Ada beberapa hal yang menjadi prioritas dalam hidup Mark Lee. Yang pertama, kepercayaan pada Tuhan. Banyak orang yang bilang dia itu religius. Terbukti dari kegiatannya di setiap hari Minggu yang tidak pernah lepas dari Alkitab dan rosario. Yang kedua adalah Heerin. Perempuan itu adalah satu-satunya orang yang menjadi alasan Mark untuk tetap semangat menjalani hari-hari.
Mark memiliki orang tua yang sejak dulu menetap di Kanada. Ia tidak pernah sama sekali merasakan sentuhan kasih sayang. Hanya dari Heerin dan keluarganya lah, hal itu bisa ia dapatkan. Ia sudah terlanjur menyayangi Heerin seperti adik kandungnya sendiri. Setiap pagi, saat masih kecil, Mark tidak pernah absen menyisiri rambut Heerin. Juga Taeyeon dan Baekhyun yang tidak pernah membeda-bedakan perlakuan antara dirinya dan Heerin.
Mark tidak akan pernah membiarkan ada orang lain yang menyakiti keluarga keduanya. Jika hal itu terjadi, orang itu akan menderita.
"Rin, bangun. Udah nyampe basement apartemen lo." Mark menepuk-nepuk pelan pipi Heerin dari kursi depan.
Heerin membuka matanya lalu mengerjap dengan wajah linglung. "Ha? Udah sampe?"
"Iye, kebo sih lo!" cibir Mark. Laki-laki itu kemudian membuka seat-bealt-nya lalu berbalik untuk menatap Heerin lagi. "Turun, lur."
"Oh, iya." Heerin keluar dari dalam mobil sembari menenteng jaketnya. Ia berdiri, menunggu Mark yang berjalan memutari mobil.
"Gue pulang, ya?"
Heerin mengernyit saat melihat Mark mengulurkan kunci di tangannya.
"Lo pulang naik apa?"
Mark mengendikkan bahu. "Naik apa aja boleh. Delman boleh, bajaj boleh, becak boleh, dan lain-lain," katanya dengan nada santai.
"Ck, serius dong!"
"Haha, lo amnesia? Gue 'kan ke sini naik mobil. Goblok banget sih sepupu gue." Mark menoyor kepala Heerin hingga wanita itu hampir terjengkal.
"Ck, si anjing," desis Heerin disertai delikan sinis. Ia lalu memasukan kunci mobilnya ke dalam kantong jaket. "Ya udah, kalau gitu gue naik dulu ya? Hati-hati lo pulangnya."
"Iya, bawel. Udah sana naik!"
Heerin berbalik sembari melangkah menjauhi Mark yang masih diam di tempatnya, memastikan sang sepupu berhasil masuk ke dalam lift dengan aman.
Namun, belum juga lima meter jarak yang tercipta antara Mark dan Heerin, wanita itu sudah limbung sembari memegangi perutnya.
"HEERIN?!" teriak Mark histeris sekaligus kaget. Ia berlari menghampiri lalu menahan tubuh Heerin dengan lengan kuatnya. Sementara wanita itu mulai kehilangan kesadaran.
Mark meletakkan tangan kanannya di bawah lutut Heerin dan tangan kirinya di punggung wanita itu. Dengan tergesa, Mark menggendong Heerin menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana.
"Heerin, please bertahan!"
🍂🍂🍂
Jaemin duduk di taman belakang markas mereka ditemani segelas kopi. Matanya menatap langit senja yang mulai menggelap, dipenuhi oleh bintang.
Belakangan ini, pekerjaannya di rumah sakit menjadi sedikit lebih ringan karena ada beberapa dokter koas yang bisa menggantikannya. Ada untungnya menjadi dokter senior yang berkompeten.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED [Park Jisung]✓
FanfictionPark Jisung, mahasiswa tingkat akhir yang dipaksa menikah dengan bocah ingusan baru tumbuh gigi. Byun Heerin, gadis kelas 12 SMA yang dipaksa menikah dengan laki-laki baru puber penuh emosi. Tinggal dalam satu atap tidak membuat keduanya saling men...