Bel pulang berbunyi lebih awal hari ini. Tidak mengherankan karena para guru seharusnya menghadiri rapat bulanan yang digelar di aula sekolah.
Heerin sedang sibuk membereskan alat tulisnya ketika Mark datang dengan wajah yang tak biasa. Beberapa siswi menoleh dengan pandangan takjub, maklum karena Mark adalah satu-satunya guru muda yang masih bujangan. (asekk)
"Rin," panggil Mark membuat Heerin menoleh sekilas.
"Kenapa muka lo? Nahan boker, ya?" tebak Heerin yang mendapat jitakan gratis dari Mark.
"Ashh--SAKIT, BEGO!"
Mark mendengkus samar. "Gue mau nanya sesuatu sama lo."
"Hm?"
"Lo sama Jisung udah benar-benar nerima pernikahan ini?"
Heerin tersedak angin, kemudian menampar lengan kanan Mark. "Jangan ngomong keras-keras, nyet! Apaan sih kok nanya begituan?!"
"Tadi pagi ... gue liat lo dianter sama Jisung, mana pake kecup-kecup lagi!"
Seringai muncul di wajah Heerin. "Lo cemburu, ya?" tanyanya dengan nada jahil sembari mencolek-colek dagu Mark. Laki-laki itu pun menepisnya dengan wajah datar.
"Jangan ngadi-ngadi lo! Gue tempeleng pake cinta, mampus!"
"Mosok sihh?" Melihat wajah Heerin yang kian menyebalkan itu membuat Mark keki sendiri, lalu mencubit kedua pipi gadis itu.
"Ngomong terus, ya lo! Pipi aja makin bulat!"
Heerin meringis seraya mencoba melepaskan tangan Mark. Mereka bergerak seperti cacing kepanasan hingga perut Heerin tidak sengaja membentur ujung meja.
"Aduhh!"
Mark pun panik. "Ehh, kenapa lo?!"
Heerin terus meringis sembari memegangi perutnya yang datar. Hingga sesuatu melintas di otak Mark. Laki-laki itu pun meraih kedua bahu Heerin dengan wajah serius.
"Rin, lo nggak ... hamil 'kan?" ucap Mark yang mengecilkan volumenya di akhir kalimat. Sontak, Heerin pun dibuat kaget lalu menepis kedua tangan Mark.
Wajah gadis itu terlihat judes. "Mulut lo minta banget dislepet?!"
Mark menggaruk tenguknya kikuk. Bagaimana, ya? Pasalnya kemarin ia baru saja menonton film Dua Garis Biru dan tokoh perempuannya ketahuan hamil saat tidak sengaja ketimpuk bola. Bisa jadi Heerin juga seperti itu, tapi Mark tidak melihat sepupunya tersebut berjalan seperti kepiting hari ini.
"Dah lah, gue mau balik!" Heerin meraih ranselnya, lalu berjalan melewati Mark. Tidak mau ditinggalkan begitu saja, Mark pun menyusul setengah berlari.
"Lo pulang naik apa?"
"Dijemput Jisung," balas Heerin singkat.
Ting!
Heerin membuka ponselnya yang baru saja menerima pesan. Wajah gadis itu nampak kecewa sesaat.
"Kenapa?" Tidak ada jawaban dari Heerin yang membuat Mark penasaran kemudian merebut ponsel gadis itu.
|Icung Park|
Rin, sorry hari ini gue nggak bisa jemput.
Ada kerja kelompok.
Lo pulang naik taksi, ya?
Hati-hati..."Jiahahaha, kasian banget sepupu gue! Yaudah, lo balik bareng gue, ayo!" Mark merangkul leher Heerin kemudian menggiring gadis itu menuju parkiran. Tepat di depan mereka terparkir sebuah mobil Marcedez Benz silver yang diyakini milik Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED [Park Jisung]✓
FanfictionPark Jisung, mahasiswa tingkat akhir yang dipaksa menikah dengan bocah ingusan baru tumbuh gigi. Byun Heerin, gadis kelas 12 SMA yang dipaksa menikah dengan laki-laki baru puber penuh emosi. Tinggal dalam satu atap tidak membuat keduanya saling men...