27 - Tantangan Fanya

105 33 45
                                    

"Ya gitu, jadinya gue terpaksa les mat dua bulan deh sama dia!" Fanya mengakhiri ceritanya.

"Haha, iseng banget sih si Revan! Tapi gak papa, siapa tau kalian nanti jadi makin deket kan?" Saskia menggoda Fanya.

"Heh, upil kuda, siapa juga yang mau deket-deket sama dia?"

"Eh eh, tadi siapa ya yang katanya cuma mau ngambil minum tapi malah berduaan di dapur?"

"Yaa...kan...ehmm...gue bantuin dia!" Jawab Fanya bingung.

"Bantu apa bantu, hayo?" Tanya Saskia jahil.

"Pasti lagi pada gibah nih!" Dio ikut nimbrung di ruang TV diikuti Revan, Aldi dan Vito.

"Ngomongin gue ya?" Tebak Revan asal.

"Sok tau lo! Oh iya, Rev, nanti anterin gue pulang ya? Ya ya ya?" Saskia mengedip-ngedipkan matanya.

"Pulang lo? Ga sekalian tinggal disini aja?" Tanya Revan sinis.

"Al, lo mah gitu! Ngusir-ngusir sepupu sendiri! Nanti gue laporin tante Alina loh! Lagian kan gue di rumah sendirian, lo gak kasian ap..."

Belum selesai Saskia ngomong, Revan memotongnya, "Ya udah iya gue anterin, bawel!"

"Yang ikhlas dong!" Saskia menjadi tambah menyebalkan.

"Iyaaa Saskia cantik!"

"Nah, gitu dong!"

Sementara Saskia dan Revan berdebat, Vito mengganti-ganti channel TV untuk mencari film.

"Ini aja!" Seru Fanya dan Aldi bersamaan ketika mereka melihat tulisan 'Fast and Furious 8'.

"Wuish, barengan!" Dio bertepuk tangan.

"Ya udah ini aja, mumpung baru mulai." Vito menyetujui Tak lama, mereka berenam pun terlarut ke dalam film.

Setelah dua jam lebih, film tersebut berakhir. Karena masih sore, mereka melanjutkan acara movie marathon nya. Pilihan film kedua mereka jatuh pada 'Jumanji : The Next Level'.

Selagi memilih film ketiga, Aldi bertanya kepada Fanya,  "Pulang kapan, Fan? Mau bareng gak?"

"Terserah lo, gue ngikut aja." Fanya menengok ke arah Aldi.

"Gue juga ngikut lo."

Dih, nih cowok kenapa ikut-ikut dah, tanya Fanya dalam hati.

"Nanti an aja, ya?" Fanya bertanya.

"Emang lo gak dicariin?"

"Gak."

Mereka pun lanjut ke film terakhir yaitu 'X Men : Dark Phoenix".

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 10.10. Mereka pun memutuskan untuk pulang.

"Balik sekarang, nih? Yah, kita kapan dong Fan ketemu lagi?" Saskia memeluk Fanya dari samping.

"Gak tau deh, makanya lo pindah ke sekolah gue aja!" Fanya mengusulkan ide konyolnya.

"Maunya juga gitu, tapi apalah daya gue, Fan!"

Yah, Fanya dan Saskia memang tidak satu sekolah padahal dulunya Saskia juga mendaftar di sekolah Fanya yang sekarang. Namun, karena NEM SMP nya rendah, ia tidak lolos. Sebenarnya nilai Fanya tidak beda jauh dengan Saskia, hanya lebih tinggi sedikit.

Tapi, syukurlah Fanya diterima di SMA negeri, bisa repot urusannya kalau ia harus masuk ke sekolah swasta. Kenapa? Karena mamanya pasti akan keberatan apabila papanya nanti harus membayar uang sekolah yang tidak sedikit.

"Gue sama lo atau gimana?" Tanya Fanya ketika mereka sudah di depan garasi Revan.

"Gue mager, lo pulang sendiri aja ya?" Aldi mengusili Fanya.

"Oke." Fanya mengeluarkan hp nya untuk memesan ojek online.

Mendengar jawaban santai Fanya, Aldi pun heran. Fanya tidak protes sama sekali!

"Bercanda, kali! Ayo gue anter!" Aldi merebut hp Fanya.

"Lah, katanya males?" Tanya Fanya heran.

"Lo tuh aneh ya? Harusnya lo minta anter gue, dong."

"Dih, ngapain gue maksa-maksa lo?"

"Kan lo kesini sama gue, masa baliknya gak sama gue?"

"Lah, emang gak boleh?"

"Gak tau ah, Fan! Udah cepet naik!" Aldi menyerahkan helm dan mengembalikan hp Fanya. Huft, rencananya agar Fanya memohon diantar pulang olehnya tidak berhasil.

Sama seperti ketika tadi mereka berangkat, pulangnya pun tidak ada percakapan diantara mereka sampai akhirnya Aldi mendapatkan ide iseng.

"Mau ngebut gak, Fan?"

"Terserah lo."

Mendengar itu, Aldi meng gas motornya dengan kecepatan tinggi. Namun, melihat Fanya yang sepertinya tenang-tenang saja dari spion, akhirnya Aldi memelankan motornya.

"Lo gak takut, Fan?" Tanya Aldi penasaran ketika mereka berhenti di lampu merah.

"B aja." Balas Fanya singkat, padat dan jelas.

"Jangan-jangan lo malah seneng gue ajak ngebut?"

"Hmm...gimana ya? Kalau gue yang bawa motor sendiri sih gak papa, tapi kalo dibonceng agak serem sih, takut lo nabrak." Fanya menjawab dengan kalimat yang lebih panjang.

"Eh, enak aja, gue udah pro tau."

"Gak percaya gue." Fanya meragukan Aldi.

"Gue juga gak percaya lo berani bawa motor ngebut." Aldi balik meragukan Fanya.

"Sembarangan lo ya!"

"Cewek kayak lo pasti kalo bawa motor kaya siput, iya kan?" Aldi memanas-manasi Fanya.

"Kita lomba aja, yang menang boleh minta apa pun sama yang kalah, gimana?" Fanya yang tidak terima menantang Aldi.

Aldi yang yakin ia pasti akan menang mengiyakan ajakan Fanya, "Deal!"

Walaupun lampu sudah hijau, Aldi tidak mau memutus percakapannya dengan Fanya. Ia lanjut menjalankan motornya dan bertanya, "Kapan, Fan?"

"Besok-besok, lah! Ya kali sekarang!" Fanya menabok helm Aldi.

"Oke."

Selang 10 menit, sampailah mereka di depan rumah Fanya.

"Makasih ya, Al." Fanya mengembalikan helm Aldi.

"Gue gak ikhlas nih, besok jajanin bakso ya?" Tanya Aldi sembari mengikat helm di jok belakang.

"Gue gak ada duit, Al." Fanya berbohong.

"Yah, lo mah pelit, Fan."

"Lo mah oon, Al! Udah tau pelit masih minta!" Balas Fanya yang membuat Aldi geleng-geleng kepala. Fanya memang tidak mau kalah!

"Dah ah, gue duluan ya! Lo jangan tidur malem-malem,  besok di sekolah ngantuk lagi!" Aldi menyarankan.

"Ngantuk ya tinggal tidur, kok susah?"

"Iya Fan iya, terserah."

"Ya udah sana pulang." Fanya mengusir Aldi.

"Iya ish ini mau pulang, bye!" Aldi menutup kaca helmnya.

"Hati-hati!"

Aldi membalas Fanya dengan angggukan lalu menjalankan motornya meninggalkan rumah Fanya.

FALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang