ON HOLD
Jaemin terjebak pada takdir yang mempertemukannya dengan seseorang yang ia bunuh dikehidupan sebelumnya
Destiny, sometimes referred to as fate, is a predetermined course of events. It may be conceived as a predetermined future, whether in ge...
"berikan ini pada Renjun" Jaemin menyerahkan sepasang pedang pada dayang Kim.
"yang mulia" Dayang Kim menatap sang putra mahkota marah "anda sudah bosan pada sang putri? Anda ingin sang putri diturunkan dengan cara mengerikan?"
"Renjun harus menjaga dirinya sendiri" Jaemin tersenyum pada dayang Kim "tadinya aku juga bertanya – tanya, kenapa bangsawan Park yang terkenal selalu berhati – hati membiarkan putrinya belajar menari"
"tuan Park tidak hanya memberikan guru tari pada Renjun, melainkan juga guru beladiri" dayang Kim menatap Jaemin dengan raut terkejut yang sangat kentara.
"jangan bercanda" dayang Kim tertawa kecil.
"aku serius" Jaemin tersenyum tipis "berat alat yang digunakan Renjun untuk menari sama dengan berat pedang, bahkan terasa sedikit lebih berat"
"tadinya aku juga menganggap ini lelucon setelah tuan Park memberitahuku" Jaemin mengangkat bahunya "tapi mengingat situasi istana, ini bukanlah lelucon"
"akan saya bawa pada kediaman sang putri" dayang Kim menunduk.
Wanita itu membawa kedua pedang Renjun kembali dan menyadari kalau sang majikan tidak kunjung pulang.
"apa dia memandangi bintang lagi?" wanita itu menghela nafasnya. Dayang Kim memilih membawa rombongan dayang Renjun bersamanya.
Seluruh dayang panik saat Renjun terlihat akan diserang dua orang. Apalagi dayang Kim malah menahan mereka daripada mencoba secepatnya menolong majikan mereka.
Dan apa yang dayang Kim lihat adalah Renjun memukul dan menendang lawannya dengan mudah. Wanita itu sadar jika didalam rombongannya terdapat mata – mata sang ratu. Dayang Kim berteriak dengan lantang "apa yang kalian lakukan" yang ratu tidak boleh tau Renjun bisa mempertahankan dirinya dengan baik.
Belum boleh tau.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"apa anda tidak lelah" dayang Kim menopang dagunya melihat majikannya yang nampaknya sangat sibuk menari.
"jika aku lelah maka aku akan berhenti" Renjun menjawab' dengan santainya. Berjalan mendatangi dayang Kim dan memberikan pedangnya "cobalah menari"
"kenapa anda selalu memaksa kami belajar menari secara bergantian setiap malam" Jia menyahut sambil membawa teh dan kue.
"kenapa kalian ikut melihat aku berlatih setiap malam?" Renjun membalik perkataan Jia.
"berat sekali" dayang Kim bergumam pelan sambil membawa kedua pedang Renjun menuju tengah ruang lapang tempat Renjun menari tadi.
"itu tidak berat jika kau terbiasa" Renjun menyahut sambil memakan makanannya.
Lalu dua pelayan pada kediaman Renjun berlari dan memegangi tangan dayang Kim, membuat kepala dayang sang putri mahkota tersebut terkejut saat diseret menghadap kepala dayang Ratu.
"apa yang kalian lakukan" Renjun berteriak tidak terima.
"wanita ini harus dihukum karena tidak bisa menjaga etika majikannya dengan baik, ambil rotan" dan pelayan Renjun yang lain segera membawa rotan yang entah datang darimana.
Renjun tau, kebanyakan pelayannya adalah milik sang ratu.
Tapi menentangnya tepat dihadapan wajahnya sendiri? Renjun benar – benar tidak bisa berpikir jernih.
"hentikan" Renjun berjalan menuju kedua dayang dengan jarak usia cukup jauh tersebut. Dayang Seo yang merupakan kepala dayang ratu tersebut sibuk memukuli kaki dayang Kim.
"seseorang harus dihukum karena kelalaian anda yang mulia" dayang Seo tersenyum sinis.
"kubilang hentikan" Renjun menekankan suaranya.
Lalu didepannya berdiri dua orang wanita berpakaian dayang namun Renjun sama sekali tidak mengenalinya. Dari cara mereka berdiri Renjun tau kalau mereka bisa beladiri.
"menurutmu kau bisa melakukan apapun hanya karena kau adalah kepala dayang Ratu?" Renjun tertawa. Namun hanya beberapa detik karena setelahnya ekspresi sicantik menggelap.
Renjun membanting dayang yang ada pada sisi kanan lalu menyikut perut dayang disebelahnya. Tidak hanya sampai disana, sicantik bahkan memastikan untuk mematahkan tangan dayang tersebut. Dan membuat temannya pingsan.
"Jia" Renjun memanggil Jia yang terdiam karena terkejut "pedangku" dan pelayan tersebut mengambil pedang Renjun lalu menyerahkannya pada sicantik.
Renjun mengeluarkan pedangnya dan meletakkannya dileher dayang Seo "sudah kubilang hentikan" sang putri mahkota yang terkenal lemah membuat tubuh dayang Seo bergetar ketakutan.
"kau tidak ak-" belum selesai dayang Seo bicara, Renjun sudah menyayatkan pedangnya pada leher wanita tua itu.
"kau pikir aku takut?" Renjun tersenyum sinis.
"ada apa ini?" sang ratu datang dan berteriak "putri mahkota, turunkan pedangmu"
"aku sudah memperingati pelayanmu tapi dia tetap pada keangkuhannya" Renjun tidak bergeming sedikitpun.
"hentikan atau aku akan menendangmu dari istana" Renjun melirik sekilas kearah wanita tua yang merupakan mertuanya tersebut, sang ratu bahkan memperlihatkan senyuman sinisnya. Renjun menarik pedangnya kembali dan dayang Seo jatuh terduduk.
Ratu ingin kembali bersuara tapi tiba – tiba Renjun malah mengayunkan pedangnya dan memotong tangan dayang yang tengah memegangi tangan kiri dayang Kim. Mengabaikan teriakan kesakitan dayang tersebut, Renjun juga mengabaikan keterkejutan mereka semua yang ada disana.
Salah satu sudut bibir sang putri mahkota tertarik, melirik dayang lain yang langsung melepaskan cengkraman tangannya lalu berjalan kedepan sang ratu.
"kau pikir aku takut padamu?" Renjun melirik kearah pedangnya yang sekarang dilumuri darah.
"kau" ratu yang merasa kalah hanya bisa berbalik kembali menuju kediamannya.
"bawa semua dayangmu kembali" Renjun berteriak pada ratu lalu tersenyum pada dayang Seo yang berdiri dengan bantuan bawahannya, wanita itu berbisik "asal kau tau, yang selama ini kupelajari bukan hanya tarian, tapi juga beladiri"