Perempuan mana yang tak terharu? Ketika Farras selesai memasangkan dasinya, Ando berlutut demi mencium perutnya. Ada anak mereka di sana. Kemudian lelaki itu berdoa dengan khusyuk. Hal yang membuat kaki Farras lemas meski ia masih tegak berdiri. Meski Farras belum banyak bicara. Meski Farras yang biasanya masih belum kembali tapi Ando memang tak menyerah. Sedari pagi dihari Senin ini, lelaki itu memaksanya membantunya memakai kemeja hingga dasi. Lalu ditambah berlutut pula. Bukan untuk menggoda Farras tentunya, ia benar-benar berdoa untuk kesehatan anak mereka. Agar ia tumbuh dengan sehat di dalam perut Farras sampai nanti siap muncul ke dunia ini untuk bertemu mereka sebagai orangtuanya. Hal yang membuat Farras sudah berkaca-kaca sepagi ini.
Kemudian, ketika sarapan pun, piring-piring dan gelas lucu menemani. Ando memang membelinya dengan sengaja. Biasanya Farras menyukai hal-hal receh seperti ini. Seperti gelas yang gunakan Ando untuk minum yang bertuliskan I love my wife. Gelas Farras pun sama, I love my husband. Ditambah pula dengan kedua piring yang bertuliskan, we are loving each other until Jannah. Uhuy! Gimana gak meleleh hati Farras?
Lalu saat lelaki itu akan berangkat, tak lupa mengecup keningnya. Memeluk pinggangnya pula hingga tiba di mobil. Farras terpaksa melepas kepergiannya ke kantor pagi ini meski dengan berat hati. "Nanti Abi tunggu, Ras, di kantor," pesannya yang secara tersirat meminta Farras mengantar makan siang untuknya. Farras tentu mengangguk senang. Tak lama, mobil itu sudah pergi meninggalkan halaman rumahnya. Farras menghela nafas. Dalam diamnya, ia memang masih mencintai lelaki itu. Tak ingin pergi. Apalagi bercerai. Itu hanya emosi sesaatnya. Terserah lah pendapat orang lain tentang kebodohan ini. Namun baginya, ini bukan kebodohan. Melainkan pilihan. Ia hanya bisa berdoa semoga suaminya tak mengulangi kesalahan yang sama. Sekarang ia memang memberikan kesempatan. Apa salahnya menerima seseorang yang pernah berdosa lalu ia ingin bertobat? Allah saja Maha Pemaaf dan Farras tak ingin merasa sok sempurna. Merasa sok tak pernah berbuat dosa. Karena Farras pun sama. Ia banyak sekali dosa. Bahkan tak ada yang tahu apakah dosanya ini lebuh banyak atau tidak dari Ando. Ya kan?
Ketika masih ada jalan memaafkan, ia memang mengambilnya. Dan jika masih ada kesempatan bersama, ia akan mengambilnya. Tak salah kan jika ia menoleransi satu kesalahan? Asal Ando kembali bertobat? Ia tak masalah. Karena jika pun ia berbuat kesalahan suatu saat nanti, ia juga ingin dimaafkan seperti Ando yang juga ia maafkan.
😍😍😍
"Hargai istrimu," tutur Feri. Ia begitu serius membicarakan hal itu. Sara memantau dari dalam. Takut suaminya marah pada Ando. Ando hanya mampu menunduk. Ia tahu kalau ia salah. Apalagi saat daddy-nya memintanya datang sesiang ini ke rumah. Siang dihari Sabtu. "Kadang ada kalanya jenuh dengan permasalahan. Tapi jangan mencari pelarian apalagi melakukan pengkhianatan. Itu besar akibatnya, Ndo. Kamu lebih paham soal itu. Karena bukan hanya Farras yang akan terluka, mommy-mu juga. Mertuamu apalagi."
Feri menghela nafas. Ia menatap anaknya dengan serius. Ia memang belum menghentikan nasehatnya sejak berhari-hari lalu ketika Ando berlutut dihadapannya dan Sara. Memang mereka terluka. Tapi yang paling terluka tentu lah Farras. Dan rasanya wajar sekali jika Farras begitu sulit menerima semua yang terjadi. Ando jadi paham perasaan itu. Perasaan apa? Perasaan dikhianati tentunya.
"Kamu juga harus selalu ingat, Bang. Farras itu dititipkan orangtuanya padamu agar kamu memperlakukannya dengan baik bukan sebaliknya, menyakiti. Ingat kan, Bang?"
Ando mengangguk lemah. Matanya sudah berkaca-kaca. Lagi-lagi daddy-nya sangat benar. Dan ah, urusan dengan Lilian memang sudah selesai. Terakhir, hanya Sara yang berbicara dengan gadis itu hingga gadis itu benar-benar berhenti mengejarnya. Mungkin khilaf juga mengira Ando benar-benar suka dan menginginkannya. Walau Sara masih was-was dan terus memantau. Wajar kan? Sara pernah merasa dikhianati meski saat itu ia belum berstatus istri Feri. Tapi sepanjang pernikahannya kini, Feri sangat bertanggung jawab dan memperlakukannya dengan baik. Karena seperti kata Feri tadi, Abinya Sara menitipkan Sara padanya agar ia memperlakukannya dengan baik. Ya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Atas Cinta 2
SpiritualMenikah itu bukan akhir dari tujuan hidup. Nyatanya, ini adalah sebuah awal yang baru untuk memulai hidup berdua dengannya yang dicinta. Keduanya menikah diusia yang teramat muda. Namun setelah lima tahun pernikahan, apa yang didamba-dambakan setiap...