IX. Helena

86 15 5
                                    

        Jabatanku sebagai kapten menjadikan aku harus sekuat baja, setegas mungkin yang aku bisa. Tanggung jawab yang selama ini kupikul semakin hari semakin berat. Militer memang dilatih dan dituntut untuk bersikap tegas dan disiplin. Kehidupan militer memang dituntut adanya hierarki yang jelas dan para atasan harus mampu bertindak tegas serta berani karena yang kita pimpin adalah pasukan bersenjata. Yang kumaksud bersenjata disini adalah diri kami sendiri.

        Saat aku sedang melatih prajurit-prajuritku yang mana sedang berlatih alih-alih merusak diri. Semuanya terlihat sangat antusias bahkan Ketika hamparan salju memadati wilayah Latihan mereka. Aku sangat senang melihat mereka yang sangat antusias serta ambisius untuk menjadi yang terbaik akan tetapi disaat itu juga rasa takut menjelajahiku. Rasa takut mereka menjadi monster kalau kekuatan yang mereka punya semakin dilatih semakin hebat.

        Tidak membuang kesempatan mereka yang berpotensi menjadi monster meskipun aku sudah menanamkan benih kesetiaan terhadap kerajaan ini kepada mereka namun kau juga tahu, dalamnya hati siapa yang tahu?. Kami bisa baik hari ini, besok kami tidak menjamin kebaikan itu masih berlaku. Yah begitulah sebagian besar klanku.

        Aku juga selalu membayangkan, suatu saat bisa saja pasukan yang ku pimpin, yang sedang kulatih dan mereka semua sangat bersemangat untuk mengeluarkan kekuatan yang mereka miliki, dimana kekuatan itu dipakai untuk perang demi melindungi kerajaan ini, padahal bisa saja sebagian dari mereka akan mati di depan mataku.

        Aku sadar, bentuk simbol bangsa Endless yang berwarna dari semua klan di kerajaan ini disatukan dan tepat dibawahnya terdapat tiga buah bintang yang diletakan secara horizontal, Simbol Kaptenku yang terdapat di baju seragam militerku tidak akan mampu menolong mereka semua. Aku tahu dengan sangat pasti bahwa aku tidak akan tahan melihat mengorbanan pasukanku, lagi. Biarlah aku mati terlebih dahulu hingga aku tidak perlu melihat kematian pasukanku lagi dan lagi.

"Helen, kau mendapatkan pesan dari Kolonel" bisik Melvin sambil mengeluarkan amplop coklat. Di kerajaan Xeverius, kami tidak diperbolehkan menggunakan smartphone. Sang Raja sangat paranoid, beliau amat takut kalau-kalau bangsa manusia menyadap smartphone kami dan mengetahui segalanya. Kami hidup seperti di abad kegelapan namun cintaku sudah kuberikan untuk kerajaan ini.

        Melvin adalah Seorang Letnan Kolonel membuatku sadar akan lamunan ku. Dia pria yang sangat menawan. Memiliki tubuh tinggi, wajah yang simetris, senyum yang indah, tubuhnya sangat tegak, terlalu sehat untuk dilihat dan bisa disimpulkan bahwa Melvin pria yang benar-benar sangat menggoda kaum Wanita. Aku menoleh kearahnya.

"Kolonel sudah kembali?" Tanyaku pada Melvin.

"Tiga hari yang lalu beliau sudah kembali. Pemberontakan bangsa manusia di lembah perbatasan sudah redah. Dia menugaskan Mayor untuk menggantikannya kalau-kalau terjadi lagi"

"Ada hal penting dia kembali atau hanya sekedar istirahat?" Tanyaku menatap lurus kembali dimana pasukanku sedang berlatih.

"Tentu saja ada hal yang penting. Edmund dikabarkan akan segera menikah dengan putri kerajaan Demetria"

Mendengar ini membuatku tersentak. Tubuhku pun meresponnya. Kubalikkan badanku ke arah Melvin. Dia menatapku heran, dari raut wajah Melvin dia menyadari bahwa aku baru tahu berita ini.

"Kau baru tahu?" Tanya Melvin

" Ya. Jelas sekali aku baru tahu. Kapan kau tahu ini?" Tanya ku yang masih tercengang.

