13 - Matematika

157 55 116
                                    

"Fanya, kamu liat gak ini udah jam berapa? Mama kan udah bilang jangan pulang malem-malem! Ini udah jam setengah 9 loh! Kamu itu sukanya keluyuran malem-malem kayak gak punya keluarga aja! Kalo kamu kerja sih gak papa, lah ini malah ngabisin duit! Heran, punya anak kok gak bisa apa-apa! Prestasi aja gak ada!"

Ucapan mamanya tadi malam masih terngiang-ngiang di pikiran Fanya. Ia sudah berusaha untuk melupakannya namun tidak bisa. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya omongan mamanya tidak salah. Ia memang senang jalan malam karena anginnya sangat sejuk. Ia suka menghabiskan uang untuk membeli makanan mahal dan barang-barang bagus. Ia juga sudah setahun lebih tidak mendapatkan piagam dan piala yang membuktikan bahwa ia memang tidak berprestasi.

"Fanya!"

"Hah? Iya?" Fanya yang tersadar dari lamunannya segera menengok kepada orang yang memanggilnya.

"Bengong aja, kenapa?"

"Gak papa." Fanya menjawab pertanyaan Revan. Tidak ada untungnya juga ia membicarakan ini kepada Revan kan?

"Fan, bolpen dong!" Damar yang duduk di ujung belakang kelas berteriak memanggil Fanya. Tanpa menjawab, Fanya mengeluarkan bolpoinnya lalu meminta temannya untuk mengoper ke Damar.

"Lo tau gak Yola kemana?"  Revan melanjutkan omongannya. Bel masuk sudah berbunyi namun Yola belum juga datang.

"Gak tau." Jawab Fanya acuh.

Lagu Indonesia Raya yang setiap hari di putar sudah selesai, namun Yola belum juga menampakkan batang hidungnya. Setelah jam pelajaran kedua selesai, barulah Yola memasuki kelas dengan wajah kesal.

"Telat lo?" Laras membalikkan badannya agar bisa bertatap muka dengan Yola.

"Iya anjir! Kemarin tuh si Feno katanya mau jemput gue, udah gue tungguin kan, eh dia nya malah gak dateng! Jadi telat kan gue!" Yola menjelaskan panjang lebar.

"Kenapa lo gak berangkat sendiri aja pas udah tau mau telat?"

"Ya siapa tau dia beneran jemput gue kan?" Yola menjawab pertanyaan Rania. Ia tadi memang tetap menunggu pacarnya walaupun ia tahu ia akan telat.

"Bego."

"Ih, lo tuh ya!" Yola menabok lengan Fanya ketika mendengar celetukannya.

"Emang tadi lo sampe sini jam berapa?" Tanya Laras.

"Setengah delapan."

"Lah, terus kenapa baru masuk sekarang?" Sambung Rania. Sekarang, sudah jam setengah 9. Kemana saja Yola selama 1 jam tadi?

"Gue di tahan sama si Dadang, disuruh berdiri di tengah lapangan sambil hormat ke tiang bendera! Udah gitu, katanya kalo gue telat lagi gue bakal di pulangin! Apaan banget coba!" Yola memukul-mukul buku tulisnya ke meja ketika mengingat perkataan Pak Dadang, si guru BK.

Yap, aturan di sekolah Fanya memang murid akan di pulangkan apabila terlambat lebih dari satu kali. Fanya pernah mengalaminya, ia sudah pulang 2 kali karena waktu itu ia bangun kesiangan. Ia tadinya senang karena bisa tidur dan bersantai dirumah. Namun, yang terjadi malah ia harus mendengarkan omelan mamanya yang tidak berhenti selama seharian.

"Selamat pagi semua! Tugas nya sudah dikerjakan belum?" Sapa Bu Riana setelah menaruh barang-barangnya di meja guru.

"Belum bu!" Beberapa murid menyerukan suaranya.

"Kenapa? Kalian gak ngerti?"

"Susah bu!"

Mendengar keluhan murid-muridnya, Bu Riana pun mengeluarkan spidolnya dan mulai menulis contoh soal agar muridnya mengerti. Di saat teman-temannya mulai menyimak, Fanya malah mengantuk. Namun, ia mengurungkan niatnya untuk tidur karena Bu Riana pasti melihatnya. Bisa ribet urusannya kalau ia ketahuan lalu di suruh mengerjakan soal di depan yang pastinya ia tidak bisa. Fanya pun memutuskan untuk membaca wattpad sambil sesekali melirik ke arah papan tulis.

"Sudah ngerti kan? Sekarang coba kalian buka LKS halaman 12 lalu kerjakan Uji Kompetensi 1 nomer 1-6 yang uraian! Ditulis pakai caranya di kertas lalu dikumpulkan ya! Nanti yang sudah selesai boleh istirahat!"

Ucapan Bu Riana tersebut dibalas oleh keluhan dari hampir seluruh penghuni kelas XI IPS 1. Bagaimana tidak? Soal tersebut beranak! Walaupun hanya 6 nomer, setiap nomernya terdapat cabang a, b dan c.

"Ayo kerjain, Fan!" Yola menyenggol lengan Fanya.

"Ayo."

Fanya mengiyakan ajakan Yola lalu mulai mengerjakan. Ia pun mengetik soalnya di google guna mencari jawaban beserta caranya.

"Fan, lo bisa nomer 3 sama 4 gak?" Yola yang bingung bertanya kepada Fanya.

"Bisa nih, liat aja." Fanya menggeser kertasnya, membiarkan Yola melihatnya.

"Wih, udah nomer 5 aja lo! Searching ya?"

"Ya kali gue ngitung sendiri." Fanya membenarkan tebakan Yola.

Fanya pun melanjutkan acara 'mencari jawaban' di hp nya. Tinggal 1 nomer yang kosong tetapi ia tidak kunjung menemukan jawabannya. Ia pun memutuskan untuk bertanya kepada Dio yang sudah ingin mengumpulkan kertasnya.

"Yo, udah?"

"Udah dong!" Dio membanggakan diri sambil menaik-naikkan alisnya.

"Bagi sini!"

"Nyoh, cepet ya!"

Fanya pun menerima kertas yang diulurkan Dio dan memfoto jawaban nomer 6. Setelah selesai, ia pun mengembalikan kertas tersebut.

"Makasih ya."

"Oke!" Balas Dio lalu mengumpulkan kertasnya dan menyusul Revan yang sudah lebih dulu ke kantin.

FALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang