Tadinya aku nebak inituh sekitar 20an aja, mentoknya 30.. ternyata eh ternyata bakalan lebih
Kayaknya juga sih, bisa aja isinya kupadatkan dan jadi 22 hehe
Jaemin merasa tidak nyaman terus menerus dilihat dengan tatapan kesal oleh Jia. Pemuda itu kembali kecafe yang menyediakan kue dengan isian bunga sakura kesukaan Renjun.
Iya, Jaemin kembali akan menghabiskan waktu dengan Renjun.
Tapi masalah utamanya adalah.
Jiyoung yang merupakan calon tunangan Jaemin, wanita itu memaksa ikut dan sejak tadi terus menerus bergelayut pada lengannya.
"maaf aku terlambat" Renjun tersenyum lebar pada Jaemin, setelah menyapa Jia terlebih dahulu.
"sudah kubilang seharusnya kau kujemput saja" Jaemin bergumam kesal, itu karena Renjun menolak dijemput sipemuda.
"aku sudah tidak tinggal dirumah Haechan, aku tinggal ditempatku sendiri" Renjun menjelaskan dengan senyuman lalu menyadari seseorang yang menatapnya tidak suka.
"sejak kapan?" Jaemin dan Renjun memang memiliki frekuensi pertemuan yang cukup sering namun jarang sekali membahas tentang tempat tinggal.
"sudah cukup lama, mungkin dua bulan lebih" Renjun tersenyum lebar, lalu ide licik terlintas dikepala sicantik "ngomong – ngomong aku belum memberikan salam"
Jiyoung dan Jaemin sama – sama menunjukkan ekspresi kebingungan. Renjun berdiri dan mencium Jaemin tepat dibibirnya, seperti biasa itu tidak akan berakhir dalam satu atau dua detik "lama tidak bertemu" dan sicantik menyempatkan diri untuk tersenyum sinis pada Jiyoung.
"kau tau siapa aku?" Jiyoung bersuara dengan lantang.
"tidak" Renjun yang sibuk membaca buku menu menjawab tanpa menoleh.
"aku calon tunangan Jaemin" Jiyoung menunjuk wajahnya sendiri.
"beritahu aku kapan kalian bertunangan" Renjun tersenyum lebar.
"untuk apa aku memberitau pada pengacau sepertimu" Jiyoung nampak semakin kesal. Jaemin sendiri sebenarnya tidak menyangka jika Renjun adalah tipe orang yang suka memancing keributan dengan cara paling mengerikan.
"jangan seperti itu" Renjun menopang dagunya dan menatap Jiyoung "jika kau tidak memberitauku kapan kalian bertunangan, bagaimana aku akan membangunkan Jaemin jika dihari sebelum kalian bertunangan aku menginap di apartemen Jaemin"
Jaemin langsung tersedak mendengar perkataan gamblang Renjun.
"kau" Jiyoung menunjuk Renjun terkejut.
Dan Renjun mengangguk
"kau benar, hubungan kami seperti itu" Renjun tersenyum lebar dan memanggil pelayan.
Jaemin nyaris saja menjatuhkan dagunya karena sikap Renjun yang tidak bisa ditebak. Atau bisa dibilang terlalu bar – bar.
Oke, tidak ada kebohongan dalam kalimat Renjun. Terkadang mereka memang menghabiskan malam bersama di apartemen Jaemin sehabis acara mabuk – mabukan atau acara perkumpulan tidak jelas.
Mereka cukup sering berhubungan selama beberapa bulan terakhir.
Tapi Jaemin kira Renjun bukan tipe orang yang secara gamblang mengatakan hal seperti itu pada orang asing. Seingatnya Haechan saja tidak tau jika mereka berdua sering berakhir diranjang setelah acara perkumpulan.
"kau" Jiyoung berdiri dari duduknya.
"kau boleh memanggilku jalang ketika sudah bertunangan dengan Jaemin, tapi untuk sekarang. Jaemin milikku" Renjun tersenyum pada Jia setelah menunjuk berbagai menu yang ia inginkan.
Jiyoung berjalan pergi dengan kaki dihentak – hetakkan.
"aku tidak tau kau akan bicara seperti itu" Jaemin menatap pintu yang dibanting Jiyoung dengan kesal,
"aku tidak suka dibuat kesal, aku lebih suka membuat orang lain kesal" Renjun tersenyum sinis.
"lalu kenapa berteman dengan Haechan?" Jaemin jelas tau bagaimana hubungan cinta dan benci dalam persahabatan Renjun dan Haechan.
"dia membenciku, jadi daripada membuatnya menyukaiku lebih baik aku membuatnya lebih membenciku" Renjun tersenyum pada Jia yang mengantarkan makanannya.
"kita mau kemana" Jaemin bertanya pada Renjun saat mereka sudah ada dimobil pemuda itu.
"studio latihan, aku akan mengirimkan alamatnya padamu" Renjun membuka ponselnya dan mengirimkan alamat studio tempatnya belatih menari balet.
"untuk apa ke studio menari?" Jaemin mengenali alamat yang dikirim Renjun.
"beberapa bulan lagi aku akan mengadakan pertunjukan, tentusaja aku harus berlatih" Renjun tersenyum pada Jaemin.
"kau penari?" Jaemin tanpa sadar bertanya.
"salah satu pialaku ada di apartemen Haechan, kau tidak tau jika aku penari balet?" Renjun menatap Jaemin kebingungan.
"kau belajar balet?" Jaemin malah kembali bertanya.
"orang tuaku cukup mampu untuk membiayaiku sekolah balet karena aku menyukainya" Renjun tersenyum lebar dan membuka pintunya ketika sampai. Jaemin ikut keluar dari mobil.
"boleh aku menonton?" Jaemin bertanya penuh harap.
Dalam mimpinya, Renjun selalu menari dengan sangat cantik. Renjun menatap Jaemin dan tersenyum.
"tentu saja"
Mungkin agak berbeda karena kali ini bukan tarian tradisional Korea.
Tapi Jaemin yakin Renjun akan sama cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanfictionON HOLD Jaemin terjebak pada takdir yang mempertemukannya dengan seseorang yang ia bunuh dikehidupan sebelumnya Destiny, sometimes referred to as fate, is a predetermined course of events. It may be conceived as a predetermined future, whether in ge...