"Ketika Edmund melewati pos jaga kami di lembah perbatasan, beliau memberitahu kami. Dia menyuruh kami ke istana dan mengawasi kalau-kalau Scarlet memengal kepala sang Raja saat mengetahui hal ini"

"Jangan...jangan kau beritahu Scarlet. Biar aku saja yang memberitahu"

" iya, itu tugasmu sekarang. Bacalah surat dari Kolonel juga dariku. Aku merindukanmu. Selalu"

        Aku hanya memutar bola mataku untuk menjawab pernyataan terakhirnya. Senyum menyeringai menghiasi wajah Melvin saat melihat reaksiku. Setelah itu, kedua kaki Melvin yang jenjang berjalan melaluiku. Dia tidak menoleh sama sekali. Memang tidak seharusnya menoleh. Demi Tuhan, Aku tidak akan meliriknya. Dunia militer kerajaan ini mempunyai peraturan yang tidak memperbolehkan menjalin hubungan intim sesama militer. Raja membuat peraturan itu dengan alasan agar kami fokus pada saat bertugas.

        Aku berjalan dengan cepat menghampiri kamarku untuk membaca surat ini. Tentu saja, aku menengok kanan,kiri,depan,belakang dengan sangat,sangat perlahan demi memastikan apakah aku diikuti. Kubaca terlebih dahulu surat dari Kolonel. Surat dari Kolonel sangatlah jelas bahwa aku akan menjadi pengawal resmi Scarlet. Tentu saja Scarlet mungkin akan meledak-ledak setelah mengetahui Ayahnya menikah lagi. Itu juga berlaku untukku. Sekarang ini pun aku sudah meledak-ledak, perbedaannya aku tidak memiliki tekad untuk memengal kepala sang Raja. Jauh di dalam lubuk hatiku, Aku tahu betul ini hanyalah pernikahan politik.

Kubuka surat kedua. Surat dari Melvin.

Malamnya langit ini
Tidak segelap jiwaku
Aku tahu ini menyakitkan
Tapi terus kulakukan
Kau yang selalu kuusahakan
Percayalah, tidak ada malamku tanpa memikirkanmu.
Pikiran ku dipenuhi senyum manismu
Mata tajam Hazelmu
Semua tentangmu yang memukauku

Jika kau jauh dariku,
Seperti saat ini
Sungguh sangat menyiksaku
enam bulan ini
Tanpa melihatmu
Benar-benar sangat menyiksa jiwaku
Bertugas tanpamu merupakan suatu siksaan untukku

Kau yang selalu kudambakan
Entah sampai kapan kau menutup pintu hatimu
Aku akan menunggu sampai pintu itu terbuka untukku

Untukmu

Helenaku

        Ketika selesai membacanya, aku langsung melemparkan surat dari Melvin ke dalam perapian di kamarku. Sangat mengerikan jika ada yang membacanya. kali ini aku sangat bersyukur bahwa klan Rimor tidak diizinkan tinggal di bumi ini hingga tidak ada yang bisa melihat kelemahan dari Melvin. Menurutku, mencintai lawan jenis merupakan kelemahan dimana kelemahan itu bisa digunakan oleh musuh.

        Kakiku melangkah lagi, kali ini ke kamar Scarlet. Dengan sangat kuat ku kerahkan langkah kakiku. Aku ingin memberitahu tentang pernikahan Ayahnya. Meskipun rasanya tak sanggup akan tetapi harus kulakukan. Aku mengajak dua Klan Fulgur bersamaku. Aku tahu persis Scarlet tak akan membukakan pintu untukku. Di depan pintu besi ini, kukuatkan tekadku dan kemudian aku berkata

"PRINCESS SCARLET yang terhormat. kalau-kalau kau belum menyadari retinaku belum terdaftar. Padahal hari ini aku resmi menjadi pengawal serta pelatih resmimu. Tidak usah euforia. Aku tau, aku yang terbaik dari yang terbaik "

Aku menghampiri Scarlet bukan hanya memberitahu tentang ayahnya akan menikah tetapi juga tugas untuknya. Untuk tugasnya sangat mudah untuk kuutarakan akan tetapi perihal ayahnya......


Bangsa EndlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang