⚠️TW : Chapter ini buat 15+⚠️
---
Kehidupan rumah tangga tidak jauh-jauh dari membereskan rumah, mencuci pakaian, dan memasak.
Heerin baru menyelesaikan kegiatan mencuci dan menjemur baju ketika dengan sialnya hujan turun, yang membuat ia kalang kabut memindahkan jemuran dari balkon apartemen.
Tidak cukup sampai di situ, ia juga harus merasakan perih di pergelangan kakinya akibat terpeleset di ambang pintu dapur karena lantai yang masih basah sehabis dipel.
Wajah Heerin masam dengan kaos putih yang telah basah total. Sekarang ia sedang mendudukkan diri di kursi meja makan sembari menopang dagu. Seandainya ada Jisung, pasti semua pekerjaan jadi sedikit lebih mudah. Namun, apa daya jika laki-laki itu belum pulang sejak berjam-jam yang lalu.
Heerin meraih ponselnya untuk menghubungi Jisung. Satu dua nada panggilan terlewat tanpa ada jawaban sekalipun, hingga akhirnya Heerin menyerah.
🍂🍂🍂
"CUNG?!" Wajah Jaemin berubah ngeri saat melihat Jisung yang mengelap bibirnya dengan punggung tangan.
"Apaan sih?"
Jaemin diam sejenak lalu merogoh saku kemejanya, mengeluarkan bungkusan kecil berwarna merah. Ia pun menyerahkannya pada Jisung.
"Ini salah lo yang nggak nanya-nanya dulu itu minuman apaan. Gue harap lo bisa mempergunakan benda ini dengan baik dan benar biar nggak jadi bencana di kemudian hari," kata Jaemin dengan wajah pasrah. Jisung yang tidak mengerti apa-apa itu hanya bisa mengernyit bingung.
"Ihh, apaan sih ini? Kok dalemnya bulet-bulet?" Jisung melempar kembali bungkusan itu ke Jaemin karena merasa sedikit ... jijik?
Jaemin memungutnya, tapi tidak menyerahkannya ke tangan Jisung melainkan langsung diletakan pada kantong kemeja laki-laki itu.
"Itu kondom dan yang barusan lo minum itu obat perangsang. Ini semua buat pasien gue tapi karena lo bego, jadi ya gitu." Jaemin mengendikkan bahu seraya beranjak dari sofa, meninggalkan Jisung yang ternganga sendiri.
Rasa panas perlahan mulai menjalari tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tidak ada yang dapat Jisung lakukan selain pulang dan menemui perempuan yang sekarang berstatus istri sahnya.
Dengan kecepatan kilat, Jisung meraih ranselnya lalu berjalan keluar dari sana. Ia masuk ke dalam mobil dengan panik dan terkesan rusuh, lalu melajukan mobilnya kencang. Sepanjang perjalanan ia terus menggigiti kuku jarinya. Sungguh, ini luar biasa menyiksa.
Jisung sedikit bernafas lega saat ia telah sampai di basemen, kemudian tanpa basa-basi ia segera masuk lift dan menekan tombol lantai apartemen mereka.
Tinggal beberapa langkah lagi, apa yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi atau ... tidak? Pintu berwarna cokelat dengan tombol sandi di sampingnya membuat Jisung semakin menggila. Ia menekan tombol tersebut membabi-buta hingga kini pintu di depannya terkuak lebar.
Sosok Heerin tidak nampak di ruang tamu, ruang keluarga, bahkan kamar sekalipun. Jisung melangkahkan kaki ke dapur dan didapatilah sosok yang membuatnya berpikir kurang waras saat ini.
Gadis itu masih mengenakan kaos putih basah yang menyebabkan dalamannya terlihat. Ia hari ini mengenakan bra hitam, yang mana membuat kewarasan Jisung semakin terkikis habis. Jakun laki-laki itu naik-turun. Sabar, Jisung, sabar.... Ia tidak boleh gegabah dan asal terkam.
"Heh, lo tuh enak banget ya! Bukannya masak malah duduk-duduk santai di sini!" cerca Jisung yang memang sengaja memancing emosi Heerin.
Sontak, Heerin menoleh dengan wajah terkejut lalu seketika berubah menjadi jengkel. "Enak ndasmu gepeng! Gue cape, ya habis beres-beres dan sekarang lo bilang gue enak duduk santai?!" Heerin bangkit dari duduk sembari berkacak pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED [Park Jisung]✓
FanfictionPark Jisung, mahasiswa tingkat akhir yang dipaksa menikah dengan bocah ingusan baru tumbuh gigi. Byun Heerin, gadis kelas 12 SMA yang dipaksa menikah dengan laki-laki baru puber penuh emosi. Tinggal dalam satu atap tidak membuat keduanya saling men...