24 - Pengakuan

127 37 79
                                    

"Sas, bonyok lo dirumah gak?"

"Aaa Fanya! Gue kangen sama lo! Enggak kok, lagi pada ke Surabaya. Lo?"

"Home alone, beb."

"Widih, pas nih! Nanti malem tempat biasa, gimana?

"Kuy, baru aja gue mau ngajak! Udah lama nih gak ke sana."

"Setengah satu, gimana?"

"Oke, see you there!"

Tut!
Fanya memutuskan sambungan telepon.

"Yes! Nanti malem pake baju apa ya?" Fanya bertanya kepada dirinya sendiri lalu berjalan menuju lemari baju.

"Ini kali ya? Tapi kayaknya kebuka banget!"

"Yakali pake celana pendek, gue kan naik motor!"

Bingung memilih baju, pilihan Fanya akhirnya jatuh pada jaket crop hitam dan skinny jeans hitam.

"Ini aja lah!"

Karena sekarang masih jam 8, Fanya bersantai di ruang tengah rumahnya sambil menonton TV dan nyemil. Biasanya, ia akan menyelesaikan setrikaan baju-bajunya seperti seragam dan baju tidur pada hari sabtu. Namun, sekarang ia malas sekali. Yah, 3 jam belajar matematika memang sangat melelahkan dan membosankan! Bayangkan, dari jam empat sampai jam tujuh! Lama sekali, bukan?

Belum lagi, ia harus pulang mengendarai motor sendiri dari rumah Aldi yang lumayan jauh. Sebenarnya Fanya senang berlama-lama naik motor, hanya saja setelah acara-sok-belajar tadi mood nya menjadi buruk.

"Ya elah, masih jam 10! Gue tidur dulu aja deh!"

Fanya akhirnya memutuskan untuk tidur sebentar agar nanti ia tidak mengantuk. Tak lupa, ia menyalakan alarm supaya tidak kebablasan.

♡♡♡

"Gila, yang kedua lagi lo!"

"Lo terbang apa gimana sih? Cepet banget!"

"Keren banget, bro!"

Revan, Dio dan Vito memuji Aldi yang lagi-lagi berada di peringkat 2 dalam balapan. Setelah Aldric, tentunya. Wajar saja sebenarnya kalau Aldi belum bisa mengalahkan Aldric karena Aldric memang sudah berbulan-bulan tidak terkalahkan.

"Second place, huh? Boleh juga! Tapi lo harus inget, lo gak bakal bisa ngalahin gue! Lo itu cuma anak kemaren sore!" Aldric dan keempat temannya menghampiri Aldi setelah selesai balapan.

"Iya in deh biar lo seneng." Balas Aldi santai.

Melihat tanggapan Aldi yang tidak ada takut-takutnya, Aldric pun langsung meninggalkan Aldi.

"Gokil lo, Al!" Revan tertawa mendengar respon cuek Aldi.

"Masih jam 2 nih, lanjut yok?" Dio mengusulkan.

"Kemana?" Tanya Vito.

"Tempat biasa."

"Gas! Ayo al, gue tunjukkin tempat biasa kita nongkrong!" Revan mengiyakan dan mengajak Aldi ikut mengunjungi tempat tersebut.

"Oke."

Tak sampai 10 menit, mereka sudah sampai di salah satu klub malam terkenal di Jogja. Suara musik yang kelewat normal langsung terdengar ketika mereka melewati pintu masuk. Mereka pun memilih tempat duduk di dekat dance floor.

FALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang