ON HOLD
Jaemin terjebak pada takdir yang mempertemukannya dengan seseorang yang ia bunuh dikehidupan sebelumnya
Destiny, sometimes referred to as fate, is a predetermined course of events. It may be conceived as a predetermined future, whether in ge...
"siapa namamu?" putri mahkota dengan kecantikan yang selalu tersohor itu menatap pelayan didedapannya dengan dua tangan mungil yang untuk menopang dagunya, jangan lupakan senyuman menggemaskan yang sekarang membuat Jia, dayang yang dengan kasta rendahan itu tidak bisa berkutik.
"Jia" Jia melafalkan namanya.
"oke namanya Jia" Renjun membuat ekspresi menggemaskan ketika ia mencoba mengingat nama dayang itu.
"ada apa memanggil saya" setelah mengumpulkan keberaniannya Jia bertanya, membuat dayang Kim meliriknya. Dan dayang itu langsung berjengit terkejut karena takut, orang sepertinya tidak seharusnya bertanya pada putri mahkota, tugasnya hanya menjawab.
"aku selalu mengatakan kepada dayang kepala dapur istana untuk memberikanmu bayaran lebih" Renjun tersenyum dan mengambil tangan Jia "kau tau kan aku sangat menyukai masakanmu?"
Mendengar ucapan Renjun, Jia tanpa sadar tersenyum sinis. Dayang istana dengan derajat yang tinggi tidak menyukainya karena ia hanya seseorang yang memasuki istana untuk menopang keuangan keluarganya, bukan untuk mengabdikan diri.
"kenapa kau tersenyum sinis?" dayang Kim bertanya dengan nada datar, membuat Jia menegakkan punggungnya.
"yang mulia berhentilah melemparkan makanan" dayang Kim menggerutu dengan kesal.
Jia tidak bersuara, meskipun dayang Kim adalah dayang kepala pelayan Renjun. Akan tetapi tetap saja tidak seharusnya ia menggerutu didepan Renjun.
"aku akan mempersingkatnya karena wanita menyebalkan itu" Renjun menatap dayang Kim kesal lalu tersenyum pada Jia "aku tidak bisa memberikanmu sesuatu karena itu akan berakhir menjadi sebuah suap, tapi keluargamu bisa mendatangi kediaman orang tuaku untuk memulai kesepakatan bisnis"
Jia menatap Renjun dengan raut terkejut.
"yang mulia" dayang itu jelas terkejut dengan perkataan Renjun.
"aku tidak memberikan keluargamu harta, aku hanya memberi jalan yang lebih baik untuk keuangan mereka" Renjun tersenyum lebar "jika aku mendapatkan masalah dari istana dengan peraturan bodohnya, keluargamu tidak akan terkena imbas"
Sekarang Jia tau, yang dikatakan semua orang tentang Renjun hanyalah gadis polos dari keluarga bangsawan tertinggi itu salah. Renjun benar – benar seseorang yang cerdas, bagaimana ia bertindak menunjukkan seperti apa orang tuanya mendidiknya.
"terima kasih banyak, terima kasih banyak" Jia tanpa sadar menangis "bahkan jika mati untukmu, aku akan bersedia"
"apa kau gila?" Renjun menatap Jia aneh "bahkan wanita itu tidak akan mau mati untukku"
Jia menatap dayang Kim.
"kau tau kan menjadi putri mahkota berarti bisa kapan saja mati?" dayang Kim memberikan penjelasan singkat "dia hanya wanita gila yang dengan senang hati memasuki istana karena putra mahkota sangat tampan"
Renjun tersenyum lebar dan mengangguk "karena kau sudah tau bahwa aku gila, kau tidak perlu mengabdikan diri padaku" Renjun menepuk bahu Jia "terimakasih atas kudapannya, jika musim semi tiba sesekali buatkan aku kue ini lagi, jika kau punya waktu luang buatkan juga untuk para dayangku"
"kau boleh pergi" dayang Kim tersenyum lembut pada Jia dan menepuk punggungnya lembut. Renjun sendiri sudah mengambil alat sulamannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"kau merindukan teriakan frustasinya?" dayang Kim tersenyum pada Jia, yang secara tiba – tiba membawa begitu banyak kue untuk seisi istana putri mahkota.
"bisa dibilang begitu" Jia tersenyum tipis. Semenjak Renjun membantu keluarganya, Jia menjadi lebih sering membuatkan kudapan untuk sang putri mahkota.
Dan sedikit banyak ia tau kebiasaan Renjun yang berteriak ketika merasa terkekang dengan aturan istana atau ibu mertuanya.
Kedua dayang dengan tingkatan berbeda itu langsung membungkuk saat Jaemin keluar dari ruangan Renjun.
"kau yang selalu membuatkan Renjun kudapan kan?" Jaemin ternyata menyempatkan diri berhenti dan bertanya.
Jia mengangkat kepalanya dan menatap Jaemin lalu mengiyakan pertanyaan sang putra mahkota.
"terimakasih sudah membuat Renjun bahagia setiap kali melihat makanan buatanmu" Jia tidak pernah berbicara dengan Jaemin, tapi ia tau. Jaemin berterimakasih dengan tulus.
"putri mahkota menyukai setiap makanan yang diberikan padanya yang mulia" Jia menjawab dengan sopan.
"benar juga" Jaemin tersenyum separuh, mengingat jika ia membunuh Renjun dengan racun yang dibubuhkan pada makanan, Renjun memang sellau menyukai kudapan. tapi kudapan buatan Jia berbeda, Renjun benar - benar menyukai makanan yang dibuat dayang tersebut. "jika aku bertemu dengannya lagi dan tidak mengenal masakanmu, aku akan mengenalkannya pada masakanmu kembali"