47 - Cewek Bermasker

19 2 1
                                    

"Ma, Pa, aku berangkat dulu ya! Bye, abangku yang ganteng!" Tristan berpamitan kepada keluarganya yang sedang sarapan dan langsung berlari keluar rumah.

Mendengar adik nya tumben-tumbenan memujinya, Aldi pun bingung, "Biasanya papa nganterin Tristan ke sekolah? Dia naik apa?"

"Motor kamu, kan?" Balas mama Aldi.

Sontak saja, Aldi langsung mengeluarkan ayam yang sedang ia kunyah, "Hah?"

"Jorok ah, kak!" Mama Aldi mengomentari kelakuan anaknya yang melepeh makanan ke dalam piring.

"Kata Tristan, dia udah bilang mau pinjem motor kamu? Katanya kamu juga udah ngijinin, kan? Gimana, sih?" Papa Aldi ikut bingung.

Sadar bahwa Tristan sudah berbohong, Aldi pun segera keluar rumah untuk mengejar adeknya, "Tristan kampret!"

"Kakak, omongannya!" Sang mama meneriaki anaknya.

Sedangkan Tristan yang melihat Aldi berlari ke arahnya pun berteriak, "Motornya gue pinjem dulu, thanks!"

"Balikin, woy! Dasar tukang boong!" Balas Aldi.

Namun, Aldi telat. Tristan sudah melaju kencang dengan motornya. Aldi pun hanya bisa sabar menghadapi adiknya yang berkelakuan minus.

"Terus aku ke sekolah naik apa?" Tanya Aldi kepada kedua orang tua nya yang sedang berbincang di ruang makan.

"Kamu ngapain ngejar-ngejar adik kamu? Pake mobil mama, aja." Ucap sang mama santai.

"Mama kok bolehin Tristan pake motor aku, sih?" Aldi protes kepada mamanya.

"Kemaren soalnya dia bantuin mama nyetrika banyak banget, jadi mama iya in aja deh waktu dia bilang mau pake motor kamu ke sekolah buat seminggu."

"Seminggu?!"

Melihat ekspresi anaknya yang menyedihkan, mama Aldi pun mengelus kepala anaknya, "Udah, kamu terima aja. Kasian adek kamu tuh dari dulu udah pengen naik motor. Kamu kan bisa naik mobil mama, ya sayang?"

"Ya udah deh, gimana mama aja." Pasrah Aldi. Ia mencium pipi mamanya lalu mencuci piring. Setelah selesai, ia pun segera berangkat ke sekolah.

Namun, ketika Aldi berbelok untuk memasuki gerbang sekolah, hampir saja ia menabrak seorang cewek bila ia tidak refleks mengerem. Melihat cewek itu tidak sadar dirinya hampir tertabrak dan malah tetap santai bermain hp membuat Aldi menggelengkan kepalanya.

"Dasar cewe, untung gak gue tabrak. Udah main hp, nyebrang gak liat-liat...lah, pake masker lagi?" Aldi bingung sendiri melihat cewek itu memakai masker. Seingatnya, dilarang memakai masker di lingkungan sekolahnya apabila tidak sakit.

"Sakit kali ya? Ya udah, karena lo sakit, gue maafin." Aldi lanjut berbicara sendiri sambil mencari parkir.

Karena bel masuk masih 5 menit lagi, Aldi memutuskan untuk ke toilet. Tak ada angin tak ada hujan, ia melihat lagi cewek yang tadi hampir ia tabrak baru saja keluar dari toilet cewek yang berada persis disebelah toilet cowok. Aldi pun terus menatap cewek itu, sepertinya ia kenal.

Brak!

"Jalan liat-liat, dong!"

Bagus, cewek itu baru saja menabrak seseorang karena ia terus melihat hp nya. Aldi yang melihat cewek itu terjatuh pun berjalan menghampiri.

"Anjing, hp gue!" Cewek itu mengambil hp nya yang terlempar lumayan jauh. Sial, layar nya retak!

Walaupun kaget mendengar kata 'anjing' dari cewek itu, Aldi tetap berniat membantu, "Lo gak papa?"

Melihat Aldi yang berjongkok di depannya, cewek itu membulatkan matanya. Ia pun segera berdiri dan langsung meninggalkan Aldi. Sedangkan Aldi yang merasa mengenali tatapan mata cewek tersebut, mengejarnya lalu menghalangi jalannya. Cewek itu pun berhenti.

"Fanya?" Aldi memastikan.

"Hm? Eh, elo, Al?" Balas Fanya. Yap, cewek yang memakai masker ini adalah Fanya.

"Pantes, kaya kenal! Lo ngapain kabur? Takut sama gue?" Aldi langsung tersenyum ketika tahu itu Fanya. Ia langsung melingkarkan tangannya di bahu Fanya dan mengurungkan niatnya untuk ke toilet.

"Gak lah, ngapain takut sama lo." Balas Fanya.

"Lo sakit? Kok pake masker?" Aldi bertanya lagi.

"Heem." Malas ngomong, Fanya pun menjawab dengan singkat

Namun, bukannya pergi, Aldi justru menggombali Fanya sambil mengacak-acak rambutnya, "Jutek banget sih, cantik."

"Gue duluan, Al." Fanya berjalan cepat ke kelasnya dan meninggalkan Aldi yang dibuatnya bingung.

Belum sempat Fanya duduk di bangkunya, ia sudah diserbu dengan pertanyaan dari Yola, Laras dan Revan.

"Lo lagi flu ya, Fan?"

"Kok pake masker, Fan?"

"Lo sakit, Fan?"

Fanya pun menjawabnya sekaligus, "Enggak."

Kring!! Kring!!

Huft, Fanya mengehela napas lega. Bunyi bel masuk telah menyelamatkannya dari pertanyaan lain-lain yang malas untuk ia jawab.

Selama pelajaran berlangsung, Fanya tidak banyak omong. Ia terus menerus memainkan hp nya. Earphone pun tidak pernah lepas dari telinganya sejak tadi pagi ia duduk di bangkunya. Ia juga tidak ke kantin ketika waktu istirahat pertama.

"Lo mau nitip gak, Fan?" Tanya Yola sebelum mereka ke kantin.

"Enggak, deh." Fanya menatap Yola.

Selagi tidak ada teman-temannya, Fanya melepas maskernya untuk minum. Setelah itu, ia memakai lagi maskernya.

Ketika tiba waktu istirahat kedua, Fanya juga tidak ke kantin. Ia memutuskan untuk memesan go-food dan makan di kelas.

"Eh, Fan, lo gak bawa motor ya?" Tanya Rania setelah bel pulang berbunyi. Dari mana ia tahu? Tentu saja karena tadi pagi ia telat dan tidak melihat motor Fanya di parkiran.

"Cie, kok tau?" Tanya Fanya balik.

"Gue gitu loh. Terus tadi lo pagi lo naik ojek?" Kali ini Laras yang bertanya.

"Dianter nyokap."

"Oh, nyokap lo lagi disini?"

"Iya."

"Ya udah, kita duluan ya!" Rania, Laras dan Yola pun keluar kelas duluan tanpa Fanya. Mereka juga tidak menawarkan Fanya tumpangan pulangan karena Fanya bilang ia akan dijemput.

"Kita juga cabut, ya, Fan!" Ucap Dio dan Revan.

"Iya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang