Berseteru Tajam

4.1K 678 1K
                                    

Usai Ashar itu, mereka belum pulang. Ando kembali ditahan untuk kembali berkunjung ke rumah kyai itu. Farras yang sudah benar-benar kehilangan mood-nya hanya pasrah mengikuti. Ia bahkan enggan jalan di dekat Ando. Ia sama sekali tak menatap Ando dan berupaya mengalihkan tatapannya pada hal-hal lain. Ia juga tak banyak bicara. Ando?

Masih tampak santai saja dan asyik saja mengobrol dengan kyai. Farras ingin pulang tapi tak bisa. Andai ia tak mengontrol diri, mungkin ia sudah naik taksi sejak tadi. Sejak melihat suaminya melempar senyum pada perempuan lain di depan matanya. Sesak bukan?

Jangan ditanya perasaan Farras sekarang. Kalau ditanya, ia ingin menangis? Sangat. Ia ingin berteriak? Mungkin lebih dari sekedar berteriak. Tapi ia tak bisa melakukan itu. Selama kewarasannya belum hilang, ia harus menahan semua itu. Ia tak tahu apa yang akan terjadi ketika mereka tiba di rumah nanti. Mungkin Farras hanya akan mengunci diri dan berpikir banyak hal. Namun satu-satunya yang selalu terlintas itu adalah...perceraian.

Disaat Farras mulai berusaha mengontrol diri, mulai tersenyum sedikit demi menanggapi obrolan istri kyai, tak lama ia terusik. Farras kehilangan senyumnya dalam sekejab ketika istri kyai itu memanggil seseorang. Seseorang itu muncul dari dapur sambil membawa jamuan makanan ringan untuknya dan Ando. Hal yang tak Farras ketahui adalah Ando yang menegang kuat begitu tahu siapa perempuan yang membawa baki itu. Sementara kyai dan istrinya? Sibuk menyimak ekspresi Farras. Keduanya tampak tersenyum dan hanya berpikir jika Farras adalah perempuan yang lapang. Mereka berpikir jika Farras pasti bisa menerima kehadiran perempuan ini di dalam rumah tangganya. Dan memang ini direncanakan untuk menilai sikap Farras. Tapi Farras hanya bergeming. Istri kyai itu mungkin lupa jika Farras adalah perempuan sepertinya. Kalau ia diposisi Farras, apakah ia akan sakit hati sama seperti Farras atau kah tampak biasa saja?

Itu mungkin sudah memukul Farras. Sangat-sangat memukul meski Ando yang duduk di depannya berusaha bersikap biasa saja. Tapi Farras?

Seharusnya Ando tahu betul jika Farras sudah pernah bertemu Lilian. Dan itu memang yang membuat Ando tegang. Ia tak menyangka jika rencananya membawa Farras ke sini akan menjadi seperti ini. Ia tak berani menatap istrinya yang sudah membeku sedari tadi. Namun puncaknya terjadi tak lama. Hanya berselang dua puluh menit ketika keduanya berpamitan pulang. Saat itu, Lilian kembali dipanggil istri kyai. Gadis itu dipaksa bersalaman dengan Ando dan Farras. Disitu lah Farras merasa nelangsa. Karena suaminya benar-benar tak bisa menahan senyumannya yang menawan hanya untuknya. Dan Farras semakin sakit kala melihat keduanya saking tersenyum berpamitan tepat di depan matanya.

Tahu alasan kenapa Farras menawarkan Shakeera untuk menjadi istri Ando saat Ramadhan kemarin? Karena Farras tahu bahwa Ando tak punya perasaan sedikit pun pada Shakeera, setidaknya ia merasa tenang karena Ando pasti akan lebih sayang padanya. Tapi kalau perempuan ini? Farras sudah tak yakin lagi apakah bisa membiarkan Ando berpoligami jika baru begini saja, hatinya sudah terlalu sakit. Dan Farras hanya menatap ke luar jendela dan menghindari beragam pertanyaan Ando. Andai sudah tak kuat, ia mungkin sudah melompat dari mobil ini sedari tadi. Akhirnya, ia menyimpulkan sesuatu tentang alasan Ando yang mengajaknya ke pesantren ini. Untuk apa?

Tentu saja Ando yang sepertinya serius melanjutkan wacana poligami ini. Tapi Farras sudah mundur. Ia akan mencoba merelakan semuanya jika memang Ando memilih perempuan itu. Dan mengingat itu membuat Farras sakit hati sekali.

😋😋😋

Farras masih baik bukan? Ia tidak buka suara sama sekali tentang apa yang terjadi di pesantren kemarin. Meskipun itu terjadi di depan matanya. Tapi bukan berarti Farras melupakannya. Ia hanya terus memantau suaminya. Dan kini langkah lesunya sudah masuk ke dalam lift kantor Ando. Tadi pagi Ando memang memakan sarapan pagi yang ia buat kan. Dan lelaki itu memang membujuknya beberapa hari ini. Membujuknya untuk membantu lelaki itu memakaikan baju juga menemaninya sarapan. Farras memang menurutinya dan hanya diam menyimak omongan Ando yang tak biasanya panjang. Suaminya itu kan hanya berbicara panjang-lebar dikala menasehatinya atau sedang kesal padanya. Kadang juga berbicara panjang-lebar jika ada masalah dengan perusahaan. Farras biasanya tak hanya mendengarkan saja. Farras pasti akan menyuarakan pendapatnya. Namun apa yang terjadi tadi? Farras hanya bergeming sembari menatap Ando dengan tatapan datarnya. Hingga Ando memaksa agar ia berpendapat namun Farras hanya mengendikan bahu. Dan itu membuat Ando menahan kelu. Ia tahu jika keadaan ini belum sepenuhnya pulih. Karena Farras masih berlagak tak perduli.

Cinta Di Atas Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang