19 - Kencan Pertama

146 47 119
                                    

"Tumben siang, Fan?" Tanya Rania ketika melihat Fanya yang baru datang setelah bel masuk berbunyi.

"Bingung juga gue tadi naik ojek atau naik siput." Jawab Fanya lalu menempati bangkunya. Untung saja belum ada guru yang masuk, jadi Fanya tidak dihukum.

"Nyokap lo masih disini?" Tanya Yola setelah sekelas selesai melakukan doa di pagi hari.

"Nanti sore dia balik, seneng banget gue!"

"Anjir lo, gue malah pengen nyokap berhenti kerja biar bisa disini terus!"

"Itu kan lo."

"Iya in, yang lagi seneng mah bebas!"

"Yol, lo tau gak? I'm gonna be as free as a bird!"

"Yeah, whatever you say!"

Tadi pagi, Fanya telah berpamitan dengan mamanya. Setelah Fanya mengepel teras rumahnya, sang mama bilang bahwa nanti siang ia akan balik ke Jakarta selama sebulan untuk kembali mengurus nenek Fanya. Sebuah kabar membahagiakan di pagi hari, bukan? Bagaimana tidak? Fanya bisa hidup bebas! Ia bisa jalan-jalan dengan motor kesayangannya dan melakukan semua hal tanpa ada yang melarangnya!

♡♡♡

Kring!! Kring!!

"Ciee yang lagi bebas!" Seru Rania yang hanya dibalas senyuman oleh Fanya.

"Gue tebak, lo pasti gak langsung pulang, ya kan?"

"Tau aja lo! Kalian mau nemenin gue makan gak?" Fanya membenarkan tebakan Laras sekalian bertanya kepada ketiga temannya.

"Gue kan les, Fan."

"Terus adek gue siapa yang jemput, Fan?"

"Ini udah jam berapa, Fan, besok kan sekolah."

Mendengar jawaban ketiga temannya, Fanya hanya bisa pasrah. Tidak heran kalau mereka menolak ajakannya. Lagian setiap orang memang punya kesibukan masing-masing kan?

Akhirnya, Fanya memutuskan untuk pergi sendiri. Toh, ia sudah biasa. Tanpa ada nya orang lain, ia bebas melakukan apa pun yang ia mau tanpa harus merasa tidak enak.

"Kok gak bareng mereka, Fan?" Tanya Revan yang melihat ketiga teman Fanya yang pulang duluan.

"Nanti gue nyusul." Jawab Fanya sembari melepaskan ikatan tali sepatunya. Entahlah, kalau diikat ia rasa terlalu kencang.

"Kita cabut duluan ya, Fan!" Ujar Dio mewakili dirinya dan Revan.

"Oke, hati-hati!"

"Siap!"

Setelah memasukkan semua barangnya ke tas, Fanya keluar kelas sembari membuka hp nya untuk memesan ojek. Namun, ketika ia melewati lapangan voli, seseorang merebut hp nya.

"Sendirian aja, neng!"

"Aldi! Balikin gak?!"

"Ambil aja kalo bisa!"

Apa daya, tinggi Fanya tidak memungkinkan untuk mengambil hp nya dari Aldi karena Aldi mengangkatnya tinggi-tinggi. Walaupun Fanya sudah memukul, mencubit dan menginjak kakinya, Aldi belum juga mengembalikan hp nya.

"Kalo mau hp lo balik, tunggu depan gerbang!" Aldi memasukkan hp Fanya ke saku celananya lalu berjalan menuju parkiran. Fanya yang kesal langsung berjalan menuju gerbang daripada nanti ia harus pulang tanpa hp.

FALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang