Jaemin murka.
Pemuda itu tidak bisa membendung amarahnya ketika seorang putri bangsawan mengenakan gaun dan hiasan rambut Renjun.
“lepaskan” suara dengan nada Rendah itu terdengar dingin dan menyeramkan, tapi gadis itu bahkan tidak bergeming.
“Dayang Kim” Jaemin meninggikan suaranya, memanggil dayang dengan pangkat tertinggi didalam kediaman sang putri mahkota.
“Yang mulia” Dayang Kim menunduk ragu.
“apa begini caramu menjaga kediaman tuanmu?” perkataan Jaemin sontak membuat dayang tersebut mengangkat kepalanya.
“Yang mulia” dayang tersebut membulatkan matanya karena terkejut.
Semua orang di Istana jelas tau, gadis yang dengan lancang mengenakan gaun putri mahkota sebelumnya itu akan menjadi putri mahkota cepat atau lambat.
“dia tidak akan pernah menjadi tuanmu, jadi lepaskan barang – barang istriku dari tubuhnya sekarang juga atau aku akan memenggal leher kalian” Jaemin berjalan pergi.
Tidak memperdulikan teriakan gadis bangsawan tersebut.
Pemberontakan akan segera terjadi.
Jaemin tidak perlu mengurusi yang namanya istri ataupun keturunan karena dia akan segera menyusul istrinya.
Juga anak mereka.
Terima kasih
Terima kasih sudah memilihku menjadi putri mahkotamu
Terima kasih
Aku hanya ingin mengatakan kalau aku memaafkanmu
Kita sudah tidak terikat lagi Jaemin
Jalanilah hidupmu dengan baik
Dan maaf karena ku tidak mengatakan bahwa ada janin diperutku
Sekarang ataupun dikehidupan selanjutnya
Tidak perlu ada rasa bersalah
Kita impas Jaemin
Kita tidak perlu saling mengasihani ataupun merasa bersalah dikehidupan selanjutnya“kau benar” Jaemin menyentuh gaun putih yang selalu menjadi pakaian kesukaan Renjun “kau terlihan cantik ketika memakai ini”
“Putra mahkota!” sang Ratu berjalan dengan tergesa – gesa kearah Jaemin.
“ada apa?” Jaemin bahkan tidak mau merepotkan diri untuk menyingkirkan gaun Renjun dari pandangan ibunya.
“kudengar kau mempermalukan putri bangsawan Song” Ratu menatap Jaemin dengan penuh amarah.
“mau bagaimana lagi” Jaemin menatap Ratu dengan ekspresi datar “dia mengenakan gaun istriku”
“dia akan menjadi istrimu” sang Ratu menyahut cepat.
“dia tidak akan menjadi istriku” Jawaban itu terdengar datar, tapi menusuk.
“putra mahkota” sang Ratu menjerit kesal.
“aku sudah melakukan semuanya” Jaemin berdiri dan menatap ratu tajam “aku membunuh istri dan anakku, dan sekarang kau malah mencoba menjodohkanku dengan wanita bangsawan itu? Dia bahkan sedang hamil anak orang lain”
“Jaemin” Ratu kehabisan kesabarannya. Wanita itu meneriakkan nama Jaemin dengan lantang.
“jangan membuatku ingin membunuhmu” suara Rendah itu terdengar mengerikan.
“kau bahkan bukan ibuku”
Jaemin benar – benar merasa kesal.Pemuda itu bahkan tidak mau repot – repot membalas sapaan dayang yang dilewatinya.
Hingga ia melihat seorang dayang yang masih begitu belia terdiam dibawah sebuah pohon. Pita yang seharusnya mengikat rambutnya tersangkut diatas sana.
Jaemin menghela nafasnya, mengambil pita itu dan menyerahkannya pada si dayang muda.
Tapi dayang itu malah menangis saat menerima pitanya.
“kenapa menangis” Jaemin menghela nafasnya dan bertanya dengan lembut, ia tidak mungkin membentak anak kecil yang tidak bersalah.
“biasanya yang mulia putri mahkota yang akan mengambilkannya” dan tangisan dayang muda itu terdengar semakin keras.
Jaemin menghela nafasnya.
Renjunnya memang sebaik itu, ia bahkan mau repot – repot membantu seorang dayang rendahan yang sedang dipermainkan oleh dayang muda lainnya.
“tenanglah” Jaemin memeluk anak itu “Putri mahkota akan merasa sedih jika kau terus menangisinya”
“apa anda tidak menangisi putri mahkota?” dayang itu bertanya dengan lugu.
“aku menangisinya” Jaemin berkata jujur “aku menangisinya setiap malam karena tidak bisa merelakan kepergiannya”
“yang mulia” dayang itu terdiam.
“cukup aku” Jaemin tersenyum tipis “cukup aku yang membuatnya sedih, kau jangan melakukan hal yang sama”
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanfictionON HOLD Jaemin terjebak pada takdir yang mempertemukannya dengan seseorang yang ia bunuh dikehidupan sebelumnya Destiny, sometimes referred to as fate, is a predetermined course of events. It may be conceived as a predetermined future, whether in ge...