Suami Tereceh

6K 703 432
                                    

Sebetulnya Ando hanya setengah hari di kantor. Ia baru saja akan berangkat meninggalkan ruangannya ketika Bagas mengetuk ruangannya. Sebelah alis Ando terangkat dan membiarkan Bagas masuk. Lelaki itu membawa sekotak makan siang yang sangat tak asing. Ando menghela nafas.

"Ia mengantarnya langsung?"

Bagas menggeleng. "Tadi diantar satpam lobi."

Ando menghela nafas. "Ambil saja untukmu, Gas," tuturnya lantas segera berjalan keluar. Bagas heran melihat sikapnya itu. Tumben-tumbennya menolak, pikirnya. Biasanya langsung girang setengah mati. Tak lama, Bagas menepuk kening. Aaah, ia teringat kejadian kemarin. Sepertinya bosnya tobat. Oke, ia tersenyum. Tentu saja senang. Karena selama hampir sebulan ini ia merasa bersalah. Kenapa? Ia seperti sedang menutupi sebuah kejahatan. Dan sialnya ini adalah kejahatan rumah tangga. Apa? Tentu saja perselingkuhan.

Mohon maaf sekali lagi. Jangan lagi mengantar makanan untukku.

Itu pesan yang dikirim Ando pada Lilian. Kini Ando sudah mengendarai mobilnya menuju pesantren itu. Tentunya bukan untuk menemui Lilian. Ando perlu menemui kyai yang punya pesantren.

Setelah Ando sadari lagi, perasaannya memang hanya sesaat. Mungkin karena dilanda masalah dengan Farras. Namun hal ini memang sangat memukul Ando. Ia jadi was-was pada diri sendiri. Kalau terjadi lagi bagaimana? Maksudnya, tergoda perempuan lain. Memang tak ada yang tahu masa depan kan? Tapi ia harap, rumah tangganya akan terus baik-baik saja. Ia tak mau Farras terluka lagi karenanya. Cukup sekali ini saja.

Kalau mengingat Andra kemarin saja, ia bagai kesetanan. Kata 'gendong' itu terus terbayang dibenaknya hingga membuatnya memegang setir dengan kuat. Saking emosinya. Ndo...Ndo...baru begini saja membayangkannya, emosinya terbakar. Apalagi kalau benar-benar melepas Farras? Membiarkannya dengan lelaki lain? Ia mana kuat!

Ando menarik nafas dalam. Satu doanya pada Allah. Dari sekian banyak godaan dan ujian, ia berharap bukan ujian perempuan lain. Cukup ujian dengan Farras saja.

Begitu tiba di sana, ia langsung dipersilahkan masuk. Ia memang sudah membuat janji saat akan berangkat kerja pagi tadi agar kyai bisa meluangkan waktunya.

Ando langsung menjelaskan maksud dan tujuannya datang. Ia berterus-terang kalau menolak tawaran ta'aruf itu. Dengan jujurnya ia bilang, kalau tak bisa berpoligami. Ia tidak bisa adil dengan perasaannya. Karena ketika ia sedang condong pada Lilian, ia bahkan lupa pada Farras. Dan ketika kesadarannya kembali pada Farras, ia bahkan tak perduli pada Lilian. Ando merasa ini hanya lah nafsu. Perasaan sesaat. Karena apa? Mungkin karena masalah rumah tangganya dengan Farras. Perubahan mood Farras yang ia belum bisa menghadapinya. Sikap Farras yang cenderung berubah drastis dan ia yang mudah tersulut emosi.

Selain itu, Ando juga meminta maaf karena tak bisa melanjutkan kajiannya di sini. Ia ingin menjaga hati Farras. Takut Farras cemburu seperti ia yang bahkan tak bisa menahan cemburu ketika berurusan dengan lelaki lain. Ia benar-benar menyudahi urusannya di sini. Kecuali urusan donatur. Itu akan diurus perusahaannya.

Setelah itu, Ando pamit. Kyai itu tak masalah. Lelaki tua itu hanya bilang mungkin memang bukan yang terbaik untuk Ando. Ando hanya mengangguk. Ia tak bilang apapun soal kehamilan Farras. Biar lah itu menjadi rahasianya. Kemudian ia benar-benar pamit.

Begitu keluar dari rumah kyai, ia langsung berjalan menuju parkiran mobil. Ia hanya tersenyum tipis pada beberapa ustad yang memanggilnya. Ia terpaksa menolak untuk mendekat karena terburu-buru ingin pulang. Sementara Lilian menatapnya dari jauh. Ia tahu kalau hubungan mereka sudah benar-benar berakhir. Bahkan saat terakhir ia hendak membalas pesan Ando dengan sebuah pertanyaan pun, ia sudah tak bisa mengirim pesannya. Kenapa?

Cinta Di Atas Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang