Cemburu Buta

5.9K 696 482
                                    

"Daddy gak terima menantu selain Farras."

Ando gelisah sepanjang jalan hingga nyaris menabrak orang andai menginjak rem. Lalu menghentikan mobil di pinggir jalan. Kalau ia pikir sekali lagi pun sebetulnya ia masih belum yakin soal perasaannya. Karena apa? Bisa saja nafsu kan? Apalagi ini sangat berbeda dengan Farras. Saat dengan Farras, rasa cintanya pada Allah sangat menggebu. Kalau sekarang? Aaah...saat ia hendak berpikir, suara azan ashar berkumandang. Akhirnya, ia membelokan mobilnya masuk ke pekarangan masjid.

Saat sujud, ia menangis. Barangkali ia terlampau sering berbuat dosa dan menyepelekannya hingga tak sadar bahwa alarm imannya tidak terlalu sensitif lagi. Akibatnya? Ia sering kali lalai akan dosa. Seperti saat terang-terangan melempar senyuman dan tatapan pada Lilian. Mengajak Lilian bicara dengan terang-terangan dalam jarak yang tidak terjaga. Bahkan sering kali mengantar perempuan itu pulang dari kantornya meski dengan taksi. Bukan kah itu tak seharusnya? Jika memang itu cinta seharusnya Ando lebih menjaga. Seperti ia menjaga cinta-Nya saat mencintai Farras dulu. Ya kan?

Tapi lihat lah. Barang kali ini teguran. Ando memang bukan manusia sempurna. Tak heran jika bisa khilaf dan berbuat salah. Hanya saja, terkadang tak semua kesalahan manusia bisa ditolerir manusia lainnya. Karena memang hanya manusia bukan Tuhan yang mudah memaafkan bukan?

Begitu pula dengan Farras.

😂😂😂

Farras bersiap-siap keluar. Meski ia merasa tak begitu enak badan namun akhirnya tetap berangkat. Farras yang rapuh pada satu jam yang lalu sudah berganti dengan Farras yang kuat saat ini. Kalau dibilang menantang badai, boleh dibilang begitu. Ia pun sangat berpikir teliti di sepanjang jalan tentang apa yang akan dilakukan. Dan lagi-lagi keputusan terburuk yang mungkin terdengar gila namun kali ini lebih masuk akal menurut Farras. Dibanding saat ia membuat rencana tiba-tiba ke rumah Shakeera kala itu setidaknya, kali ini ia lebih waras dan bisa berpikir jernih.

Farras tiba duluan di restoran kemarin. Ia duduk di sana usai memesan jus. Kemudian termangu menatap pemandangan di jendela samping. Setidaknya wajahnya sudah lebih baik dibanding saat pertama kali bertemu dengan perempuan itu. Karena kali ini Farras sudah lebih kuat. Ia sudah lebih tegar. Meski belum kembali sempurna semangatnya yang dulu tapi setidaknya ini lebih baik.

Farras mengetuk-etuk jemari. Perempuan itu memang belum membalas pesannya sama sekali. Tapi ia tetap datang ke sini dan menunggu. Farras ingin mengakhiri ini secepat mungkin. Terlalu lama membiarkannya diam hanya membuatnya tersiksa. Setiap kali melihat Ando pun rasanya hanya ada amarah karena teringat bagaimana keduanya tersenyum. Dan ketika ia teringat itu lagi, rasanya ia ingin melemparkan sesuatu ke wajah perempuan yang baru saja muncul di pintu masuk restoran. Farras berdeham begitu perempuan itu mendekat. Ia sama sekali tak ramah sama seperti pertama kali mereka bertemu. Hanya saja, wajah perempuan itu hari ini tampak terlihat begitu ceria. Dan Farras tak berniat bertanya. Ia tak mau menganalisa lebih dalam apa yang terjadi. Karena ia takut jika itu karena suaminya.

Farras mulai berbicara dengan sangat terang dan tegas. Ia tidak menceritakan bagaimana pertama kali melihat Ando dengan rasa yang berbeda. Ia tidak menceritakan itu. Baginya perempuan itu tak perlu tahu. Ia juga tak bertanya tentang kelanjutan ta'aruf jalan serong yang dijalani keduanya. Untuk apa? Toh sudah jelas prosesnya pun salah apalagi hasilnya? Apa sih yang didapat dari seseorang yang berupaya merebut kebahagiaan orang lain? Apakah benar bahagia selamanya? Atau hanya kebahagiaan semu?

Yang Farras tahu, seseorang yang berkhianat mungkin tidak akan pernah tenang selama hidupnya. Andai mata hatinya pun tidak buta akan cinta yang semu dan nafsu. Farras tak merasa tinggi hati dengan cara Ando mencintainya dulu. Ia hanya merasa kasihan pada wanita di depan ini karena cara Ando mendekatinya. Bukan kah berbeda jauh dengannya dulu? Apakah menjaga? Tidak. Ando bahkan cenderung teledor dan membiarkan dirinya hanyut dalam indahnya cinta yang ternyata mungkin hanya lah nafsu belaka. Karena cinta semestinya menjaga bukan? Dan mereka?

Cinta Di Atas Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang