11

1.8K 302 10
                                    

Pertama kali aku bertemu dengan putra mahkota, adalah ketika kami berumur sepuluh tahun, saat ia tengah belajar memanah.

Entah kenapa itu terlihat sangat hebat, hingga aku dengan yakin mendaftar sebagai salah satu calon  putri mahkota karenanya.

Entah kenapa itu terlihat sangat hebat, hingga aku dengan yakin mendaftar sebagai salah satu calon  putri mahkota karenanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"apa yang terjadi?" Jeno mengangkat sebelah alisnya. Jelas ia kebingungan karena sang putra mahkota tiba – tiba berlatih memanah.

"tidak ada" Jaemin bahkan menyahut malas – malasan.

"bagaimana dengan putri mahkota yang baru? Kapan akan dipilih" Jeno bukan tipe orang yang penasaran terhadap hidup orang lain.

Tapi ia hanya ingin melihat bagaimana reaksi dari Jaemin.

"apa maksudmu?" Jaemin membanting busur panahnya. baru

"aku hanya bertanya" Jeno mengangkat bahunya acuh.

Jaemin memilih pergi meninggalkan Jeno yang sepertinya hanya berminat untuk membuatnya kesal. Putra mahkota itu tadinya pergi ke area memanah karena buku harian yang baru diterimanya dari dayang Kim.

Buku dimana Renjun menuliskan segala keluh kesahnya.

Buku tempatnya bercerita.

Buku catatan hariannya.

Renjun tersenyum lebar, ini pertama kalinya gadis bangsawan itu ikut ayahnya pergi ketempat pelatihan para tentara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun tersenyum lebar, ini pertama kalinya gadis bangsawan itu ikut ayahnya pergi ketempat pelatihan para tentara.

Dengan segala tipu muslihatnya, Renjun kecil berhasil kabur dari acara minum teh membosankan ibunya. Gadis cilik berusia sepuluh tahun itu menggenggam jari telunjuk ayahnya dengan tangan mungilnya.

Saat melewati sekumpulan anak seumurannya yang tengah belajar memanah, Renjun tanpa sadar membuka mulutnya.

Ada dua anak dengan wajah yang begitu mencolok diantara mereka. sama – sama berekspresi datar namun terlihat sangat gagah bahkan hanya dengan memegang busur ditangan mereka.

"Renjun ingin belajar memanah?" tuan Park bertanya dengan ramah.

"apa boleh?" mata bulat cantik itu terlihat berbinar.

"tentu tidak" tuan Park nyaris tidak bisa menahan tawanya saat melihat ekspresi cemberut putrinya. Pria itu berjongkok dan mengelus rambut hitam Renjun "sayang, putri bangsawan tidak boleh belajar bela diri"

"kenapa?" Renjun memiringkan kepalanya tanda kalau ia benar – benar kebingungan.

"kau akan mengerti ketika besar nanti" tuan Park lalu menatap dua anak yang kemampuan memanahnya sedikit berbeda "namanya Jeno, dia yang bisa memanah pada titik tengah"

"lalu yang tidak pernah tersenyum itu?" Renjun menunjuk anak satunya.

"sang putra mahkota"

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang