13

1.5K 275 8
                                    

"Putra Mahkota!" sang ratu memegang erat pakaian Jaemin "kemana semua pasukan khusus anda? Kemana semua pasukan anda? Kenapa istana bisa dengan mudah dilumpuhkan?"

Jaemin hanya diam menatap datar wanita yang sudah membesarkannya tersebut. Mulutnya tertutup rapat seakan tidak mau mengatakan apapun.

Pintu kamar Jaemin terbuka dengan kasar ketika kasim yang melayani sang putra mahkota tersebut masuk.

"yang mulia" Jaemin tersenyum saat mendengar panggilan panik itu.

"mereka sudah datang?" Jaemin bertanya dengan begitu tenang.

"Putra Mahkota" ratu membulatkan matanya saat melihat anak semata wayangnya yang terlihat begitu tenang.

"Putra Mahkota" ratu membulatkan matanya saat melihat anak semata wayangnya yang terlihat begitu tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin melihatnya dengan jelas. Pasukan yang selama ini diam – diam disiapkannya terlihat terkejut saat mendapati dia sedang mengankaan seragam kebanggaan seorang putra mahkota.

Apalagi mereka dikerahkan untuk menundukkan pemimpin mereka sendiri.

Salah satu kapten pasukan seperti akan membuat gerakan untuk membelot dan melindungi Jaemin, namun sang putra mahkota malah menggeleng dengan senyuman tipis.

Ini yang ia inginkan.

Kematian menjemputnya.

Jaemin dipaksa untuk bersimpuh didepan seseorang yang sudah pasti dapat ia tebak siapa. Tentu saja itu adalah Tuan Park, atau Jeno? seseorang yang masih memiliki darah kerajaan yang akan menaiki tahta.

Pedang tajam itu sudah diarahkan pada leher Jaemin membuat sipemuda memejamkan matanya.

Jaemin benar – benar sudah siap menyambut kematiannya.

"tunggu dulu" suara tuan Park terdengar. Dan pedang dileher Jaemin ditarik kembali tanpa melukai leher pemuda tampan itu.

"lepaskan dayang itu" Jaemin menoleh kesamping dan mendapati dayang Kim dibiarkan berdiri.

"setauku anakku memiliki pedang, ambil pedang itu" Jaemin membulatkan matanya. Pemuda itu langsung mendongak menatap bangsawan Park dengan raut terkejut.

"tidak" Jaemin berteriak panik"kau bisa membunuhku dengan apapun tapi tidak dengan pedang Renjun"

"kudengar juga, kau yang memberikan pedangnya" tuan Park mengangguk paham.

"k-kau tidak benar – benar akan membunuhku dengan pedang Renjun kan?" Jaemin semakin panik saat dayang Kim membawa sepasang pedang ditangannya.

Tuan Park tidak menyahut dan mengambil salah satu pedangnya.

"kau punya selera yang baik terhadap pedang" pria paruh baya itu menatap pedang ditangannya dengan senyuman tipis.

"a-ayah" Jaemin merangkak mendekat "bunuh aku dengan apapun, tapi tidak dengan pedang itu"

Tuan Park tidak menyahut. Pria paruh baya itu malah menebas tangan Jaemin hingga si empunya menjerit keras.

"kau yang meminta ini" itu ucapan terakhir tuan Park, ketika ia mengayunkan pedang milik Renjun menebas leher dari sang putra mahkota.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang