Bingung

1.9K 104 0
                                    


Tujukkanlah sikap yang jelas padaku, jangan membuatku semakin bingung dengan sikapmu yang berubah-ubah

Jangan lupa vote dan komen ya, harus loh ya...semoga suka.

______________________________________

Di rooftop, Arga masih menatap pria itu, cowok yang berani mengganggu miliknya.

Satu pukulan mentah mendarat tepat di pipinya, hingga cowok itu kehilangan keseimbangan dan tersungkur di lantai.

Arga menarik kerah baju itu, lalu satu bogeman lagi mendarat di wajahnya. Kali ini bertubi-tubi, hingga dapat dilihat sudut bibir itu mengeluarkan darah segar.

"Lo tau kan konsekuensinya?! udah berapa kali gue tegasin di sekolah ini?!," Arga masih tetap memukul cowok yang tidak mampu lagi melawannya.

"Berani ganggu orang-orang gue artinya berani mati! paham gak lo?!," Arga berteriak tepat di depan wajah itu.

Sedangkan, cowok itu terlihat tidak lagi sadarkan diri. Walau begitu, bagi Arga tidak ada ampun untuk seseorang yang mengganggu orang-orang nya.

"Woyyyy, Gaaaa. Udah anjirr, mati anak oranggg!," dari ambang pintu teriakan Ryan menggelegar.

"Udah, Ga. Udahh Astaghfirullah!." Daniel langsung menghampiri Arga dan menarik cowok itu menjauh dari sana.

Mereka sudah seperti melihat seekor singa yang baru saja menghabisi seekor rusa.

"Anjing! mukanya bonyok astaga." Evan menarik cowok yang baru saja dipukuli Arga menjauh.

"Udah yok, duduk dulu." Ryan meminta Arga untuk duduk di kursi yang ada disana, walau terlihat masih kesal. Namun, Arga menurut.

"Van! Niel! nih bawa ke rumah sakit." Arga memanggil kedua temannya itu,  lalu melemparkan kunci mobil dan kartu miliknya untuk membawa cowok itu ke rumah sakit.

Mereka pun bergegas membawa cowok itu ke rumah sakit.

Sedangkan, Ryan menyodorkan air mineral pada Arga, tentu saja cowok itu menyambutnya.

"Haus kan lo habis nge gebukin anak orang, udah gue bilang tadi pukul dikit aja, gak bakal ngulang dia. Ngeliat muka lo aja udah mau pipis dia tadi," ucap Ryan

"Maksud lo, muka gue bikin orang ja.di pengen pipis?" Arga menatap Ryan yang tengah menepuk dahinya.

"Bukan gitu, Bambang. Kok temen gue pada bego hari ini? maksudnya tuh, dia takut sampe pipis".

"Oh" Arga hanya ber oh saja.

....

Dilain sisi, Arana tampak mondar-mandir di depan kelasnya. Setelah kejadian tadi, tak ada satupun yang berani bicara macam-macam lagi tentang nya.

"Apa mungkin yang kemaren cuman nge prank aja ya?".

"Kalo gitu sayang dong air mata Nana, bisa dibalikin lagi gak ya?".

"Kalo beneran..kenapa Arga bantuin Nana?".

"Kenapa Arga sampe semarah itu?".

"Apa Nana coba ngomong aja? Eh, tapi ini Nana udah ngomong".

"Apa Nana coba samperin Arga aja ya? siapa tau yang kemarin nge prank doang, kayak Tata gledek".

"Tapi giman-".

"Lo ngapain sih, Na. Bolak balik dari tadi." Sheryl kembali menulisi bukunya.

Arana yang sebal karena waktu berfikirnya di ganggu pun mencebik cemberut.

AR(GA)ANA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang