Yang Dinanti (Part Bonus)

9.7K 719 554
                                    

Enam bulan kemudian....

"Kakak pulang aja, biar Bunda saja yang urus" tutur Bunda.

Farras mengangguk lantas beranjak pergi meninggalkan rumah Abangnya. Gonjang-ganjing rumah tangga Abangnya memang sedang menjadi berita heboh. Apalagi kalau bukan kabar perceraian Abangnya? Bahkan kakak iparnya sudah pergi meninggalkan rumah beberapa waktu lalu. Seminggu? Dua minggu? Eh apa sudah sebulan? Entah lah. Farras lupa karena ia juga memikirkan kehamilannya yang semakin besar ini. Kalau ditambah dengan mengurusi pernikahan Abangnya, ia akan stress.

Farras menghela nafas. Farras saja tak menyangka kalau pernikahan itu tak bertahan lama. Hanya....enam bulan? Atau kurang?

Entah lah. Farras pusing kepala. Ia seringkali bolak-balik ke rumah Abangnya selama beberapa hari ini menilik rumahnya memang tak jauh. Hanya dengan berjalan kaki tak akan sampai sepuluh menit. Farras biar kan saja Bunda yang mengetuk-etuk pintu rumah Abangnya. Sementara ia sudah berjalan pelan menuju rumahnya. Keringatnya bercucuran. Perutnya sudah besar dan rencananya akan berangkat rumah sakit besok atau lusa. Tergantung pemantauan hari ini. Ando?

Suaminya masih dalam perjalanan. Lelaki itu terpaksa berangkat ke Singapura kemarin dan langsung kembali pagi tadi. Semalam saja, Farras memilih menginap di rumah mommy-nya. Ia tak mau merusuhi Bunda dan Papanya yang sedang pusing dengan perceraian Abangnya. Bundanya bahkan tampak stress beberapa bulan belakangan karena memikirkan anak sulungnya itu. Papanya? Tidak stress rapi ikut pusing kepala tentunya. Belum lagi harus mengurus persoalan rumah tangga Farel ditambahnpula dengan harus menghibur istri. Untung saja mommy-nya tak bertanya tentang perceraian Abangnya saat ia menginap semalam. Ia bisa pusing kepala.

Ia tersenyum tipis ketika mendengar suara mobil. Suaminya tiba dengan taksi. Lelaki itu mengeluarkan koper kecilnya lalu membayar ongkosnya. Tak lama, ia sudah masuk ke dalam rumah. "Abi mandi dulu bentar," tuturnya lantas segera berjalan menuju kamar mandi di dekat dapur. Farras segera masuk lagi ke dalam kamar untuk mengambil baju ganti Ando. Ia sudah menyiapkan perbekalan untuk persiapan melahirkan. Ando hanya perlu membawa koper itu nantinya.

Tak lama, keduanya sudah keluar dari rumah. Ando memasukan semua persiapan persalinan. Meski masih belum tahu apakah hari ini atau lusa tapi ia bersiaga saja. Ia mengunci pintu sementara Farras masuk ke dalam mobil. Setelah memastikan rumahnya aman, Ando kembali ke bangku kemudi.

"Itu aja kan?" pastinya. Farras mengangguk. Ia menyandarkan punggungnya.

"Abi sudah dengar kabarnya?"

Ando menghela nafas. Ia tahu maksud dari pembicaraan itu. Ia juga tak tahu bagaimana ceritanya. Tapi sejak awal, pernikahan Abang iparnya itu memang sudah rapuh. Sejak sebulan menikah tentu saja. Bisa bertahan sejauh ini saja sudah bagus. Meski yah ujung-ujungnya berakhir juga. Siapa yang tahu takdir sih? Nyatanya, manusia boleh berencana tapi Allah lah yang menentukan.

"Abang yang mengajukan."

"Hah?!"

Farras benar-benar kaget bahkan kini menoleh pada Ando. Suaminya itu hanya mengangguk-angguk. "Masa sih?"

Ando hanya menghela nafas. "Abi baca beritanya begitu."

Farras langsung berselancar diinternet. Ia membuka beberapa berita tentang perceraian Abangnya dan benar....Abangnya yang mengajukan. Bahkan ada video di mana kedatangan Farrel terekam awak media yang memang sudah menunggu di pengadilan agama. Abangnya sih tak berbicara apapun namun ketika awak media mewawancarai pihak pengadilan, mereka membenarkan jika memang Farrel yang mengajukan perceraian. Bukan pihak istrinya. Farras yang masih syok langsung membombardir Abangnya. Ia hanya tahu kalau mereka akan bercerai. Tapi ia kira jika kakak iparnya yang mengajukan perceraian bukan Abangnya. Kalau begini, ia merasa Abangnya benar-benar keterlaluan. Kalau ia yang menjadi istrinya, ia juga akan mengajukan perceraian. Siapa sih yang tak sakit melihat suaminya.....

Cinta Di Atas Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang