O-ow Ketahuan

5.3K 694 450
                                    

Emosi tidak menyelesaikan masalah. Menambah masalah baru sih iya. Apalagi mendengar tutur kata dari mulut Farras yang mulai lebih berani. Mengucapkan kata cerai terasa lebih ringan dibanding sebelumnya. Ya, Farras menyesal. Tapi ia juga tak sanggup sebetulnya. Ia hanya terbawa emosi akan sikap Ando yang berubah sedemikian rupa. Ia juga tak rela jika harus melepas Ando. Dan ia juga tak bisa bertahan jika ada perempuan lain. Farras hanya perempuan biasa. Ia bukan malaikat. Tak masalah bukan jika harus menjilat ludah sendiri?

Farras tak punya gengsi sama sekali untuk mengakui jika ia ternyata bukan lah perempuan yang lapang yang bisa menerima kehadiran perempuan lain di rumah ini. Salah? Bukan kah hampir semua perempuan demikian? Kini, dengan alasan apapun, Farras tak bisa menerima poligami jika itu benar-benar terjadi. Ia sudah membulatkan tekadnya kali ini. Biar lah, ia yang mengalah jika memang Ando ingin mengejar perempuan itu.

Ando? Makin marah karena Farras begitu berani melawannya kini. Farras yang dulu menurutinya sudah tak ia temukan. Bahkan seharian ini pun Farras terang-terangan mengabaikannya. Perempuan itu hanya tidur-tiduran di kamar dan enggan mengurusnya atau pun mengurus rumah mereka. Farras terlampau sakit hati. Ia tidak hanya sakit hati pada tingkah laku Ando tapi juga omongannya semalam. Salah?

Dan sejak pagi, Ando memang mengurus hidupnya sendiri. Tumben-tumbennya ia menyiapkan sarapan pagi sendiri. Memasak sendiri meski hanya nasi goreng. Kemudian mengurus sendiri keperluannya untuk pergi ke kantor. Pulang dari kantor pun begitu. Ia tak menjumpai Farras ketika tiba di rumah. Terserah lah, pikirnya. Terserah Farras mau melakukan apapun. Ia sedang mengatur emosinya walau rasanya akan meledak dan lepas kendali. Lalu malam ini?

Keduanya masih saling diam. Tidur saling membelakangi. Ando tak berbicara sedikit pun. Sekedar basa-basi pun tidak. Farras juga sama. Ando tak habis pikir dengan jalan pikiran Farras yang bisa-bisanya mengabaikannya seperti ini. Dan Farras masih tak habis pikir dengan jalan pikiran Ando yang bisa-bisanya mengatakan itu padanya.

Dua orang itu seperti hidup di dunia masing-masing. Berada di bawah satu atap. Di bawah satu ikatan yang disebut pernikahan. Tapi saling abai. Saling tak perduli. Dan tak ada yang mau mengalah kali ini.

😂😂😂

Dan Sara yang tak sengaja melihat bagaimana keduanya saling diam pun mulai mengawasi keduanya. Sara tahu ada yang tidak beres saat pagi-pagi ia sengaja mampir untuk mengantar buah pada anak-mantunya itu. Apa yang Sara dapati?

Ando yang sedang memasak sarapan pagi sendiri.

"Ras mana, Ndo?"

Ando agak tergagap sebetulnya. Tapi ia berusaha bersikap biasa saja. Walau sudah terlambat. Karena Sara sudah mencium bau ketidakberesan dalam rumah tangga anaknya ini. "Di kamar, mom."

"Sakit?"

Ando hanya berdeham. Ia juga tak berani menatap mommy-nya. Sara menghela nafas. Ia bersyukur setidaknya besannya tak tahu kejadian ini. Kalau sampai tahu, Sara tak yakin Farras akan masih di sini. Mantunya pasti dibawa Papanya pulang dan itu lah yang membuat Sara was-was. Tapi Sara juga bingung bagaimana ia menegur anaknya ini? Sara sama sekali tak tahu apapun masalah mereka selain kata-kata Anne waktu itu. Namun Sara belum punya bukti sama sekali. Jadi ia tak bisa menuduh Ando tanpa bukti. Sara perlu menggali lebih dalam tapi ia juga tak tahu bagaimana cara mencari informasi itu.

"Mom mau ke mana?" tanyanya. Ando kaget karena mommy-nya berjalan menaiki tangga.

"Mau lihat menantu mommy," tuturnya santai tapi sanggup membuat jantung Ando nyaris lepas. Ia hanya bisa berdoa agar Farras tak menampakan kecurigaan apapun.

Tiba di depan kamar, Sara mengetuknya. "Ras? Temenin mommy ke depan yuk!" alasannya. Ia tahu kalau Farras tak akan cerita apapun tapi Sara hanya ingin memastikan kondisinya.

Cinta Di Atas Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang