"Ini apa gak ada yang mau bantuin Bunda nyuci piring?" sindirnya. Pasalnya, sejak Farras tinggal di rumah sendiri, ia kan kesepian. Mana tak yang membantu pekerjaan rumah pula.
Dan tiga laki-laki yang duduk santai di depan televisi itu kompak terkekeh. Padahal sejak pagi pun, mereka sudah jadi babu. Walau yah, bukan yang babu-babu amat lah. Hahahaha. Minimal kan membantu Bundanya menyiram tanaman pagi-pagi usai Subuh. Biasanya yang melakukan itu suaminya. Tapi menunggu diomeli dulu baru bergerak. Jadi tenaga istrinya habis duluan melalui omelan. Lalu menjelang magrib biasanya mereka tiba di rumah. Abis magrib pasti disuruh bantuin menyiapkan makan malam. Lalu apa yang terjadi? Biasanya Farrel yang akan diomeli Bunda biar cepat bawa menantu agar ada yang membantunya di rumah. Tapi berhubung perempuan impiannya sudah dilamar, Bunda sudah jarang mengomel. Bahkan tampak senang karena akan mendapat menantu. Meski sebetulnya Farrel masih belum senang-senang amat mengingat bagaimana gadis itu masih berupaya agar ia membatalkan semua ini. Apa saja? Tentu saja lamaran dan rencana pernikahan. Tapi tak digubris Farrel lagi. Ia tahu jika sejak ta'aruf pun, sebelum dimulai saja, ia sudah ditolak. Hingga akhirnya ia menempuh jalur lamaran hahaha. Lantas diterima?
Keluarga perempuan itu menerima dan perempuannya?
"Kaaaaak!"
Fadlan menghela nafas. Terpaksa beranjak dari sofa lantas berjalan menuju istrinya. Membantunya mencuci piring. Ferril terkikik-kikik. Senang sekali karena cuma Papanya yang disuruh tapi itu tak bertahan lama.
"Ini apa gak ada yang mau beresin itu lauknya. Disimpan gitu di kulkas," omelan yang sekaligus memerintah itu. Kali ini Farrel yang beranjak. Ia geleng-geleng kepala melihat kelakuan saudara kembar sablengnya yang tidak membantu sama sekali. Farrel sudah sibuk memasukan sisa lauk makan malam mereka ke dalam kulkas. Tapi sepertinya Bunda belum puas kalau anak bungsunya juga tak bergerak namun baru juga mau mengomel.....
BRAAAKK
Suara pintu depan terbuka dengan setengah terbanting. Tak lama muncul anak perempuannya dengan menggeret koper. Keempat pasang mata itu kompak menatap Farras yang melenggang begitu saja melewati mereka kemudian menaiki tangga hingga tiba di kamar. Icha langsung menyenggol lengan Fadlan. Lelaki itu mengusap wajahnya. Ada apa lagi?
"Berantem lagi tuh pasti," nyinyir Ferril. Ia geleng-geleng kepala melihat kelakuan Farras yang baru saja menutup pintu kamar. Perempuan itu berjalan kaki sendirian dari rumah hingga tiba di rumah Papanya. Ando? Hanya mengusap wajah di rumah. Tak tahu harus berbuat apa. Sementara Fadlan sudah berdiri di depan kamar anak perempuannya itu.
"Ras!" panggilnya. Anaknya baru saja membanting koper lalu menghempas badan di atas tempat tidur.
Dengan dingin Farras menjawab, "Ras mau cerai sama Ando."
Fadlan menghela nafas. Bunda masih berdiri kaku di tangga paling bawah. Tak jauh darinya ada Farrel yang berdiri di dekat meja makan. Ferril? Duduk di sofa masih dengan muka tengilnya. Heran dengan sikap kekanakan saudara kembarnya itu. Ia malah geleng-geleng kepala.
"Pulang, Kak! Kasihan Ando mencarimu nanti," titah Fadlan. Tapi apa kata-kata yang keluar dari mulut Farras selanjutnya?
"Ando tahu kalau Ras pulang ke rumah Papa," sahutnya lantas menutup telinganya dengan bantal. Ia tak mau mendengar apapun lagi. Sementara Papanya sudah menatap ketiga orang yang kompak membeku di lantai bawah.
Mereka tak menyangka saja kalau permasalahan kali ini lebih pelik. Farrel sih belum pernah melihat Ando dan Farras bertengkar. Meski Ramadhan kemarin, ia mendengar omongan Ferril yang mengatakan kalau Farras kabur ke rumah sambil menangis dan bilang kalau diceraikan oleh Ando. Lalu kini?
Adiknya itu yang bilang kalau mau bercerai dengan Ando. Farrel mengusap tengkuknya. Apa semudah itu bercerai setelah semudah itu menikah? Ia saja masih berjuang meski lamarannya sudah diterima tapi perempuan itu? Tentu saja rajin memprovokasinya agar melepaskan lamaran ini tapi Farrel tak rela. Ia sebegini yakin jika kelak perempuan itu akan mencintainya dikala menikahinya. Meski agak membuatnya getir juga. Lihat lah, Ando dan Farras yang saling mencintai itu saja retak rumah tangganya bagaimana dengannya nanti?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Atas Cinta 2
SpiritualMenikah itu bukan akhir dari tujuan hidup. Nyatanya, ini adalah sebuah awal yang baru untuk memulai hidup berdua dengannya yang dicinta. Keduanya menikah diusia yang teramat muda. Namun setelah lima tahun pernikahan, apa yang didamba-dambakan setiap...