"Tenang hari ini langsung gue transfer."Cecilia membasahi bibirnya, takut-takut melihat ke arah George yang sedang fokus menyetir. Sejak ke luar dari restoran, pria itu sama sekali tidak berniat membuka mulutnya untuk berbicara dengan Cecilia.
"Atau sekarang mampir dulu ke atm?" Cecilia meneguk ludahnya susah payah."B-belokan lampu merah situ ada–"
"Bisa diam?"
Bibir Cecilia yang masih sedikit terbuka langsung terkatup rapat saat mendengar nada ketus George. Cecilia segera mengalihkan wajah ke arah jendela, menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah.
Cecilia mati-matian menahan tawa.
Kebanyakan gadis mungkin akan sakit hati jika mendengar nada ketus George, tetapi hal itu tidak berlaku bagi Cecilia. Terlebih saat mengetahui alasan pria itu mendadak ketus adalah karena ulahnya.
Jadi, alasan George kesal berhubungan dengan dompet Cecilia. Tepatnya saat mereka sudah selesai menikmati santapan dan hendak membayar di kasir. George berjalan lebih dulu ke meja kasir, sengaja mendahului Cecilia. Kemudian hal yang tidak terduga terjadi.
Selayaknya pasangan yang baru masa pendekatan, keduanya menciptakan sebuah drama tentang perdebatan siapa yang berhak membayar. Dan drama itu diakhiri dengan Cecilia berteriak cukup keras hingga membuat semua tatapan tertuju pada George.
"Di mana-mana yang lebih harus membantu yang susah. Gue tahu sekarang lo lagi susah, jadi biar gue yang bayar."
Beberapa pengunjung ada yang terang-terangan berbisik sambil menunjuk George, tidak sedikit pula yang tertawa. Pasti mereka kagum karena baru kali ini melihat seorang anak kecil justru mengeluarkan dompet untuk mentraktir om-om.
Lebih sialnya lagi, ternyata restoran itu belum bisa membayar via debit dan Cecilia belum mengambil uang tunai. Alhasil setelah dipermalukan, George harus mengeluarkan dompetnya untuk membayar pesanan mereka.
Dengan harga diri yang tersisa, George menegakkan tubuh, berjalan ke luar restoran tanpa peduli tatapan orang-orang yang masih memperhatikannya.
Cecilia sendiri merasa malu karena menuduh George sedang mengalami krisis ekonomi, padahal jelas isi dompet George terlihat sangat baik-baik saja. Cecilia juga merasa bersalah karena sembarangan bicara hingga membuat keributan di restoran tadi.
Tetapi alih-alih meminta maaf Cecilia justru berlagak tidak peka. Senang sekali rasanya melihat George kesal karena ulahnya. Kapan lagi bisa menjahili om-om satu ini?
"Loh, mau ngapain?" Cecilia menatap heran saat George membelokkan mobilnya masuk ke dalam parkiran Supermarket Indogusar.
George masih bungkam, tidak peduli pada ekspresi bingung Cecilia. Setelah memarkirkan mobilnya, George segera ke luar disusul Cecilia yang nyaris tersandung karena buru-buru turun dari mobil. Sepertinya gadis itu berpikir George akan tega mengurungnya di mobil.
Setelah memastikan mobilnya terkuncu, George lebih dulu masuk ke dalam supermarket diikuti Cecilia yang berlari kecil di sampingnya.
"Mau ngapain?" Cecilia sengaja mengulang pertanyaannyan yang belum terjawab.
"Jual diri."
"HAH?!"
George menatap malas Cecilia. "Kalau orang ke supermarket mau ngapain?"
"Oh, ya maap." Cecilia meringis kecil membiarkan George mengambil trolley dan berjalan mendahuluinya.
Tidak pernah Cecilia bayangkan sebelumnya bahwa suatu hari ia akan menemani musuh bebuyutannya belanja seperti ini. Bukan musuh, lebih tepatnya mantan gebetan yang pernah ia taksir diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yutubir [END]
RomancePART MASIH LENGKAP "Karena lo gue berhenti jadi yutuber. Yuk, tubir aja!" -Cecilia Yolanda Lestari ••• Memendam cinta sendirian bukan perkara yang mudah. Apalagi kalau tahu seleranya ternyata bukan kamu. Itulah yang dirasakan oleh Cecilia Yolanda L...