10 : Mantan

1.7K 265 3
                                    

Deru suara mesin mobil terdengar saat Jisung memutar kunci kendaraan tersebut. Waktu sudah menunjukan pukul 21.00 WIB dan mereka baru akan pulang dari rumah orang tua Heerin.

Selanjutnya mobil melaju, membelah jalanan yang padat akan kendaraan lainnya. Heerin sedikit menurunkan kaca mobil agar sejuknya udara malam dapat langsung menerpa kulit.

Tidak ada yang membuka pembicaraan. Hanya terdengar alunan lagu Puzzle Piece yang terputar dari radio mobil.

'You're my mising puzzle piece
Deudieo matchwojin
Jogangna itdeon
Mameui sangcheokkaji gadeuk chaewojun.'

Jisung termenung tanpa sadar. Ia berpikir keras tentang perasaannya saat ini. Ia tidak ingin jauh dari Heerin, ia tidak ingin kehilangan gadis itu, apa ini ...

'Neon eoneusae nae jeonbuga dwaesseo
My missing puzzle piece.'

Cinta?

'Naege heumi itdan ge
Tto wanbyeokhaji andan ge
Nal jagajige mandeureojiman.'

Atau hanya kagum sesaat karena tinggal dalam satu atap?

'Eojjeom geu teum saie
Seorol chaeul su itge
Biwojyeoitdeon geoljidon molla.'

"Icung?" Jisung tersentak lalu menoleh pada Heerin yang baru saja memanggil namanya.

"Hm?"

Heerin menggeleng pelan sembari kembali menaikan kaca mobil karena ia mulai kedinginan. "Lo kenapa?"

Kernyitan muncul di dahi Jisung, agak bingung dengan pertanyaan ambigu istrinya. "Gue? Nggak kenapa-napa kok."

"Daritadi lo ngelamun, nggak kayak biasanya."

Jisung tidak menjawab, ia memilih untuk fokus pada kemudi. Sementara Heerin termenung sendiri dengan kepala yang bersandar pada kaca jendela mobil.

Ia takut jika baru saja melakukan kesalahan sehingga Jisung menjadi pendiam seperti ini. Tapi, kan Jisung orangnya memang pendiam...

Bodo amat lah setan, batin Heerin membantah keras.

Lagian, kenapa juga ia harus peduli dengan curut satu itu? Oh ayolah, Heerin, laki-laki itu bahkan tidak memikirkan dirinya!

Tanpa sadar mobil telah memasuki basement. Jisung memarkirkan mobilnya di dekat pintu lift, lalu keduanya turun. Suasana sepi karena memang rata-rata penghuni apartemen sudah mengurung diri di kamar masing-masing sejak pukul 20.00 WIB tadi.

Bulu kuduk Heerin sedikit meremang kala memasuki lift. Hanya ada mereka berdua di sini. Kalau misalnya ada pembunuh atau apapun yang mengancam nyawa, Heerin tidak yakin Jisung bisa melawannya.

Pintu baru saja akan tertutup sesudah Jisung menekan beberapa tombol, tetapi dengan cepat kembali terbuka lebar saat wanita dengan rambut panjang yang tergerai menahan pintu tersebut dengan sebelah kakinya.

Mata Jisung terbelalak lebar, beda halnya dengan Heerin yang kebingungan. Wanita ini...

"Jisung, kamu aku cariin daritadi ternyata lagi jalan sama dia!"

Okay, this bitch again.

Wanita itu ikut masuk, lalu memeluk lengan Jisung manja, membuat Heerin ingin muntah rasanya. Kalian benar jika menebak wanita itu adalah wanita yang sama di hari pernikahan Jisung dan Heerin.

Nancy Jewel McDonie.

Entah kenapa sekarang nama itu menjadi bayangan menjijikan dalam pikiran Jisung. Ia benci jika harus ada adegan drama setelah ini. Namun, ia salah. Heerin tidak melakukan tindak kekerasan seperti menjambak Nancy atau menampar wajahnya. Gadis itu tetap diam di tempat, dengan wajah dingin tanpa ekspresi.

FORCED [Park Jisung]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang