Bab 6-Melindungi

42.5K 7.4K 1.1K
                                    




"Sia-sia gue sabar dari tadi!"

Cecilia menghentakkan kakinya kesal. Tidak peduli pada tatapan para karyawan yang diam-diam mengamatinya sejak keluar dari ruangan George. Gagal sudah rencana Cecilia untuk mendapatkan nomor Hans. Gagal sudah konten youtube Cecilia.

Padahal niatnya Cecilia ingin menghubungi Hans dan mengajaknya membuat konten. Jika subscriber melihat ketampanan wajah Hans, pasti mereka dapat dengan cepat melupakan George. Setidaknya Cecilia masih yakin Hans bersedia membuat konten dengannya, karena pria itu mengaku senang menonton kontennya.

Sudah bersusah payah sabar dan tidak menyulut emosi menghadapi George, ternyata pria menyebalkan itu tidak memiliki nomor Hans. Tahu begitu Cecilia tidak perlu susah payah memohon seperti tadi.

Cecilia menunduk lesu, memandangi langkah kakinya sendiri. Sudah lupa dengan penyamaran sebelumnya. Kacamata hitam dan masker yang semula ia kenakan sudah dimasukan asal ke dalam tas. Topi hoodie menutup rambut sepunggungnya yang tergerai. Jika dilihat dari jauh, Cecilia sudah mirip sekali dengan orang-orangan sawah yang tidak lagi memiliki semangat berjaga. Semangat Cecilia sudah layu.

"Loh, Cecil?"

Langkah Cecilia langsung terhenti saat melihat bayangan seseorang mendekat ke arahnya. Cecilia mendongak, kedua matanya membulat lebar melihat siapa pemilik suara berat yang baru saja menyapanya.

Hans yang semula sedang berdiri di depan lobby mempercepat langkahnya saat melihat sosok mungil Cecilia berjalan sendirian di lorong.

"Kok di sini?" tanya Hans.

Cecilia mengerjap cepat berusaha menyadarkan diri bahwa ini bukan halusinasinya. Menghirup harum parfum maskulin Hans membuat Cecilia yakin sosoknya benar-benar nyata.

"Ada urusan sebentar," ucap Cecilia seadanya.

"Urusan apa?" tanya Hans.

Melihat ekspresi penasaran Hans membuat Cecilia bimbang harus jujur atau tidak. Masalahnya, Cecilia takut tidak bisa memiliki kesempatan ini lagi.

"Gue barusan minta nomor lo ke Cur, eh, Kak George."

Hans menaikkan kedua alisnya, dalam hati memuji keberanian Cecilia untuk jujur padanya. Sepertinya Cecilia ini bukan tipe perempuan yang malu-malu untuk mengejar duluan. Hans jadi semakin tertarik dengan permainan ini.

"Terus gimana? Udah dapet?" tanya Hans.

Cecilia menggeleng. "Dia enggak punya nomor lo."

"Hmm?" Hans mengerjap cepat. "Kak George bilang gitu?"

"Iya," Cecilia mengerucutkan bibir. "Gue pikir kalian cukup dekat. Ternyata enggak juga?"

"Mungkin Kak George enggak punya nomor gue yang baru," Hans tersenyum. "Udah makan, Ce?"

"Eh?" Cecilia refleks menggeleng. "Belum. Btw, ada perlu apa ke sini?"

Hans mengangkat tangan kanannya yang membawa sebuah map kertas. "Mau serahin CV."

"Lo mau lamar kerja di sini?" Cecilia membelalakkan mata kaget sekaligus antusias. "Serius?"

Melihat semangat Cecilia, Hans tidak bisa menahan senyum gemas. "Iya, tadinya mau lamar lo tapi kayaknya bakalan ditolak?"

Halah kardus, batin Cecilia.

Sejak awal perkenalannya dengan Hans, Cecilia bisa menebak karakter dan watak pria itu. Cecilia yakin Hans memiliki jutaan rayuan hampir sama dengan kakak sepupunya. Bedanya, Jack hanya memiliki jutaan rayuan kardus, sedangkan Hans memiliki jutaan rayuan maut beserta ratusan gadis yang menjadi ban serepnya. Jika tidak terpaksa demi kontennya, mungkin Cecilia juga tidak ingin dekat-dekat dengan Hans. Pria itu terlalu bahaya untuk hatinya yang lemah.

Yutubir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang