2

2.8K 421 12
                                    

"APA YANG KAU LAKUKAN!" Jaemin berteriak saat ia bangun dari tidurnya.

"kau sudah bangun?" Jeno, sahabat Jaemin datang dan bertanya.

"apa yang terjadi?" Jaemin baru menyadari kalau dirinya berada dirumah sakit.

"kau jadi korban tabrak lari dan tidak sadarkan diri selama tiga hari" Jeno menjelaskan "padahal lukamu tidak parah tapi malah berefek seperti ini"

"aku bisa gila" Jaemin menyentuh kepalanya yang terasa sangat sakit.

"ada apa?" Jeno duduk disamping tempat tidur Jaemin "tenang saja kalau itu soal ibumu, dia tidak tau"

"aku bermimpi jadi putra mahkota, padahal kau yang lebih cocok jadi raja" Jaemin menggerutu.

"lucu sekali" Jeno tertawa datar.

"kemana wanita gembil yang selalu membuntutimu?" Jaemin menyadari kalau Jeno tidak sedang bersama Haechan, teman mereka yang lain.

"Haechan tidak gembil" Jeno mengoreksi "dia ada dikamar sebelah, teman bertengkarnya tiba – tiba pingsan"

"teman bertengkar?" Jaemin mengerutkan dahinya.

"kau tau kan Haechan punya sahabat dari cina yang selalu bertengkar dengannya? Wanita itu tiba – tiba pingsan dan tidak sadarkan diri disaat yang sama denganmu" Jeno menggelengkan kepalanya.

"benarkah?" Jaemin memiringkan kepalanya.

"dasar" Jeno memilih kembali menyibukkan dirinya dengan buku bacaannya.

"kau sadar?" Haechan menatap Renjun khawatir saat wanita bertubuh mungil itu membuka matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kau sadar?" Haechan menatap Renjun khawatir saat wanita bertubuh mungil itu membuka matanya.

"begitulah" Renjun tersenyum tipis.

"mau kucarikan makanan?" Haechan menawarkan diri.

"aku ingin jalan – jalan" Renjun menampakkan gigi – giginya yang rapi karena bantuan kawat gigi dibagian belakang saat tersenyum pada Haechan.

"terserahlah, jangan bunuh diri, aku mengantuk" Haechan membaringkan tubuhnya pada sofa.

Renjun sudah sering pingsan.

Jadi sudah biasa untuknya menemani Renjun dirumah sakit dalam tiga hingga enam bulan sekali selama bertahun – tahun mengenal Renjun.

Renjun sendiri hanya menggelengkan kepalanya, membawa tongkat infusnya dan berjalan menuju taman rumah sakit.

Kali ini Haechan membawanya pada rumah sakit mewah dengan taman yang sangat luas, bahkan ada sungai irigasi buatan berukuran cukup besar dengan jembatan ditengahnya.

Renjun tentu merasa senang. Dengan semangat wanita muda itu mengelilingi taman.

Dia harus menghilangkan semua mimpi – mimpi gilanya. Setiap kali dirinya pingsan, ia selalu bermimpi kalau dirinya akan mati dihadapan seorang pria tampan yang bahkan belum pernah sekalipun ia lihat.

Sangat tampan hingga Renjun yakin tidak mungkin lupa jika hanya melihatnya sekali.

Didalam mimpi Renjun, orang itu menatapnya tanpa belas kasihan, meskipun Renjun berteriak dengan putus asa untuk mendapatkan pertolongannya, ia tetap tidak bergeming.

Terlalu lama berpikir sampai Renjun tidak menyadari jika kakinya sudah menginjak jembatan, ada seorang pria tinggi berada tepat ditengah jembatan, membelakanginya sambil memegangi tongkat infus sama seperti Renjun.

Terasa seperti sebuah De Ja Vu saat Renjun berjalan mendekatinya.

Seperti berada didalam mimpinya ketika ia melihat punggung itu, yang membedakan hanyalah mereka berdua berada dibawah sinar matahari, bukan sinar rembulan seperti dalam mimpi – mimpi Renjun.

Renjun terdiam hingga pria itu berbalik karena menyadari keberadaannya, yang hanya berjarak dua langkah dibelakang pria itu.

Dan jelas dilihat Renjun kalau pria itu terlihat sangat terkejut ketika melihat wajahnya, Renjunpun sama, pria itu adalah pria yang selalu muncul dalam mimpi – mimpi kematiannya.

Apakah ini saat dimana dirinya akan meninggal?

Renjun tanpa sadar berjalan mundur hingga tubuhnya menabrak pembatas jembatan, tapi pembatas itu rupanya tidak cukup kuat untuk menahan bobot ringan tubuh Renjun.

Saat tubuhnya menyentuh air, semuanya menjadi gelap untuk Renjun.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang