Sejujurnya Farras menunggu Ando untuk membicarakan hal kemarin. Terkait amplop-amplop itu. Tentang kenapa Ando diam-diam menyimpannya. Kenapa tak jujur saja? Atau langsung membuangnya jika memang masih menginginkannya. Ia sih masih melihat kalau amplop itu ada di atas meja kerja di ruangan Ando. Tapi Farras enggan mengungkitnya terlebih dahulu. Ia ingin Ando yang memperjelas. Sementara Ando merasa tak ada yang perlu dipersoalkan. Toh, amplop-amplop itu tak penting. Ia malah banyak berpikir tentang perilaku Farras yang berubah drastis akhir-akhir ini. Hal yang membuatnya sulit menangani perempuan itu. Kalau dihadapi dengan emosi, tentu akan menjadi malapetaka. Alih-alih terselesaikan masalah. Dihadapi dengan tenang pun, Farras bagai api, emosinya mudah terbakar.
Seminggu ini pun, keduanya tak banyak bicara. Ando hanya bertanya seperlunya sementara Farras lebih banyak diamnya. Perempuan itu menunggu Ando bicara itu dulu tapi sialnya, Ando tak mengungkitnya sama sekali. Rumah jadi semakin sunyi. Apalagi Ando lebih banyak menghabiskan waktu di luar. Seperti hari ini. Ia kembali ke pesantren kemaren untuk memulai kajian motivasi bisnis darinya. Kedatangannya sudah ditunggu banyak santri. Baik yang laki-laki maupun perempuan. Tapi yang lebih banyak tertarik tentu perempuan. Apalagi banyak yang menyimpan harap pada Ando. Berharap Ando akan memilih salah satu di antara mereka untuk menjadikannya sebagai istri. Dan tak ada yang tahu kalau lelaki itu sudah menikah kecuali satu gadis. Gadis yang ditawari pimpinan pesantren ini pada Ando untuk menjadi istri kedua. Hal yang membuat Ando masih belum bisa memutuskan. Bukannya galau. Ando sudah mencoba menolak tapi sudah tahu kan apa yang diucapkan kyai itu? Alasan-alasannya? Ia malah disuruh istikharah dulu baru memutuskan dan Ando belum melakukannya sama sekali. Ia hanya sangsi. Meski dimulut Farras malah menyuruhnya tapi ia tak yakin. Sangat-sangat tak yakin.
Tak ada yang istimewa yang terjadi hari ini. Kecuali Ando yang ditodong oleh pembawa acara untuk membawa beragam barang. Entah surat, entah kado kecil-kecilan yang berisi makanan. Ando hanya menghela nafas. Ia membawa semua itu usai pamit pada jajaran ustad. Hari ini ia tak ketemu kyai yang punya pesantren karena beliau sedang ke luar kota. Agak bersyukur sih karena ia belum punya jawaban atas penawaran kemarin. Ia enggan didesak. Tapi disisi lain, ia juga tak enak hati menolak. Ia harus punya alasan krusial dulu agar bisa menolak dengan bijak.
Langkah Ando yang berjalan melintasi gedung pesantren tentu menyita perhatian para akhwat yang banyak menatap ke arahnya dengan senyum malu-malu. Ando sih tak sadar. Meski ada satu perempuan yang tak lekang menatapnya penuh kekaguman. Yang diam-diam menyimpan rasa dan memberanikan diri untuk menjadi istri keduanya. Dalih jalan mencari surga melalui jalan itu. Tapi ternyata tak akan semudah itu menjalani biduk rumah tangga. Ada hati perempuan lain yang mungkin akan tersakiti. Sekalipun ikhlas itu keluar dari mulutnya tapi hati? Siapa yang bisa mengukur kedalaman ikhlas di dalamnya? Tak ada yang bisa bukan?
Dan...serela apapun menjadi istri kedua, setidaknya pasti terbesit untuk menjadi satu-satunya istri bagi suami bukan? Jangan munafik. Semua manusia begitu. Kadang begitu serakah. Ya atau tidak?
😍😍😍
Farras agak heran. Pasalnya, beberapa hari ini Ando seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Tiap ada yang menelepon, lelaki itu kadang membawa jauh ponselnya dari Farras. Kalau ada pesan pun, ia juga menghindari Farras. Seolah takut Farras akan melihat isinya. Lalu beberapa malam ini, ponsel itu sering berkedip. Padahal biasanya, Ando tak pernah diganggu. Apalagi jika menyangkut pekerjaan. Lalu kini? Kembali berkedip. Hal yang membuat Farras penasaran.
Farras bukan tipe perempuan yang suka mengecek ponsel suami. Meski ia adalah orang terkepo di keluarganya. Tapi ia memang menaruh kepercayaan besar pada Ando. Apalagi melihat Ando pandai menjaga dirinya dari perempuan atau pun yang lainnya. Ia juga tak menaruh curiga. Hanya penasaran karena tingkah tak biasa Ando. Karena Ando itu sangat transparan. Farras mudah sekali menemukan keganjilan perilakunya jika bersikap tak biasa. Suaminya itu kan payah dalam urusan akting. Farras akan langsung tau jika ia bertindak dengan tidak wajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Atas Cinta 2
SpiritualMenikah itu bukan akhir dari tujuan hidup. Nyatanya, ini adalah sebuah awal yang baru untuk memulai hidup berdua dengannya yang dicinta. Keduanya menikah diusia yang teramat muda. Namun setelah lima tahun pernikahan, apa yang didamba-dambakan setiap...