"Makanannya enggak enak, ya?"Pertanyaan Hans membuat Cecilia tersadar dari lamunannya. Bukannya memakan spaghetti pesanannya, Cecilia justru tanpa sadar melamun dengan tangan kanan memegang garpu.
"Sorry, gue belum tahu selera makanan lo," Hans tersenyum tipis. "Lain kali lo pilih, deh, mau makan di mana."
"Eh," Cecilia menggelengkan kepala. "Gue suka kok. Sorry gue enggak fokus barusan."
"Baru kali ini gue ketemu cewek yang bisa enggak fokus padahal gue lagi ada di depannya," Hans menggeser piringnya yang sudah kosong. Dengan gerakan santai Hans menopangkan dagunya dengan tangan, memandangi wajah Cecilia. "Menarik."
Cecilia tertawa. "Gue enggak tahu harus merasa tersanjung atau tersudut."
Hans menggeleng, bibirnya melengkungkan senyuman manis. "Serius, barusan itu sanjungan."
"Ya..ya.." Cecilia meletakkan garpunya. "Biar gue tebak, udah berapa kali lo pake rayuan itu ke cewek? Pasti banyak banget dan gue yakin lo lupa gue cewek yang ke berapa."
Kata-kata Cecilia sukses membungkan bibir Hans. Bukannya tersinggung, Hans justru memuji ketangguhan Cecilia. Biasanya para gadis sudah bertekuk lutut dan luluh setiap kali ia mengeluarkan kata-kata itu.
Sebenarnya sejak awal Hans yakin sekali Cecilia bukan tipe perempuan yang mudah luluh, apalagi jatuh cinta. Cecilia itu cantik dan menyenangkan, pasti sejauh ini banyak sekali pria yang gadis itu tolak begitu saja. Terlebih saat melihat betapa akrabnya kakak sepupunya dengan Cecilia.
Hans penasaran apakah George pernah sekali saja menggoda Cecilia? Karena darah playboy-nya itu juga dimiliki oleh kakak sepupunya. Mungkin setelah putus dengan mantan pacarnya dulu, George sudah tidak bermain-main lagi.
"Ce, boleh tanya?"
Baru kali ini ada orang memanggilnya dengan dua huruf depannya. Anehnya, panggilan Hans yang berbeda itu tidak membuatnya risih. Justru Cecilia merasa namanya jadi lebih lucu.
"Tanya apa?" Cecilia menggulung spaghetti dengan garpu sebelum memasukkannya ke dalam mulut.
"Lo ada hubungan apa sama Kak George?"
Mendengar nama George, refleks Cecilia langsung berhenti mengunyah. Kedua matanya membulat lebar kontras dengan pipinya yang menggembung akibat sesuap penuh spaghetti.
Hans mengulum senyum melihat ekspresi lucu Cecilia. "Kunyah dulu."
Patuh Cecilia mengunyah cepat spaghetti di dalam mulutnya. Cecilia meraih gelas orange jus dan meminumnya, berusaha mendorong sisa spaghetti yang tertinggal di tenggorokannya.
Hans pikir Cecilia akan menjawab sama seperti George. Mungkin gadis itu akan mengakui George sebagai sahabat baik dari kakak sepupunya. Ternyata Cecilia memang gadis yang sulit ditebak. Gadis itu dengan semangat menggebu berucap lantang.
"Haters," jawab Cecilia singkat, padat, dan jelas.
"Eh?" Hans mengerjap tak percaya.
Cecilia mengangguk tegas. "Gue itu haters kakak sepupu lo."
"Masa, sih?" Hans terkekeh geli. "Padahal kalian kelihatan deket."
"Deket bukan berarti akur," balas Cecilia, "lagian dia duluan yang hobi banget memunculkan hobi gue."
Hans mengerutkan kening. "Memangnya hobi lo apa?"
"Memancing–" Cecilia menyipitkan mata sebelum berbisik pelan, "–keributan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yutubir [END]
RomancePART MASIH LENGKAP "Karena lo gue berhenti jadi yutuber. Yuk, tubir aja!" -Cecilia Yolanda Lestari ••• Memendam cinta sendirian bukan perkara yang mudah. Apalagi kalau tahu seleranya ternyata bukan kamu. Itulah yang dirasakan oleh Cecilia Yolanda L...