30 : Tanggung Jawab?

1.7K 153 3
                                    

"Rin?" panggil Jisung ketika melihat pergerakan dari jari Heerin yang agak pucat.

"Hm?" sahut Heerin. Ia mencoba memperjelas penglihatannya yang buram. Kemudian ia menatap ke arah samping, tempat Jisung berada. "Ngapain di sini?"

"Gue mau minta maaf," lirih Jisung. Jari-jarinya terlihat mengetuk besi brankar Heerin. Sementara wanita di depannya berdeham pelan.

Suasana nampak canggung, apalagi ketika Heerin tidak bersuara sama sekali. Kini, yang dapat Jisung lakukan hanya menunggu.

"Ya, gue maafin." Jawaban Heerin membuat Jisung menghela nafas. Ia nampak tidak puas.

"Bukan itu yang gue mau."

"Lalu?" Heerin mengerutkan dahi, menatap aneh pada laki-laki di sampingnya.

"Setidaknya lo harus maki-maki gue buat gue nggak merasa sebersalah ini," ucap Jisung sambil menatap dalam pada netra gelap milik Heerin. Sementara yang ditatap hanya mengernyit.

Buang-buang tenaga, batin Heerin.

Entah apa yang terjadi pada Jisung hingga ia menjadi aneh seperti ini. Harusnya tidak ada rasa bersalah di antara mereka. Ini sudah kejadian, tidak ada yang perlu diperbaiki dan disesali.

Heerin mengendikkan bahu tak acuh, lalu meraih air minum di atas nakas. Ia meneguknya sampai tandas.

"Terserah," ujar Heerin dengan datar sebagai respon yang tidak berarti di mata Jisung.

"Oke kalo lo nggak mau, tapi gue perlu ngejelasin semuanya biar nggak ada lagi kesalahan-pahaman. Lo mau keluar? Ke taman, misalnya?" tawar Jisung. Ia sedikit menunjuk pada kursi roda di ujung ruangan.

"Hm."

🍂🍂🍂

|Mama|

Ma, aku mau ngajak Heerin jalan-jalan bentar ke taman, ya.

Lho? Heerin kan baru kelar operasi. Harusnya nggak banyak gerak.

Bentar doang, Ma
Heerin nya juga mau kok

Janji bentar doang, ya

Iya, Ma

____

Jisung mengantongi ponselnya setelah mengabari Wendy. Ia pun kembali berjalan sembari mendorong pelan kursi roda Heerin. Mereka terlihat menuju taman rumah sakit.

Heerin hanya diam, terus mengunci rapat mulutnya sambil sesekali melihat keadaan sekitar yang nampak ramai.

"Kemaren, gue udah berniat ngelepasin Nancy. Gue pengen fokus sama lo, karena gue rasa ... gue mulai menerima semuanya. Tapi, saat gue tau lo minta mobil sama Papa Baek dan belajar nyetir tanpa sepengetahuan gue, gue kalut, kecewa berat. Lo tau kenapa? Gue ngerasa lo nggak pernah jujur sama gue, lo selalu ngelakuin semuanya sendiri dan sesuka hati lo. Gue ngerasa nggak berguna."

Penjelasan Jisung membuat Heerin membeku. Hanya karena kesalah-pahaman dan keegoisannya, pernikahan ini hancur.

Memperbaiki semuanya terasa sangat mustahil. Karena Heerin rasa, mereka sama-sama butuh waktu itu berpikir dan menyadari.

Heerin tidak tahu apakah ia mencintai Jisung.

Jisung juga tidak tahu apakah ia mencintai Heerin.

FORCED [Park Jisung]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang