Bab 3-Transformasi

48.5K 7.9K 865
                                    



"Ke Lombok?"

Jack mengangguk. "Rencana awal bulan Desember besok kita berangkat, biar sebelum malam natalnya udah bisa balik lagi ke Jakarta."

"Mendadak banget?" George mengerutkan kening. "Lagian, kenapa enggak lo aja pergi berdua sama Adel? Bukanya lebih seru pergi berdua sama istri dari pada rame-rame?"

"George, ada saatnya gue juga pingin kumpul bareng temen-temen gue. Gitu juga Adel," Jack menyandarkan punggungnya di kursi. "Rencana gue mau undang lo,Dicky, juga temen-temenya Adel. Lo bebas mau ajak siapa, soalnya Dicky jelas bawa istri dan anaknya."

"Nyindir?" George menyipitkan kedua matanya. "Udah jelas enggak ada yang bisa gue bawa ke sana."

Jack tertawa. "Siapa tahu nantinya ada? Liburan masih satu bulan lagi. Nah, selama itu coba lo berburu pacar. Biar bisa di bawa ke Lombok."

George menatap datar Jack yang sedang tersenyum lebar padanya. Sial, pria itu pasti sekarang bermaksud sombong karena sudah mempunyai istri. Memang terkadang manusia sering lupa diri, lupa berterimakasih jika sudah berada di titik teratas. Andai Jack kembali mengingat siapa pahlawan yang selalu memberinya nasihat bijak hingga bisa berhasil dalam kisah cintanya. Jelas hanya ada satu nama tercetak tebal 'George Abraham Delovano'.

"Oh," Jack menjentikkan jarinya. "Katanya Cecil juga bakalan ikutan sama temen-temennya. Nah, siapa tahu lo bisa gebet satu temennya--"

"Lo suruh gue gebet bocah?" George mendengus. "Cukup kenal sama satu bocah aja gue udah repot, apalagi ketemu bocah-bocah lainnya."

"Bocah yang lo maksud udah umur dua puluh tiga tahun dan akhir Desember besok dia bakalan resmi berusia dua puluh empat tahun," Jack menaikkan sebelah alisnya. "Bocah dari mananya coba?"

George memutar bola matanya malas. "Lo kayaknya ngebet banget jodohin gue sama itu bocah, ya?"

Jack tertawa lagi, kali ini lebih keras dari pada sebelumnya. "Bukan gitu, tapi kayaknya bakalan seru kalau kita bisa jadi satu kerabat."

Membicarakan kerabat, George jadi teringat ucapannya dulu saat dirinya dan Jack masih duduk dibangku S1. Geroge dan Jack lulusan Universitas Indonesia jurusan bisnis. Keduanya jadi dekat karena beberapa kali berada di kelas yang sama. Namun, sejak lulus keduanya sempat terpisah selama dua tahun karena Jack melanjutkan S2 di Universitas Harvard. Setelah lulus dan diberi tanggung jawab menggantikan posisi ayahnya, Jack langsung mempromosikan George menjadi sekretarisnya. Saat itu George hanya bekerja sebagai seorang karyawan di perusahaan kecil. Jelas saja tawaran Jack terlalu menggoda untuk ditolak. Meski awalnya George dibuat kerepotan karena Jack sering  melalaikan pekerjaannya dan memilih menjadi ojek online.

Karena sangat dekat, George dan Jack bahkan sampai membayangkan bagaimana jika mereka bisa menjadi kerabat suatu saat nanti. Kebetulan saat itu hanya ada Cecilia, jadilah Jack terus menerus menjodohkannya dengan gadis itu. Terlebih saat George sudah putus dengan kekasihnya, Jack semakin gencar menjalankan rencananya. Menyelipkan nama Cecilia dalam setiap percakapan menyangkut status single-nya.

"Kerja dulu yang bener baru mikirin liburan," George menunjuk tumpukan kertas di atas meja Jack sebelum berlalu pergi meninggalkannya, hendak kembali ke ruangannya.

"George."

Panggilan itu membuat George berhenti melangkah. Tatapannya beralih pada Pak Triyana, manager administrasi dan keuangan di perusahaan ini.

"Saya ingin menyerahkan ini," Pak Triyana menyerahkan amplop putih. "Surat pengunduran diri saya."

George meraih amplop itu. "Baik Pak Triyana, nanti saya sampaikan surat mengunduran dirinya."

Yutubir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang