basa-basi langsung mengajak Jisung untuk pergi.
"Kuy lah!"
Jisung mendengus, "Emang lo tau kita mau kemana?" tanyanya dengan wajah menyebalkan. Tanpa bilang apa-apa, Heerin mengangkat sebelah alisnya sebagai tanda tanya.
"Kita mau ke butik. Fitting buat baju pengantin," gumam Jisung dengan wajah kaku. Namun, sedetik kemudian dia mengangkat bahu. Seketika Heerin bergidik geli. Alur acara pernikahannya sih tidak masalah, tapi bagaimana dengan malam pertama...
Dasar kau anak bodoh! Ngapain mikir gituan?!
Heerin berdecak. "Buruan lah! Kesel gue diliatin mulu!" Memang sejak tadi beberapa orang yang berlalu-lalang kedapatan mencuri pandang pada keduanya.
Jisung mengangguk mengiyakan. Ia meraih helm tambahan yang di gantungkan di kaca spion lalu memakaikan benda tersebut di kepala Heerin. Tangannya mengunci helm secara hati-hati setelah menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah gadis itu. Tiba-tiba saja mereka beradu pandang. Mata cokelat terang milik Heerin hanya dipenuhi oleh wajah halus nan tampan milik Jisung. Beberapa saat begitu sampai salah satu di antara mereka memutus pandangan secara sepihak. Heerin sendiri lah pelaku itu.
Mendadak semua menjadi canggung lalu keduanya pun memilih untuk berangkat daripada semakin larut dalam ketidak-jelasan.
Di atas motor berdua, keadaan yang sangat-teramat-sangat canggung menjadi sedikit mencair ketika helm mereka saling bertabrakan.
Jisung menjadi yang pertama untuk terkekeh, lalu dilanjutkan oleh Heerin. Gadis itu sedikit berani memegang bahu laki-laki di depannya agar tidak terjungkal dari motor.
"Nggak dingin?" Jisung menghentikan tawanya dengan pertanyaan, sekedar basa-basi.
"Gue pernah ngerasain yang lebih dingin dari ini. Suhu di Antartika aja kalah," jawab Heerin dengan nada sombong, membuat Jisung kembali terkekeh lucu. Tanpa sadar, laki-laki itu mengelus lutut Heerin. Ada rasa nyaman sekaligus rasa terganggu dalam diri gadis itu. Ini aneh.
Begitulah keduanya menghabiskan waktu di jalan. Diselingi canda dan tawa yang sama tidak nyambungnya. Hingga roda-roda motor membawa menepi ke parkiran butik tujuan mereka.
Di depan pintu kaca yang besar itu, seorang wanita dengan paras rupawan sedang berdiri menunggu mereka. Senyum dan tatapannya ramah.
"Hai, Jisung sama Heerin ya? Kenalin, saya Joy Kim, pemilik butik sekaligus teman akrabnya Wendy." Wanita yang bernama Joy itu mengulurkan tangannya dan disambut oleh kedua remaja itu secara bergantian.
"Yaudah, ayo!" Joy menggandeng tangan Heerin lalu masuk ke dalam, meninggalkan Jisung yang cengo sendiri di depan pintu masuk bagaikan patung selamat datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED [Park Jisung]✓
Fiksi PenggemarPark Jisung, mahasiswa tingkat akhir yang dipaksa menikah dengan bocah ingusan baru tumbuh gigi. Byun Heerin, gadis kelas 12 SMA yang dipaksa menikah dengan laki-laki baru puber penuh emosi. Tinggal dalam satu atap tidak membuat keduanya saling men...