5 - Mama Pulang

193 73 190
                                    

"Kok sore banget pulangnya, dek?"

"Loh, mama?" Tanya Fanya kaget karena sudah 2 minggu mamanya tidak pulang.

"Kangen gak nih sama mama?" Tanya Mama Fanya ketika menyalimi tangan anaknya.

"Hehe." Balas Fanya singkat karena jujur, ia tidak kangen.

"Gimana sekolahnya?"

"Baik-baik aja, kok. Mama sendirian aja?" Tanya Fanya tidak melihat kehadiran papanya padahal 2 minggu yang lalu mama dan papanya berangkat bersama.

Yap, Papa Fanya memang tinggal di Jakarta untuk bekerja. Karena Nenek Fanya ada di Jakarta, mamanya pun menjadi lebih sering disana untuk mengurus sang nenek sekalian menemani papanya. Walaupun begitu, sesekali kedua orang tua Fanya mengunjunginya di Jogja.

"Papamu masih banyak yang harus diurus katanya, jadi gak tau pulang kapan."

"Oh gitu." Balas Fanya datar.

"Ya udah sana kamu mandi."

"Iya."

Fanya pun langsung menuju kamarnya. Setelah 30 menit berkutat di kamarnya, mamanya memanggil.

"Fanya!"

"Iya ma!" Fanya membalas teriakan mamanya yang berasal dari luar rumah.

"Ini kok pucuk merah sama nusa indahnya mama bisa mati sih? Kemarin-kemarin gak kamu siram ya?" Tanya Sang Mama menunjukkan beberapa tanaman yang terlihat layu.

"Disiram kok, ma."

Setiap 2 hari sekali sebelum berangkat sekolah, Fanya memang selalu menyiram tanaman yang berada di depan rumahnya. Namun, beberapa hari ini memang panas sekali, jadi walaupun sudah disiram, mungkin mereka mati kepanasan? Fanya tidak tahu.

"Bohong ah kamu, buktinya ini pada mati." Sangkal Mama Fanya.

"Lah gak tau ma."

"Terus itu kenapa sampah di depan masih numpuk? Emang tukang sampah nya gak ngambil ya?" Mama Fanya bertanya lagi setelah tadi melihat tumpukan di tong sampah luar rumahnya.

"Gak tau ma, biasanya diambil kok." Jawab Fanya acuh.

"Kamu itu kalo ditanya, semua-semua gak tau." Kesal mama Fanya.

"Ya emang gak tau."

"Ya udah, sekarang kamu sapuin daun-daun yang jatoh itu ya!" Ujar sang mama sambil menunjuk dedaunan yang gugur berserakan.

"Iya."

Tak pakai lama, Fanya langsung mengambil sampu lidi beserta serokannya dan menuruti perintah mamanya.

"Itu disapu yang bersih ya, mama mau sholat dulu!"

Sepeninggal mamanya, Fanya lanjut menyapu. Yah, kalau mamanya dirumah pasti begini, ia akan disuruh ini itu. Belum selesai ia melakukan tugas yang satunya, mamanya akan menambahkan sesuatu untuk ia kerjakan. Fanya heran, mesti ada saja hal yang harus dibereskan. Untung saja mamanya jarang berada di rumah, jadi keadaan seperti ini tidak sering terjadi.

Setelah 10 menit, pekarangan rumah Fanya sudah bersih. Ia lalu memasuki rumah dan pergi ke kamarnya.

"Nanti abis maghrib, lampu luar dinyalain sama bikin nasi ya dek!" Suruh Sang Mama menghampiri kamar Fanya.

"Iya ma."

"Eh, gak usah deh, mama males masak. Kita makan diluar aja yuk?"

"Terserah mama." Ucap Fanya yang sudah biasa dengan sikap mamanya yang plin-plan.

"Kamu mau makan apa?"

"Apa aja ma." Balas Fanya memberikan mamanya kebebasan untuk memilih makanan.

"Enaknya apa ya? Mama tuh pengen yang ada kuah-kuah nya."

"Bakso, ma?" Fanya memberi usul.

"Bakso? Masa gak makan nasi sih? Ya udah, kita makan sop iga aja ya?"

"Iya ma." Tuh kan? Mamanya memang aneh. Eh, gak boleh nyinyirin mama sendiri!

"Eh iya, nih oleh-oleh buat kamu!" Mama Fanya menjembrengkan beberapa barang yang ia beli dari Jakarta. Yah, lumayan banyak. Ada 3 baju, 2 celana, serta beberapa titipan Fanya yaitu parfum,lotion dan lilin beraroma yang merk nya tidak ada di Jogja.

"Yeay, makasih ma!" Fanya tersenyum senang lalu memegang barang-barang tersebut.

"Besok-besok kalo nitip jangan banyak-banyak loh! Uang mama habis buat beliin barang kamu itu. Masa lilin bau vanilla campur kelapa doang harganya 150 ribu? Itu udah diskon lagi! Kan luar biasa!" Cerocos Mama Fanya panjang lebar.

"Hehe, iya ma." Balas Fanya sambil nyengir.

"Ya udah, abis maghrib ganti baju ya!" Ujar Sang Mama sebelum meninggalkan kamar anaknya.

"Iya."

FALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang